258 Regi: Hikmat Dunia VS Hikmat Allah

Shalom Aleichem b’Shem Yeshua Ha Mashiach. Tema Renungan Pagi hari ini:

*HIKMAT DUNIA VS HIKMAT ALLAH.*

Pada masa kecil saya ditanya oleh orangtua, kelak dewasa ingin jadi apa?

 Saya tahu harapan orangtua akan jawaban yang seyogyanya saya berikan, yaitu: menjadi insinyur, menjadi dokter, jadi notaris dan jadi ... yang intinya adalah menjadi seseorang yang terpandang secara dunia.

Sebaliknya, seandainya jawaban saya adalah bercita-cita menjadi seorang pendeta, bisa dibayangkan perasaan "kecewa" orangtua.

 Kebanyakan diantara kita sejak kecil telah dihadapkan pada *HIKMAT DUNIA* berupa nilai-nilai keberhasilan yang dikorelasikan dengan pangkat, derajat yang berujung pada kekayaan duniawi.

Padahal, Alkitab jelas-jelas menegaskan bahwa

*Pengkotbah 5:9 [TB] "Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia."*

Ternyata uang dan kekayaan tidak menjadikan orang hidup tenang dan sejahtera, melainkan hidup dengan sikap tidak puas

Cara l,. Bahkan, jika seseorang sangat pandai berdagang sehingga memperbanyak kekayaannya, hal itu akan menjadikan dirinya sombong dan tinggi hati.

*Yehezkiel 28:5 [TB] "Karena engkau sangat pandai berdagang engkau memperbanyak kekayaanmu, dan karena itu engkau jadi sombong."*

Maka kitapun yang sudah mengerti firman, wajib melakukan perintah Tuhan seperti

*1 Timotius 6:17 [TB] Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati.*

Rasa tidak puas akan keadaan, kesombongan dan tinggi hati atau keangkuhan itulah yang mengarah kepada kesia-siaan, itulah buah *HIKMAT DUNIA.*

Janganlah kita terpikat kepadanya, sebaliknya janganlah berpaling kepada orang-orang yang angkuh.

*Mazmur 40:4 [TB] (40-5) Berbahagialah orang, yang menaruh kepercayaannya pada TUHAN, yang tidak berpaling kepada orang-orang yang angkuh, atau kepada orang-orang yang telah menyimpang kepada kebohongan!*

Melainkan, ikutilah nasihat Rasul Paulus yang mengajarkan seperti dalam

*Roma12:3b [TB] "Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing."*

Memikirkan hal-hal yang patut kita pikirkan melalui penguasaan diri menurut ukuran iman itulah yang harus kita lakukan.

Kita bisa memikirkan hal-hal seperti itu dengan cara menguasai diri dan percaya penuh akan firman-Nya. Karena barangsiapa menguasai diri, dia diibaratkan seperti pahlawan besar yang berhasil merebut kota.

*Amsal 16:32 [TB]"Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota."*

Seseorang berusaha keras menguasai dirinya untuk memperoleh mahkota yang fana, lebih-lebih lagi jika kita ingin menerima mahkota kehidupan yang kekal, kitapun harus mampu bertahan dalam pencobaan untuk menerimanya.

*Yakobus1:13[TB]* *Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia."*

Memikirkan hal-hal yang patut dipuji, penguasaan diri, dan kemampuan bertahan dalam pencobaan merupakan *HIKMAT ALLAH*, yang sama sekali tidak pernah _"dicita-citakan"_ oleh manusia. Namun hal itu berbuah *mahkota kehidupan.*

Manakah yang harus kita pilih sekarang?

Sudahkan kita memilih dan melakukan hal yang patut kita lakukan?

Marilah kita masing-masing dengan sungguh-sungguh introspeksi terhadap diri kita sendiri hingga menemukan jawaban yang sebenarnya; seraya memohon tuntunan *Roh Kudus* dalam melakukannya. Amin

PD Autopia - Malang

03082016
Gunawan Wibisono

Komentar

Postingan populer dari blog ini

2272 Rema: TUHAN MEMBERIKAN YANG KITA BUTUHKAN BUKAN YANG KITA INGINKAN

2334 Rema: PERBEDAAN ORANG FASIK DAN ORANG BENAR

520 Rensi: Hukuman Menambah dan Mengurangi Firman