2662 Regi : BODOH DI HADAPAN ALLAH
Shalom Aleichem b'Shem Yeshua Ha Mashiach.
Renungan pagi ini berjudul:
*BODOH DI HADAPAN ALLAH*
Dasar firmanNya dari
*1 Korintus 1:18-20*
Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah. Karena ada tertulis: "Aku akan membinasakan hikmat orang-orang berhikmat dan kearifan orang-orang bijak akan Kulenyapkan." Di manakah orang yang berhikmat? Di manakah ahli Taurat? Di manakah pembantah dari dunia ini? Bukankah Allah telah membuat hikmat dunia ini menjadi kebodohan?
Para kekasih Kristus, secara lugas firman di atas dapatlah diartikan bahwa hikmat Allah adalah kebodohan bagi manusia yang akan binasa, sebaiknya hikmat manusia adalah kebodohan bagi Allah. Hal ini sulit rasanya kita cerna maksudnya, namun menjadi mudah ketika kita mempelajari contoh kehidupan Abraham dan Ayub kedua tokoh pada perjanjian lama yang serupa tapi tak sama ini.
Keduanya serupa dalam hal kekayaan, demikian pula kisah hidup yang terkadang mencekam bahkan hampir sepenuhnya menegangkan bagi Ayub.
Abraham seorang yang kaya raya yang sudah sangat mapan hidupnya. Pada usianya yang ke tigaperempat abad, tiba-tiba diperintahkan Allah pergi dari tempat asalnya menuju ke tempat yang tidak diberitahukan dengan jelas, namun dia menuruti perintah itu.
Tidak sedikit ancaman bahaya atas dirinya, sehingga dia mengatakan bahwa istrinya adalah adiknya kepada Firaun karena takut dibunuh. Namun Abraham tidak balik arah melainkan tetap mengikuti perintah Allah. Kerabat dan sahabatnya pasti heran dan kalau boleh berkomentar mereka pasti mengatakan: "Bodoh amat dia!"
Sebagaimana istri Ayub berkata: "Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!" *(Ayub 2: 9).*
Betapa bodohnya Ayub dalam pandangan istrinya, sehingga dia disuruh lebih baik mati saja daripada hidup menanggung malu, namun Ayub tetap tegar beriman kepada Allah dalam menapaki kehidupannya.
Sebagaimana Abraham, melalui liku² perjalanan panjang hingga pada akhirnya sampailah dia di tanah yang dijanjikan-Nya kepadanya; demikian pula Ayub, setelah kehilangan semua anak dan istrinya serta hartanya, dipulihkan-Nya berlipat ganda.
Para kekasih Kristus, apabila dalam segmen hidup kita Tuhan Yesus memperkenan kita mengalami keadaan yang seolah tidak pasti, selama kita tetap berjalan dalam firman-Nya, marilah kita bertekun dalam "iman", sebagaimana Abraham dan Ayub, dengan yakin bahwa:
*Roma 8: 28*
... Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
Sehingga pada saat-Nya, kita akan dipulihkan dan diberikan tanah perjanjian yang baru.
Selamat pagi, selamat beraktifitas, Tuhan Yesus memberkati, Amin.
*PD Autopia - Malang*
_gunawanwibisono_
Renungan pagi ini berjudul:
*BODOH DI HADAPAN ALLAH*
Dasar firmanNya dari
*1 Korintus 1:18-20*
Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah. Karena ada tertulis: "Aku akan membinasakan hikmat orang-orang berhikmat dan kearifan orang-orang bijak akan Kulenyapkan." Di manakah orang yang berhikmat? Di manakah ahli Taurat? Di manakah pembantah dari dunia ini? Bukankah Allah telah membuat hikmat dunia ini menjadi kebodohan?
Para kekasih Kristus, secara lugas firman di atas dapatlah diartikan bahwa hikmat Allah adalah kebodohan bagi manusia yang akan binasa, sebaiknya hikmat manusia adalah kebodohan bagi Allah. Hal ini sulit rasanya kita cerna maksudnya, namun menjadi mudah ketika kita mempelajari contoh kehidupan Abraham dan Ayub kedua tokoh pada perjanjian lama yang serupa tapi tak sama ini.
Keduanya serupa dalam hal kekayaan, demikian pula kisah hidup yang terkadang mencekam bahkan hampir sepenuhnya menegangkan bagi Ayub.
Abraham seorang yang kaya raya yang sudah sangat mapan hidupnya. Pada usianya yang ke tigaperempat abad, tiba-tiba diperintahkan Allah pergi dari tempat asalnya menuju ke tempat yang tidak diberitahukan dengan jelas, namun dia menuruti perintah itu.
Tidak sedikit ancaman bahaya atas dirinya, sehingga dia mengatakan bahwa istrinya adalah adiknya kepada Firaun karena takut dibunuh. Namun Abraham tidak balik arah melainkan tetap mengikuti perintah Allah. Kerabat dan sahabatnya pasti heran dan kalau boleh berkomentar mereka pasti mengatakan: "Bodoh amat dia!"
Sebagaimana istri Ayub berkata: "Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!" *(Ayub 2: 9).*
Betapa bodohnya Ayub dalam pandangan istrinya, sehingga dia disuruh lebih baik mati saja daripada hidup menanggung malu, namun Ayub tetap tegar beriman kepada Allah dalam menapaki kehidupannya.
Sebagaimana Abraham, melalui liku² perjalanan panjang hingga pada akhirnya sampailah dia di tanah yang dijanjikan-Nya kepadanya; demikian pula Ayub, setelah kehilangan semua anak dan istrinya serta hartanya, dipulihkan-Nya berlipat ganda.
Para kekasih Kristus, apabila dalam segmen hidup kita Tuhan Yesus memperkenan kita mengalami keadaan yang seolah tidak pasti, selama kita tetap berjalan dalam firman-Nya, marilah kita bertekun dalam "iman", sebagaimana Abraham dan Ayub, dengan yakin bahwa:
*Roma 8: 28*
... Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
Sehingga pada saat-Nya, kita akan dipulihkan dan diberikan tanah perjanjian yang baru.
Selamat pagi, selamat beraktifitas, Tuhan Yesus memberkati, Amin.
*PD Autopia - Malang*
_gunawanwibisono_
Komentar
Posting Komentar