2677 Rema : KUK Kendali Kehidupan

Shalom Aleichem b'Shem Yeshua Ha Mashiach, saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus, renungan malam ini diambil dari :

*Matius 11 : 29* *Pikullah kuk yang Kupasang* dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.

Dengan tema:

*KUK Kendali Kehidupan*


Saudaraku kekasih Kristus, ayat di atas sangat sering kita baca, bahkan kata “KUK” bukanlah hal asing buat kita, mari kita cermati arti kata tersebut menurut Wikipedia, Kuk adalah palang kayu dengan jepitan vertikal yang memisahkan kedua binatang penarik sehingga bersama-sama dapat menarik beban berat.
Kuk, di dalam Alkitab dipakai untuk menggambarkan sebuah kesukaran hidup sebuah bangsa atau ketaatan paksa.
Dari arti di atas, nampak bahwa sebenarnya Kuk itu berat, tidak enak ketika harus dipasang pada tubuh binatang, dan dalam keterpaksaan binatang tersebut harus ikut kemauan penarik kuk tersebut. Tentu sangat tidak nyaman ketika harus berjalan dalam keterpaksaan.

Di dalam Kitab Yeremia, ternyata Kuk ini tidak hanya dipasangkan pada tubuh binatang tetapi pada tubuh Yeremia,

*Yeremia 27 : 2* Beginilah firman TUHAN kepadaku: "Buatlah tali pengikat dan gandar, lalu pasanglah itu pada tengkukmu!


Dan beginilah maksud Tuhan Allah saat mengutus Yeremia memasang kuk di tengkuknya :

*Yeremia 27 : 11* Tetapi bangsa yang mau menaruh tengkuknya ke bawah kuk raja Babel dan yang takluk kepadanya, maka mereka akan Kubiarkan di atas tanahnya, demikianlah firman TUHAN, dan mereka akan mengolahnya dan dia di sana."


Jadi kuk yang dimaksud di sini adalah pengarah kehidupan kita atau menjadi kemudi agar kehidupan kita sesuai dengan kehendakNYA.
Bila dijaman Nabi Yeremia, Allah telah meminta bangsa Israel memasang kuk di tengkuk mereka atas Raja Babel agar takluk dan mengikut perintah raja tersebut, dapat diartikan bahwa bangsa Israel harus tunduk dan taat pada perintah Raja Babel. Dan setelah itu apa yang menjadi upahnya? Ternyata bangsa Israel yang taat ini dibiarkan Tuhan Allah untuk mendiami tanah di mana mereka berada serta mengolahnya. Bukankah ini sebuah upah dari ketaatan?

Lalu bagaimana dengan yang tidak taat?

*Yeremia 27 : 8* Tetapi bangsa dan kerajaan yang tidak mau takluk kepada Nebukadnezar, raja Babel, dan yang tidak mau menyerahkan tengkuknya ke bawah kuk raja Babel, maka bangsa itu akan Kuhukum dengan pedang, kelaparan dan penyakit sampar demikianlah firman TUHAN, sampai mereka Kuserahkan ke dalam tangannya.


Ternyata bagi yang tidak mau dipasang kuk dibawah Raja Nebukadnezar juga menerima upahnya yaitu segala yang tidak enak terjadi baik hukuman, kelaparan dan sakit sampar.
Sungguh keadaan yang sangat berbeda bagi yang taat patuh dibandingkan bagi yang berjalan dengan keputusan sendiri.

Bagi yang taat dan patuh, tidak hanya diberi upah untuk kehidupannya sehari-hari secara lahiriah tetapi juga diberikan pengajaran dan rahasia Allah dalam menjalani kehidupan :

*Yeremia 27 : 9-10* Mengenai kamu, janganlah kamu mendengarkan nabi-nabimu, juru-juru tenungmu, juru-juru mimpimu, tukang-tukang ramalm dan tukang-tukang sihirmu yang berkata kepadamu: Janganlah kamu mau takluk kepada raja Babel! Sebab mereka bernubuat palsu kepadamu dengan maksud menjauhkan kamu dari atas tanahmu, sehingga kamu Kuceraiberaikan dan menjadi binasa.


Nampak tanggungjawab pemilik Kuk dalam perjalanan bangsa Israel terkhusus bagi yang mau dipasangkan kuk untuk patuh kepada Raja Nebukadnezar.

Sekarang bagaimana dengan kita?
Ketika KUK itu ada pada kita, mungkin saat ini kita sedang mengalami sakit yang tidak sembuh-sembuh, mungkin pergumulan hidup kita tetap ada dan dirasa semakin berat,  mungkin kita sedang diambang putus asa karena dikucilkan atau mendapat perlakuan tidak adil?

Masihkah menganggap bahwa kuk yang dipasang itu menyebabkan kita tidak bisa bergerak bebas semau hati kita dengan menyelesaikannya sesuai akal budi kita yang terbatas?
Masihkah kita merasa Tuhan Yesus sedang menyiksa kita?
Masihkah menganggap kuk itu sesuatu yang berat dan sangat terpaksa kita pikul?
Masihkah kita merasa Tuhan Yesus meninggalkan kita berjalan sendiri memikul kuk ini?

Padahal dari pengalaman perjalanan kehidupan bangsa Israel membuktikan Allah lah yang mengatur kehidupan kita melalui kuk itu, agar hidup kita tidak melenceng diluar jalur rencanaNYA dan Allah sangat bertanggungjawab baik secara lahiriah maupun rohaniah.

Pada akhirnya ketika kita setia, taat dan patuh (manut) dengan bersedia dipasang kuk setiap saat, maka kitapun akan sehati bersama Tuhan Yesus mengatakan demikian :

*Matius 11 : 30* Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan.

Selamat malam, selamat belajar merasakan dan memikul KUK yang merupakan sebagian syarat untuk mengikut Yesus.
Tuhan Yesus memberkati, Amin.


Salam kasih
*PD Imanuel Jakarta*
Lilies

Komentar

Postingan populer dari blog ini

775 Regi: Kemurahan Allah Lebih Dari Hidup

2272 Rema: TUHAN MEMBERIKAN YANG KITA BUTUHKAN BUKAN YANG KITA INGINKAN

2083 Rema: Hanya Yesus Jawaban Hidupku