1244 Rensi: Jangan Menoleh Ke Belakang

Shalom Aleichem b’Shem Yeshua Ha Mashiach.
Renungan kali ini diambil dari:

*Kejadian 19:17, 26 (TB)* Sesudah kedua orang itu menuntun mereka sampai ke luar, berkatalah seorang: "Larilah, selamatkanlah nyawamu; janganlah menoleh ke belakang, dan janganlah berhenti di mana pun juga di Lembah Yordan, larilah ke pegunungan, supaya engkau jangan mati lenyap."  26 Tetapi isteri Lot, yang berjalan mengikutnya, menoleh ke belakang, lalu menjadi tiang garam.

Dengan tema:

 *JANGAN MENOLEH KE BELAKANG*

Saudara kukekasih Kristus,teringat saat saya belajar menyetir mobil, instruktur melarang saya agar tidak menengok ke belakang. Gunakan spion. Ya, spion itu memang lebih kecil daripada kaca yang di depan. Maksudnya memang agar tidak menoleh ke belakang. Kata instruktur yang lain, “Amankan jalan yang di depan Anda!” yang berarti silakan berfokus pada apa yang ada di depan Anda!
Sopir yang profesional cukup memperhatikan apa yang ada di depan, tanpa menoleh, dan hanya melihat kaca spion saja. Ya, cukup amankan dan berfokus pada apa yang ada di depan kita.

Frasa  *menoleh ke belakang* juga memiliki makna simbol *mengingat masa lalu*. Masa lalu bagi saya adalah hari-hari kelabu, masa yang penuh air mata. Maka, jika yang saya ingat hanya masa lalu, saya tidak akan mampu bersaing dan mempersiapkan masa depan. Hanya menangisi masa lalu tanpa usaha apa pun, sama saja dengan bunuh diri.

Oleh karena itu, pelan tapi pasti, oleh kekuatan yang berasal dari Bapa, saya mampu melupakan hal-hal  yang di belakang dan berfokus pada upaya bagaimana mencapai cita-cita. Saya tidak pernah _leha-leha_, belajar giat mempertahankan prestasi agar beasiswa tetap saya terima. Selain itu juga bekerja sambilan agar bisa mempertahankan hidup layak. Saya berusaha keras untuk tetap hidup sebab saya tidak mendapat kiriman uang, baik untuk kost maupun untuk hidup sesehari.  Jadi, saya hanya mengandalkan beasiswa yang saya tabung dan saya ambil bulanan di tangan kakak angkat, sambil mengambil pekerjaan sambilan, seperti ikut penjahit sebagai tenaga honorer dan mengerjakan kruistik di sela-sela jam kuliah saya.

Seandainya saya hanya termenung saja sambil menyesali nasib, saya kira saya sudah  bunuh diri sejak lama. Hal itu persis sebagaimana istri Lot yang tewas mengenaskan! Ternyata, setelah mengikuti Tuhan Yesus ada ayat ini:

“_Larilah, selamatkanlah nyawamu; janganlah menoleh ke belakang, dan janganlah berhenti di mana pun juga di Lembah Yordan, larilah ke pegunungan, supaya engkau jangan mati lenyap._"

Itu masalah jasmani. Sementara, untuk masalah rohani terpenuhi total setelah ikut persekutuan doa Autopia. Bapa juga berfirman pada

*Lukas 9:62 (TB)* Tetapi Yesus berkata: "Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah."

Jika saya tidak  berfokus pada masa depan, yakni tujuan akhir dari keikutsertaan kita sebagai anak-anak terang, tentu saja saya tidak layak di hadapan Bapa.

Dahulu, saya memang (merasa) disakiti oleh keluarga, khususnya orang tua kandung. Nah, jika saya tetap mengingat kekurangan, kesalahan (jika itu dianggap salah), atau bahkan sakit hati saya, tentu tidak membuat saya beroleh damai sejahtera. Jika saya tidak mengampuni dengan sepenuh hati, saya takakan mendapat pengampunan, dan bahkan permohonan saya takakan dikabulkan-Nya sebagaimana ayat di bawah ini:

*Markus 11:24-26 (TB)* Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu." [Tetapi jika kamu tidak mengampuni, maka Bapamu yang di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu_.]

Jadi, saya harus benar-benar meninggalkan masa lalu saya, bukan? Sementara itu, di sisi lain, saya pun harus mengenal sosok Tuhan Yesus yang kini masih sangat berperan dalam hidup saya melalui _kuasa Rohul Kudus_. Saya bersyukur bahwa dengan keikutsertaan saya sekaligus pemanggilan saya di persekutuan doa ini, yang adalah hanya karena kasih setia-Nya ini, membuat saya mengenal siapa sosok Bapa di dalam Tuhan Yesus dan Rohul Kudus itu.
Saya mengalami mukjizat luar biasa dan tidak _pangling_ akan suara Allah Bapa lewat kuasa dan perkenan Rohul Kudus. Saya dan kita mengenal-Nya dengan jelas. Jangan sampai kita _pangling_ akan keberadaan dan kuasa luar biasa Bapa! Mari kita perhatikan sabda ini:

*Yohanes 20:14 (TB)* Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus.

Saudaraku kekasih Kristus, kiranya kita dimampukan-Nya melaksanakan sabda-Nya ini, amin. Imanuel.

*PD AUTOPIA MALANG*
12122017
Ninik SR

Komentar

Postingan populer dari blog ini

775 Regi: Kemurahan Allah Lebih Dari Hidup

2272 Rema: TUHAN MEMBERIKAN YANG KITA BUTUHKAN BUKAN YANG KITA INGINKAN

2334 Rema: PERBEDAAN ORANG FASIK DAN ORANG BENAR