300 Regi: Meneladan Kristus
Shalom Aleichem b’Shem Yeshua Ha Mashiach. Renungan pagi hari ini bertemakan:
*MENELADAN KRISTUS MENGAMPUNI DENGAN SEGENAP HATI.*
*Matius 18:32-35*
32. “Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, *seluruh hutangmu telah kuhapuskan* karena engkau memohonkannya kepadaku. 33. Bukankah *engkaupun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau?* 34. Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya. 35. Maka *Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu*, apabila kamu masing-masing *tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu*.”_
Matius 18: 32-35 merupakan bagian dari ayat 23-35 yang menceritakan tentang, seorang hamba yang mendapatkan pengampunan atas hutangnya sebesar 10 ribu talenta, tetapi ia menagih temannya yang berhutang hanya 100 dinar. Padahal 10 ribu talenta itu sama dengan 60 juta dinar, atau 6 ribu kali lebih banyak. Wajar saja jika sang raja itu kecewa terhadap hambanya ini, sehingga diserahkan kepada algojo-algojo sampai disuruh melunaskan seluruh hutangnya yang tidak mungkin ia lunasi, karena 60 juta dinar, setara dengan seseorang yang harus bekerja pada tuannya selama sekitar 200 tahun tanpa henti.
Sedikitnya terdapat 3 (tiga) hal yang bisa kita pelajari, yaitu:
1) Raja itu merupakan gambaran Tuhan Yesus yang telah mengampuni dosa kita yang besar dan hamba itu adalah kita, manusia, yang tidak bisa mengampuni kesalahan saudara kita yang hanya kecil saja. Karenanya, marilah kita *belajar menerapkan pemberian pengampunan secara tulus* kepada saudara kita, juga orang lain, yang memiliki kesalahan kepada kita, berdasarkan pemahaman bahwa kesalahan kita jauh lebih besar dari dia telah diampuni oleh Bapa di sorga.
2) Tindakan menagih hutang kepada hamba yang lain merupakan *penghakiman* atas saudara kita yang _kita anggap bersalah_ dan *seolah tidak dapat kita maafkan*. Jika kita menghakimi, maka kita juga akan dihakimi dan *ukuran yang kita ukurkan kepada orang lain akan diukurkan kepada kita*. Sehingga hasilnya adalah ukuran yang lebih besar tadi berbalik kepada kita tanpa dapat terhindari. Artinya, kecelakaan yang lebih besar yang akan kita alami. Oleh karenanya, marilah kita *terus belajar mempraktekkan tidak menghakimi* saudara kita, baik melalui perkataan, perbuatan atau yang masih dalam angan-angan kita.
3) Tindakan menagih hutang itu juga melanggar kehendak Tuhan Yesus yang seharusnya *meneladan yang dilakukan Tuhan Yesus*, yaitu _mengasihani_. Dengan demikian, marilah kita berfokus untuk *meneladan perbuatan Tuhan Yesus* yang diantaranya adalah _mengasihani, mengampuni, mengasihi, menghormati (menganggap orang lain lebih penting dari diri kita), menghargai, mendoakan yang baik, dan menguatkan saudara kita yang lemah_ dengan cara *melakukan proyek kasih-Nya*. Agar dengan demikian, *Bapa di sorga memandang kita berharga di mata-Nya*.
Kiranya Roh Kudus berkenan menuntun kita untuk mempraktekkan semuanya itu.
PD Autopia
24082016
Gunawan Wibisono
*MENELADAN KRISTUS MENGAMPUNI DENGAN SEGENAP HATI.*
*Matius 18:32-35*
32. “Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, *seluruh hutangmu telah kuhapuskan* karena engkau memohonkannya kepadaku. 33. Bukankah *engkaupun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau?* 34. Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya. 35. Maka *Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu*, apabila kamu masing-masing *tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu*.”_
Matius 18: 32-35 merupakan bagian dari ayat 23-35 yang menceritakan tentang, seorang hamba yang mendapatkan pengampunan atas hutangnya sebesar 10 ribu talenta, tetapi ia menagih temannya yang berhutang hanya 100 dinar. Padahal 10 ribu talenta itu sama dengan 60 juta dinar, atau 6 ribu kali lebih banyak. Wajar saja jika sang raja itu kecewa terhadap hambanya ini, sehingga diserahkan kepada algojo-algojo sampai disuruh melunaskan seluruh hutangnya yang tidak mungkin ia lunasi, karena 60 juta dinar, setara dengan seseorang yang harus bekerja pada tuannya selama sekitar 200 tahun tanpa henti.
Sedikitnya terdapat 3 (tiga) hal yang bisa kita pelajari, yaitu:
1) Raja itu merupakan gambaran Tuhan Yesus yang telah mengampuni dosa kita yang besar dan hamba itu adalah kita, manusia, yang tidak bisa mengampuni kesalahan saudara kita yang hanya kecil saja. Karenanya, marilah kita *belajar menerapkan pemberian pengampunan secara tulus* kepada saudara kita, juga orang lain, yang memiliki kesalahan kepada kita, berdasarkan pemahaman bahwa kesalahan kita jauh lebih besar dari dia telah diampuni oleh Bapa di sorga.
2) Tindakan menagih hutang kepada hamba yang lain merupakan *penghakiman* atas saudara kita yang _kita anggap bersalah_ dan *seolah tidak dapat kita maafkan*. Jika kita menghakimi, maka kita juga akan dihakimi dan *ukuran yang kita ukurkan kepada orang lain akan diukurkan kepada kita*. Sehingga hasilnya adalah ukuran yang lebih besar tadi berbalik kepada kita tanpa dapat terhindari. Artinya, kecelakaan yang lebih besar yang akan kita alami. Oleh karenanya, marilah kita *terus belajar mempraktekkan tidak menghakimi* saudara kita, baik melalui perkataan, perbuatan atau yang masih dalam angan-angan kita.
3) Tindakan menagih hutang itu juga melanggar kehendak Tuhan Yesus yang seharusnya *meneladan yang dilakukan Tuhan Yesus*, yaitu _mengasihani_. Dengan demikian, marilah kita berfokus untuk *meneladan perbuatan Tuhan Yesus* yang diantaranya adalah _mengasihani, mengampuni, mengasihi, menghormati (menganggap orang lain lebih penting dari diri kita), menghargai, mendoakan yang baik, dan menguatkan saudara kita yang lemah_ dengan cara *melakukan proyek kasih-Nya*. Agar dengan demikian, *Bapa di sorga memandang kita berharga di mata-Nya*.
Kiranya Roh Kudus berkenan menuntun kita untuk mempraktekkan semuanya itu.
PD Autopia
24082016
Gunawan Wibisono
Komentar
Posting Komentar