261 Rensi: Pendidikan Seumur Hidup
Shalom Alaichem b'Shem Yeshua Ha Masiach saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus firman hari ini dengan tema:
*_Pendidikan Seumur Hidup_*
_1Tesalonika 5:21 ”Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik. Jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan. Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita”_
Apa sih yang didapatkan setelah mendapatkan gelar Sarjana, Magister, atau Doktor?
Menurut saya pribadi ada 2 hal yang ditekankan dalam pendidikan lanjut:
1.Pemikiran kritis dan
2.Teori-terapan.
*Pemikiran Kritis*
Jenjang SD, SMP, dan SMA tindakan kelas antara guru-murid mayoritas cenderung ke arah transfer ilmu pengetahuan. Istilahnya _spoonfed_ atau disuapi.
Masuk universitas S1, mahasiswa diarahkan untuk lebih kritis melalui tugas-tugas kuliah, makalah dan skripsi.
Mulai diajarkan untuk _mempertanyakan_ apakah benar seperti yang tertulis di buku dan catatan-catatan penting yang mengarah pada pemuktahiran ilmu pengetahuan.
Jenjang S2, diharapkan *lebih kritis* dengan mengumpulkan kumpulah bukti-bukti yang muktahir dan ter _update_ tersebut dalam kajian ilmiah dan lebih kuat lagi mengkonfirmasi, atau menentang teori yang sudah ada.
Jenjang terakhir adalah S3, diharapkan disini mahasiswa dapat menerbitkan istilahnya konsep dan teori baru yang bisa menjadi pegangan termutakhir di bidangnya dan menyandang gelar *ahli atau pakar*.
*Teori-Terapan*
Secara garis besar, semakin tinggi gelar seseorang semakin mengkaji kebenaran ilmu pengetahuan ke dalam penerapan sehari-hari dan relevansi nya dalam mengikuti perkembangan jaman.
Manifestasi dari pemikiran kritis tersebut diharapkan bisa memunculkan pemikir-pemikir baru dengan konsep yang baru dengan efektivitas dan efisiensi yang mantap.
Dalam kehidupan rohani, dimanakah posisi Anda dan saya sekarang? Sudah berapa tahun ikut Tuhan Yesus?
Apakah datang ke gereja atau Persekutuan Dia hanya duduk mendengarkan seperti anak SD-SMA, ataukah berpikir kritis mencari sosok Allah Yang Maha Kuasa , dalam kehidupan sehari-hari dalam interaksi dengan keluarga, anak-cucu, orang tua, teman, suami-istri?
Ataukah dengan efektivitas dan efisiensi yang mantap artinya dalam susah senang percaya bahwa ilmu pengetahuan itu – Firman Allah – adalah benar, Ya dan Amin dalam perjalanan kehidupan kita?
Kemudian, bagaimana penerapan teori – Firman Allah – yang disampaikan kepada kita? Apakah sambil lalu seperti anak sekolah yang habis Ulangan atau Ujian lupa apa firman yang disampaikan di ibadah 5 menit yang lalu?
Firman Tuhan:
*Efesus 5: 17*
_Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan_
Tuhan Yesus memberkati Amin
“No worries, be joyful” 😊
PD AUTOPIA Malang
04082016
Andrias Trisusanto
*_Pendidikan Seumur Hidup_*
_1Tesalonika 5:21 ”Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik. Jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan. Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita”_
Apa sih yang didapatkan setelah mendapatkan gelar Sarjana, Magister, atau Doktor?
Menurut saya pribadi ada 2 hal yang ditekankan dalam pendidikan lanjut:
1.Pemikiran kritis dan
2.Teori-terapan.
*Pemikiran Kritis*
Jenjang SD, SMP, dan SMA tindakan kelas antara guru-murid mayoritas cenderung ke arah transfer ilmu pengetahuan. Istilahnya _spoonfed_ atau disuapi.
Masuk universitas S1, mahasiswa diarahkan untuk lebih kritis melalui tugas-tugas kuliah, makalah dan skripsi.
Mulai diajarkan untuk _mempertanyakan_ apakah benar seperti yang tertulis di buku dan catatan-catatan penting yang mengarah pada pemuktahiran ilmu pengetahuan.
Jenjang S2, diharapkan *lebih kritis* dengan mengumpulkan kumpulah bukti-bukti yang muktahir dan ter _update_ tersebut dalam kajian ilmiah dan lebih kuat lagi mengkonfirmasi, atau menentang teori yang sudah ada.
Jenjang terakhir adalah S3, diharapkan disini mahasiswa dapat menerbitkan istilahnya konsep dan teori baru yang bisa menjadi pegangan termutakhir di bidangnya dan menyandang gelar *ahli atau pakar*.
*Teori-Terapan*
Secara garis besar, semakin tinggi gelar seseorang semakin mengkaji kebenaran ilmu pengetahuan ke dalam penerapan sehari-hari dan relevansi nya dalam mengikuti perkembangan jaman.
Manifestasi dari pemikiran kritis tersebut diharapkan bisa memunculkan pemikir-pemikir baru dengan konsep yang baru dengan efektivitas dan efisiensi yang mantap.
Dalam kehidupan rohani, dimanakah posisi Anda dan saya sekarang? Sudah berapa tahun ikut Tuhan Yesus?
Apakah datang ke gereja atau Persekutuan Dia hanya duduk mendengarkan seperti anak SD-SMA, ataukah berpikir kritis mencari sosok Allah Yang Maha Kuasa , dalam kehidupan sehari-hari dalam interaksi dengan keluarga, anak-cucu, orang tua, teman, suami-istri?
Ataukah dengan efektivitas dan efisiensi yang mantap artinya dalam susah senang percaya bahwa ilmu pengetahuan itu – Firman Allah – adalah benar, Ya dan Amin dalam perjalanan kehidupan kita?
Kemudian, bagaimana penerapan teori – Firman Allah – yang disampaikan kepada kita? Apakah sambil lalu seperti anak sekolah yang habis Ulangan atau Ujian lupa apa firman yang disampaikan di ibadah 5 menit yang lalu?
Firman Tuhan:
*Efesus 5: 17*
_Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan_
Tuhan Yesus memberkati Amin
“No worries, be joyful” 😊
PD AUTOPIA Malang
04082016
Andrias Trisusanto
Komentar
Posting Komentar