Terbentuknya Autopia

Terbentuknya PD AUTOPIA

Sekitar bulan September 1975, setelah kira-kira tiga bulan Ibu Atmodjo sakit, datanglah Bpk. Mardoyo Sanyoto, Kepala SPG Kristen di Jln. Semeru 42, Malang. Menurut keterangannya beliau dituntun oleh Tuhan Yesus melalui pendengaran yang diterimanya agar mengunjungi tempat tinggal Bapak dr. Atmodjo di Jln. Semeru 66, Malang. Pada saat pertemuannya dengan dr. Atmodjo, Bapak Mardyo menanyakan, “ Sedang ada apakah di sini?” Bapak Atmodjo menjelaskan bahwa Ibu Atmodjo menderita sakit, lalu bapak  Mardyo mengajak dr. Atmodjo berdoa bersama. Sejak saat itu sakit Ibu Atmodjo “DIKONSULKAN” ke Persekutuan Doa Siloam Mojokerto karena Bapak Mardyo mengikuti PD Siloam.

Setelah itu mulailah diberi petunjuk-petunjuk dari PD Siloam. Saat itu yang dipakai dan dikaruniai “Talang Sabdo Roh Kudus”adalah Bapak Slamet. Bapak Atmodjo yang beberapa bulan menutup praktik dokternya, mulai giat membaca dan mempelajari Alkitab setiap hari, siang dan malam.
Sejak saat itu ‘dawuh’ dari PD Siloam secara rutin disampaikan kepada Bapak Atmodjo. ‘Dawuh’ itu antara lain agar senantiasa berdoa dan mendekat kepada Tuhan Yesus. Juga disabdakan dari PD Siloam bahwa kelak Tuhan Yesus akan menyembuhkan Ibu Atmodjo melalui persekutuan doa yang dibentuk Tuhan Yesus sendiri di Malang. Sedangkan PD Siloam hanya bersifat membantu doa saja.

Sementara itu, Bapak Eliyus yang merupakan rekan sekerja Bapak Mardyo, digerakkan hatinya untuk bersama-sama dengan Bapak Mardyo dan Bapak Atmodjo berdoa bagi Ibu Atmodjo. Sewaktu dilaksanakan persekutuan antara Bapak Mardyo, Bapak Atmodjo, dan Bapak Eliyus ini berlangsung, Bapak Eliyus menceritakan pengalaman pribadinya. Suatu hari Bapak Eliyus mendapatkan pengalaman rohani melalui doa pribadi di rumahnya, yaitu didatangi Tuhan Yesus hingga dua kali. Yang pertama Tuhan Yesus mengenakan jubah berwarna ungu dan yang kedua berwarna putih, seraya bersabda dengan hal yang sama yaitu, “Meluo AKU dosamu dak apuro.”

Setelah peristiwa itu, Bapak Eliyus mulai mendapatkan pendengaran-pendengaran tentang firman Allah yang berisikan nasihat mengenai kehidupan dan juga mengenai penyakit yang diderita oleh Ibu Atmodjo. Puncak peristiwa penyembuhan adalah ketika Bapak Mardyo, Bapak Atmodjo, dan Bapak Eliyus berdoa di kamar ibu Atmodjo pada tengah malam. Sebelumnya ada pendengaran agar seluruh jendela rumah dibuka terlebih dahulu. Ketika dilakukan doa pengusiran roh jahat,terdengar suara lolongan anjing bersahut-sahutan, angin berdesir tidak karuan menerpa gordin rumah, bahkan air PDAM yang sudah bertahun-tahun tidak keluar, langsung mengalir deras sekali. Pada saat yang bersamaan keluarlah bayangan tiga roh jahat itu dari tubuh Ibu Atmodjo, berwujud laki-laki tinggi kurus, dan perempuan berambut panjang yang menggendong bayi. Kemudian badan Ibu Atmodjo lemas lunglai. Sejak saat itu tampak tanda-tanda kesembuhan Ibu Atmodjo, kaki kanan, kaki kiri, dan jari-jari tangannya bisa digerak-gerakkan.

Seiring dengan berjalannya waktu banyak kesaksian mengenai rumah di Jln. Semeru 66 itu. Di samping Ibu Atmodjo yang kerasukan roh jahat, juga banyak pula roh jahat yang tinggal di situ, seperti pocong, dan suara-suara aneh. Pada malam itu semu ikut disingkirkan dan pergi dari rumah di Jln. Semeru 66.

Sejak kejadian diusirnya roh jahat dari diri Ibu Atmodjo, persekutuan doa  yang dilakukan antara Bapak Mardyo, Bapak Atmodjo, dan Bapak Eliyus terus berlanjut di rumah Jln. Semeru 66. Pada tanggal 18 September 1975 disabdakan pendengaran  bahwa Ibu Atmodjo pada hakikatnya sudah sembuh dan perlu banyak berlatih untuk menggerakkan anggota tubuhnya.

Sementara itu, ada pendengaran melalui Bapak Eliyus “ Sedulur iro Setyo ajaken.” Demikianlah sejak pemanggilan itu Bapak Setyo Mahanani bergabung dalam persekutuan doa. Sekitar sebulan kemudian, tanggal 21 Oktober 1975 pesekutuan doa ini mendapat kunjungan dari PD Siloam Mojokerto. Pada kunjungan persekutuan doa tersebut ada karya nubuatan. Tuhan Yesus bersabda persekutuan doa ini dinamakan “Persekutuan Doa AUTOPIA” yang artinya: “JALAN MENUJU KESEMPURNAAN”, dengan imam: Bapak Mardyo Sanyoto. Namun, pada tahun 1989  Bapak Mardyo Sanyoto dipanggil Tuhan Yesus.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

2272 Rema: TUHAN MEMBERIKAN YANG KITA BUTUHKAN BUKAN YANG KITA INGINKAN

2334 Rema: PERBEDAAN ORANG FASIK DAN ORANG BENAR

520 Rensi: Hukuman Menambah dan Mengurangi Firman