1948 Regi: IMAN YANG BERLAPIS

Shalom Aleichem b’Shem Yeshua Ha Mashiach.
Tema renungan pagi hari ini adalah:

*IMAN YANG BERLAPIS*

Bacaan:

*Mat. 15: 21 - 28*

Nats pokok:

28) Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: *"Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki."* Dan seketika itu juga anaknya sembuh.


Peristiwa di atas, merupakan ujian iman bagi seorang ibu oleh Tuhan Yesus pribadi. Ujian iman tersebut bersifat bertingkat. Pertama: ibu itu hingga berteriak kepada Tuhan Yesus tetapi tidak dihiraukan-Nya.

Apabila kita berdoa dan Tuhan Yesus tidak menjawab, apakah reaksi kita?
Kecewa, marah, luka hati, menjauh ataukah semakin mendekat?

Ujian iman yang dilakukan terhadap perempuan Kanaan ini sebetulnya ditujukan kepada siapa?
Kepada para rasul! Para rasul yang sudah mengikuti Tuhan Yesus ke manapun pergi sekian lama itu, menganggap bahwa orang yang baru saja datang kepada Tuhan Yesus belum memiliki iman.
Padahal merekalah yang saat itu sedang kurang beriman!
Tuhan Yesus memakai perempuan ini untuk mencelikkan iman para rasul dan menggenapi firman-Nya:

*Matius 20: 16*
Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir.


Tuhan Yesus ingin menunjukkan melalui perempuan bukan Yahudi ini, bahwa para rasul yang menyatakan diri sebagai orang-orang pilihan Tuhan Yesus yang setiap hari menyaksikan mukjizat-mukjizatNya, tidak memiliki iman seperti orang bukan pilihan Tuhan Yesus yang mereka pandang hina ini.

Perempuan ini memiliki iman yang tidak asal iman, tetapi iman yang tahan terhadap godaan. Iman seperti inilah yang dikehendaki Tuhan Yesus! 

Kalau kita sudah berdoa dan berteriak kepada Tuhan Yesus tetapi tidak dijawab itu bukan berarti Tuhan Yesus mengabaikan doa kita, tetapi iman kita sedang diuji, iman kita sedang diproses untuk lebih ditingkatkan lagi. Untuk itu janganlah ada kekuatiran dalam hati kita, sebab:

*1 Korintus 10: 13*
Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.


Ujian yang kedua bagi perempuan itu adalah pengusiran oleh para murid.
Setelah tidak diacuhkan oleh Tuhan Yesus, sekarang diusir oleh para murid-Nya. Tidakkah kita pernah mengalami hal seperti ini?
Doa kita belum dijawab lalu ketika minta pertolongan kepada “hamba Tuhan”, justru dia menghakimi kita?

Mengapakah para rasul hingga berlaku seperti itu?
Salah dalam bersikap terhadap perempuan ini , karena mereka sudah menganggap mukjizat-mujizat Tuhan Yesus yang mereka alami setiap hari, meskipun menyaksikan, sebagai rutinitas biasa. Kata-kata yang keluar dari mulutnya menjadi tanpa makna, puji-pujian mereka pun mengalun tanpa ada getaran hati dan hormat yang memuliakan Bapa. Ibarat burung beo bisa menyanyi lagu kebangsaan: Indonesia Pusaka; tanpa ekspresi hormat dan hikmat apalagi tetesan air mata!

Ujian ketiga ibu itu adalah jawaban Tuhan Yesus bahwa diri-Nya ditujukan bagi orang Israel.
Jawaban ini seolah menutup peluangnya menerima pertolongan Yesus.

Tetapi kenyataannya bukannya perempuan itu mundur dari hadapan Tuhan Yesus, sebaliknya malah maju dan menyembah.

Ujian keempat juga jawaban Tuhan Yesus yang lebih tajam lagi. Dia diumpamakan sebagai binatang anjing yang tidak layak mendapatkan hak .
Namun betapa ibu itu tetap percaya kepada Yesus, satu-satunya Pribadi yang dia yakini mampu menolong anaknya yang kerasukan setan dan saat itu sangat menderita.

Hingga akhirnya Tuhan Yesus memuji iman perempuan itu dengan bersabda: *“Hai, Ibu besar imanmu dan terjadilah sesuai dg kehendakmu.”* Sehingga seketika itu anaknya sembuh.

Suatu demonstrasi iman yang diwujudkan dalam perbuatan oleh wanita Kanaan di depan para rasul untuk mencelikkan mata iman mereka.

Para saudara terkasih, bukan kah seringkali kita juga merasa bahwa iman kita lebih besar dibandingkan orang lain, karena kedekatan kita kepada Kristus.
Namun jika kedekatan itu tidak lagi membuat kita menghormati, memiliki rasa takut, rendah hati, dan menghargai Tuhan Yesus dengan segenap hati; menganggap Nya sebagai teman sejawat kita yang setara, maka sesungguhnya kita sedang mengalami kemerosotan iman. Waspadalah bahwa Allah tengah bersiap mencelikkan mata iman kita dengan menghadirkan seseorang yang kita pandang rendah.
Janganlah hendaknya kita menjadi yang terakhir, akibat kesombongan iman kita. Selamat berintrospeksi, hadirkan kuasa Roh Kudus untuk menuntun kita memiliki *iman yang berlapis* dengan tiada lelah memohon dalam doa , walau seolah dia belum dijawab yakinlah hanya *waktunya Kristus* yang akan memberikan jawaban indah dalam hidup kita.
Tuhan Yesus memberkati,amin.

*PD Autopia - Malang*
  gunawanwibisono

Komentar

Postingan populer dari blog ini

775 Regi: Kemurahan Allah Lebih Dari Hidup

2272 Rema: TUHAN MEMBERIKAN YANG KITA BUTUHKAN BUKAN YANG KITA INGINKAN

2334 Rema: PERBEDAAN ORANG FASIK DAN ORANG BENAR