1241 Regi: Siapa Dia

Shalom Aleichem b'Shem Yeshua Ha Mashiach, saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus, renungan hari ini diambil dari:

Kejadian 2:22-23 (BIMK)  *Dari rusuk itu TUHAN membentuk seorang perempuan, lalu membawanya kepada manusia itu. Maka berkatalah manusia itu, "Ini dia, orang yang sama dengan aku — tulang dari tulangku, dan daging dari dagingku. Kunamakan dia perempuan, karena ia diambil dari laki-laki."*

Dengan tema:

*Siapa dia*

Banyak diantara manusia yang tidak sadar siapa sejatinya pasangan hidupnya, siapa suami dan siapa istrinya. Karena banyak orang beranggapan bahwa baik suami atau istri adalah orang lain, bukan dari dirinya sendiri.
Tidak jarang mereka mencintai hanya sebatas kepuasan hawa nafsu, kepuasan mata, kepuasan hidung, kepuasan duniawi saja, sehingga banyak mereka memperlakukan istri  atau suaminya hanya jika butuh saja, atau ya sekedar saja menjalankan ikatan yang sudah terlanjur dilakukan dalam pernikahan, dan dengan mudahnya jika tidak ada kecocokan, maka mereka saling memaki, saling menyalahkan, saling mengoreksi kekurangan dan saling menjatuhkan bahkan pada akhirnya keputusan yang paling berat adalah pisah, cerai dengan alasan yang paling mudah dan ringan sudah tidak ada kecocokan.

Saudaraku mari kita renungkan firman diatas, siapa sebenarnya pasangan kita ini?
Seorang perempuan dibentuk dari tulang rusuk laki-laki dan yang diambil cuma *satu tulang rusuk* tidak lebih, dan dengan hikmat yang dianugrahkan kepada manusia Adam, ia berkata *Ini dia, orang yang sama dengan aku — tulang dari tulangku, dan daging dari dagingku.*.
Artinya bahwa perempuan itu yaitu Hawa adalah diri Adam sendiri, yang bisa dilihat Adam sendiri, bagaimana sikap tingkah laku dan perbuatan Adam direpresentasikan melalui Hawa. Jadi ketika Adam melihat Hawa berarti Adam juga melihat dirinya sendiri, demikian juga sebaliknya ketika Hawa melihat Adam, sama dengan Hawa melihat dirinya sendiri.
Jadi ketika mereka saling menyakiti sama saja mereka menyakiti dirinya sendiri,  demikian juga ketika mereka saling mengasihi atau salinh mencintai itu adalah juga untuk dirinya sendiri.

Kejadian 2:24 (TB)  *Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.*

Yang berarti baik suami istri adalah satu dari dirinya sendiri dan bukan orang lain.
Jika demikian apa yang harus dilakukan oleh pasangan suami istri ini, marilah kita renungkan firman Tuhan dalam

Kolose 3:18 (TB)  *Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan.*

Ini adalah kewajiban istri terhadap suami,  sebab suami itu adalam imam, nabi dan raja.
Suami sebagai imam karena dia yang memimpin keluarga untuk beribadah, menyembah Tuhan Allahnya.
Sebagai Nabi, sebab ia yang berkewajiban menyampaikan firman Allah untuk menjadi pegangan dan landasan dalam kehidupan keluarganya.
Sebagai Raja, karena ia bertugas melindungi, mengayomi keluarganya dari segala kejahatan dan bertanggung jawab memberikan kedamaian, kesejahteraan dalam keluarga.

Kolose 3:19 (TB)  *Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia*

Dan inilah tugas suami untuk mengasihi istrinya seperti mangasihi dirinya sendiri, sebab sebagaimana firman diatas bahwa istri adalah tulang dari tulang dan daging dari daging suaminya sendiri. Karena itu suami berkewajiban berlaku kasih, tidak kasar, tidak menyakiti hati sang istri melalui semua tingkah laku ,ucapan dan perbuatannya.

Dan ingatlah perkawinan antara seorang laki-laki dan perempuan untuk menjadi suami istri adalah perkawinan kudus dihadirat Allah, sehingga firman Tuhan mengatakan

Matius 19:6 (TB)  *Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.*

Inilah yang harus dipahami *siapa dia* yang hidup bersama dengan diri kita, pasangan kita, adalah bukan orang lain tapi diri kita sendiri.
Jika demikian haruskah kita saling menyakiti, atau saling membalas kejahatan, atau sesuatu yang bertentangan dengan kehendak Tuhan?
Dan yang ujung-ujungnya berkata *"Aku menyesal mengapa memilih dia, atau aku sudah tidak cocok lagi untuk hidup bersama dia?"*.
Dan jalan terakhir harus berpisah, bercerai tanpa memikirkan akibat dibelakangnya, dan hanya untuk kepuasan dirinya sendiri?
Ingat bahwa Tuhan Allah kita membenci perceraian

Maleakhi 2:16 (BIMK)  *"Aku benci perceraian," kata TUHAN Allah Israel. "Aku benci kalau salah seorang dari kamu berbuat sekejam itu terhadap istrinya. Maka jagalah dirimu dan jangan sekali-kali mengkhianati istrimu."*

Kiranya Roh Kudus menerangi hati kita, sehingga kita semua bisa hidup dalam kasih, dalam damai dan sukacita bersama keluarga, bersama suami atau istri yang sudah kita pilih atau yang sudah dari awal Tuhan tetapkan bagi kita. Yang pada akhirnya kita benar-benar memahami dan mengerti *siapa dia*.

Tuhan Yesus memberkati kita semua, amin

*PD AUTOPIA MALANG*
11122017
Wibisono

Komentar

Postingan populer dari blog ini

775 Regi: Kemurahan Allah Lebih Dari Hidup

2272 Rema: TUHAN MEMBERIKAN YANG KITA BUTUHKAN BUKAN YANG KITA INGINKAN

2334 Rema: PERBEDAAN ORANG FASIK DAN ORANG BENAR