1245 Regi: Indikator Keberhasilan Hidup
Shalom Aleichem b’Shem Yeshua Ha Mashiach.
Renungan pagi ini bertemakan:
*Indikator Keberhasilan Hidup*
Indikator keberhasilan manusia umumnya diukur berdasarkan pencapaian derajat dan pangkat seseorang.
Seseorang disebut berhasil apabila memiliki status sosial yang bagus dan kewenangan yang tinggi. Para tokoh dalam Alkitab-pun juga tidak luput dari penilaian seperti itu. Manusia melihat keberhasilan Abraham atas kelimpahan berkat duniawinya, demikian pula kepada Daud dan Salomo.
Jarang manusia mencermati ketaatan, ketekukan dan kesetiaan Abraham maupun Daud dalam memenuhi titah-titah Allah, sehingga mereka berhasil dalam kehidupannya; jarang pula yang meneliti akan kebebalan Salomo pada akhir masa hidupnya dan mengetahui bahwa Salomo merupakan raja yang mengawali takhta dengan hikmat surgawi, namun mengakhirinya dengan kehancuran akibat dosa penyembahan berhala.
Salomo menutup kehidupannya secara menyedihkan, karena tidak ada penjelasan tentangnya sebagaimana Daud yang dinyatakan hidupnya diperkenan oleh Allah. Salomo mengawali seperti Daud, namun mengakhiri seperti Saul.
Lalu, indikator apa yang harus kita pakai dalam hidup ini sehingga kita bisa mendapatkan berkat dan keselamatan Allah?
Indikatornya adalah apabila kita menyamakan pikiran dan perbuatan kita seturut sisi pandang Allah.
Tujuan hidup kita adalah mencapai tujuan iman kita, yaitu: keselamatan jiwa kita
(1 Petrus. 1: 9).
Dalam sisi pandang Allah kekayaan, pangkat, derajat dan kelimpahan harta duniawi tidak bernilai sama sekali. Atribut gelar dan apapun pangkat kita juga akan tanggal di hadapan Allah, sehingga semua orang adalah sama. Allah menilai kita berdasarkan pemahaman manusia terhadap firman Allah dan penerapannya dalam kehidupan mereka.
Semisal firman Allah menyebutkan: “Janganlah engkau lupa memperkatakan kita Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, ….. sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.” (Yos. 1: 8).
Demikian pula dengan Matius 6: 33. Bagaimana kita memaknai firman-firman ini dan menerapkannya dalam kehidupan kita?
Dalam sudut pandang Allah: tidak ada sukacita manusia yang lebih besar dari pada apabila namanya terdaftar di sorga:
“Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga.” (Lukas 10: 20).
Masihkah kita meletakkan indikator keberhasilan hidup ini kepada hal-hal yang bersifat duniawi ataukah mengarahkan kepada sisi pandang Kristus yang menekankan kepada kehendak Bapa? Kehendak-Nya adalah keselamatan seluruh umat manusia, tidak saja di dunia ini namun hingga kelak di sorga!
Melalui proyek kasih marilah kita mengajak agar semakin banyak orang yang menerima keselamatan dari-Nya. Haleluya!
*PD Autopia Malang*
13122017
_gunawanwibisono_
Renungan pagi ini bertemakan:
*Indikator Keberhasilan Hidup*
Indikator keberhasilan manusia umumnya diukur berdasarkan pencapaian derajat dan pangkat seseorang.
Seseorang disebut berhasil apabila memiliki status sosial yang bagus dan kewenangan yang tinggi. Para tokoh dalam Alkitab-pun juga tidak luput dari penilaian seperti itu. Manusia melihat keberhasilan Abraham atas kelimpahan berkat duniawinya, demikian pula kepada Daud dan Salomo.
Jarang manusia mencermati ketaatan, ketekukan dan kesetiaan Abraham maupun Daud dalam memenuhi titah-titah Allah, sehingga mereka berhasil dalam kehidupannya; jarang pula yang meneliti akan kebebalan Salomo pada akhir masa hidupnya dan mengetahui bahwa Salomo merupakan raja yang mengawali takhta dengan hikmat surgawi, namun mengakhirinya dengan kehancuran akibat dosa penyembahan berhala.
Salomo menutup kehidupannya secara menyedihkan, karena tidak ada penjelasan tentangnya sebagaimana Daud yang dinyatakan hidupnya diperkenan oleh Allah. Salomo mengawali seperti Daud, namun mengakhiri seperti Saul.
Lalu, indikator apa yang harus kita pakai dalam hidup ini sehingga kita bisa mendapatkan berkat dan keselamatan Allah?
Indikatornya adalah apabila kita menyamakan pikiran dan perbuatan kita seturut sisi pandang Allah.
Tujuan hidup kita adalah mencapai tujuan iman kita, yaitu: keselamatan jiwa kita
(1 Petrus. 1: 9).
Dalam sisi pandang Allah kekayaan, pangkat, derajat dan kelimpahan harta duniawi tidak bernilai sama sekali. Atribut gelar dan apapun pangkat kita juga akan tanggal di hadapan Allah, sehingga semua orang adalah sama. Allah menilai kita berdasarkan pemahaman manusia terhadap firman Allah dan penerapannya dalam kehidupan mereka.
Semisal firman Allah menyebutkan: “Janganlah engkau lupa memperkatakan kita Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, ….. sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.” (Yos. 1: 8).
Demikian pula dengan Matius 6: 33. Bagaimana kita memaknai firman-firman ini dan menerapkannya dalam kehidupan kita?
Dalam sudut pandang Allah: tidak ada sukacita manusia yang lebih besar dari pada apabila namanya terdaftar di sorga:
“Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga.” (Lukas 10: 20).
Masihkah kita meletakkan indikator keberhasilan hidup ini kepada hal-hal yang bersifat duniawi ataukah mengarahkan kepada sisi pandang Kristus yang menekankan kepada kehendak Bapa? Kehendak-Nya adalah keselamatan seluruh umat manusia, tidak saja di dunia ini namun hingga kelak di sorga!
Melalui proyek kasih marilah kita mengajak agar semakin banyak orang yang menerima keselamatan dari-Nya. Haleluya!
*PD Autopia Malang*
13122017
_gunawanwibisono_
Komentar
Posting Komentar