1273 Regi: Kesukacitaan Dalam Kesederhanaan
Shalom Aleichem b’Shem Yeshua Ha Mashiach.
Renungan pagi hari ini dengan tema:
*Kesukacitaan dalam Kesederhanaan.*
Lebih dari 200 negara di dunia ini mengumandangkan lagu Malam Kudus pada setiap perayaan Natal.
Selama 179 tahun, peneliti baru mengetahui bahwa lirik lagu ini diciptakan oleh seorang pastor bernama Joseph Mohr, yang melayani di sebuah gereja kecil di Desa Mariapfarr, Lungau di pegunungan Alpen, Austria pada tahun 1916 bersama dengan Franz Gruber yang menggubah melodinya.
Mereka berdua pertama kali menyanyikan lagu ini pada tanggal 24 Desember 1818, diiringi sebuah gitar akibat organ gereja yang rusak.
Tidak dapat dipungkiri bahwa karya besar yang berasal dari kesederhanaan ini terdapat campur tangan Roh Kudus di dalamnya, sehingga karya ini bersifat langgeng hingga saat ini.
Karya besar terciptanya lagu Malam Kudus ini sejalan dengan karya maha besar Allah Bapa yang berkenan akan kelahiran Putra Tunggal-Nya di sebuah palungan, yang dijumpai oleh para gembala dibungkus dengan lampin di Bethlehem (Lukas 2: 8-15).
Namun, justru di tengah kesederhanaan ini ditunjukkan sukacita sorgawi yang agung, ditandai dengan pujian kepada Allah oleh sejumlah besar bala tentara sorga yang menyerukan: *“Kemuliaan bagi Allah di tempat yang maha tinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.”*
Kemudian melalui kematian Tuhan Yesus serta dengan cara yang sederhana pula telah dicurahkan Roh Kudus (Kisah Rasul 2: 17 dan 18).
Dan melalui karya Roh Kudus inilah terdapat nubuat dan penglihatan-penglihatan karya Allah pada zaman akhir, yang bertujuan untuk membangun, menasihati dan menghibur umat milik Allah (1 Korintus 14:3).
Karenanya, marilah kita merespon karya kasih Allah dalam membangun diri kita ini dengan bersegera dan tanpa menunda-nunda seperti halnya yang dilakukan oleh para gembala setelah mendengar akan berita sukacita atas kedatangan-Nya (Lukas 2: 16).
Agar dengan demikian kita dapat menyaksikan mujizat kebesaran-Nya dan merasakan damai sejahtera-Nya serta dimampukan membagikan kesukacitaan yang besar ini kepada semua orang.
Dan melalui proyek kasih, kita mempraktekkan firman Tuhan Yesus pada Matius 22: 39 yaitu: mengasihi sesama seperti diri kita sendiri.
Marilah kita sambut kesukacitaan Natal, secara sederhana melalui pelayanan kasih sebagaimana Kristus datang dengan kesederhanaan-Nya untuk mengasihi semua orang.
Selamat melaksanakan proyek kasih dengan sukacita. Immanuel.Amin
*PD Autopia Malang*
27122017
Gunawan Wibisono
Renungan pagi hari ini dengan tema:
*Kesukacitaan dalam Kesederhanaan.*
Lebih dari 200 negara di dunia ini mengumandangkan lagu Malam Kudus pada setiap perayaan Natal.
Selama 179 tahun, peneliti baru mengetahui bahwa lirik lagu ini diciptakan oleh seorang pastor bernama Joseph Mohr, yang melayani di sebuah gereja kecil di Desa Mariapfarr, Lungau di pegunungan Alpen, Austria pada tahun 1916 bersama dengan Franz Gruber yang menggubah melodinya.
Mereka berdua pertama kali menyanyikan lagu ini pada tanggal 24 Desember 1818, diiringi sebuah gitar akibat organ gereja yang rusak.
Tidak dapat dipungkiri bahwa karya besar yang berasal dari kesederhanaan ini terdapat campur tangan Roh Kudus di dalamnya, sehingga karya ini bersifat langgeng hingga saat ini.
Karya besar terciptanya lagu Malam Kudus ini sejalan dengan karya maha besar Allah Bapa yang berkenan akan kelahiran Putra Tunggal-Nya di sebuah palungan, yang dijumpai oleh para gembala dibungkus dengan lampin di Bethlehem (Lukas 2: 8-15).
Namun, justru di tengah kesederhanaan ini ditunjukkan sukacita sorgawi yang agung, ditandai dengan pujian kepada Allah oleh sejumlah besar bala tentara sorga yang menyerukan: *“Kemuliaan bagi Allah di tempat yang maha tinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.”*
Kemudian melalui kematian Tuhan Yesus serta dengan cara yang sederhana pula telah dicurahkan Roh Kudus (Kisah Rasul 2: 17 dan 18).
Dan melalui karya Roh Kudus inilah terdapat nubuat dan penglihatan-penglihatan karya Allah pada zaman akhir, yang bertujuan untuk membangun, menasihati dan menghibur umat milik Allah (1 Korintus 14:3).
Karenanya, marilah kita merespon karya kasih Allah dalam membangun diri kita ini dengan bersegera dan tanpa menunda-nunda seperti halnya yang dilakukan oleh para gembala setelah mendengar akan berita sukacita atas kedatangan-Nya (Lukas 2: 16).
Agar dengan demikian kita dapat menyaksikan mujizat kebesaran-Nya dan merasakan damai sejahtera-Nya serta dimampukan membagikan kesukacitaan yang besar ini kepada semua orang.
Dan melalui proyek kasih, kita mempraktekkan firman Tuhan Yesus pada Matius 22: 39 yaitu: mengasihi sesama seperti diri kita sendiri.
Marilah kita sambut kesukacitaan Natal, secara sederhana melalui pelayanan kasih sebagaimana Kristus datang dengan kesederhanaan-Nya untuk mengasihi semua orang.
Selamat melaksanakan proyek kasih dengan sukacita. Immanuel.Amin
*PD Autopia Malang*
27122017
Gunawan Wibisono
Komentar
Posting Komentar