2333 Regi: Lebih Jauh Mengenal Iman Abraham
Shalom Aleichem b'Shem Yeshua Ha Mashiach.
Renungan pagi ini bertemakan:
*Lebih Jauh Mengenal Iman Abraham*
Dasar firmanNya dari:
*Roma 4:20-21 (TB)* Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah,
dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan.
Kitab Roma dituliska oleh Rasul Paulus sekitar musim gugur tahun 57 M, terkait dengan Kitab Kejadian yang diperkirakan ditulis Musa antara tahun 1440 SM-1400 SM. Rentang waktu yang panjang, sekitar 1.500 tahun semakin menjelaskan akan iman Abraham sebagai bapa orang percaya. Berkali-kali Abraham beriman terhadap perkataan Allah yang semuanya, jika dinalar, tidak masuk di akal!
Pada mulanya Abraham hampir putus asa karena hingga usia 75 tahun tidak dikaruniai seorang anakpun oleh Allah, ketika itu Sarai telah berusia 64 tahun, sudah putus haid, sehingga Abraham berkata kepada Allah:
”Aku sudah akan meninggal dengan tidak mempunyai anak, sehingga aku akan mewariskan harta ku kepada Eliezer, orang Damsyik itu.”
*Kejadian 15: 2.*
Lalu TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman:
“Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.” Maka firman-Nya kepadanya: “Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.” Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.
*Kejadian 15: 5- 6.*
Dengan seketika Abraham percaya akan perkataan Allah, inilah yang disebut IMAN. Abraham tidak perlu menalar, mempertanyakan atau pun mendebat firman TUHAN: “Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.” Melainkan PERCAYA KEPADA TUHAN dan siap menantikan anugerah pemberian-Nya itu. Meskipun kemudian, ….. Abraham masih harus menunggu selama 25 tahun untuk mendapatkan putra pemberian TUHAN itu.
Waktu seperempat abad merupakan masa penantian yang tidak sebentar dan kembali lagi waktu itu juga merupakan ujian iman yang tidak terkira beratnya! Namun Abraham berhasil melaluinya dengan baik.
Jadi Ishak dilahirkan ketika ayahnya berusia tahun 100entara ibunya berusia 91 tahun. Suatu 100keniscayaan dari mujizat kegenapan firman TUHAN.
Oleh karenanya, rasul Paulus sekali lagi menuliskan:
“Abraham menanti dengan sabar dan dengan demikian ia memperoleh apa yang dijanjikan kepadanya.”
*Ibrani 6: 15.*
Selama 25 tahun Abraham menantikan janji TUHAN dengan sabar dan penuh keyakinan bahwa TUHAN pasti menepati janji-Nya memberikan baginya seorang keturunan dan menjadikannya bapa bagi banyak bangsa.
Seringkali kita tidak bersabar menantikan janji TUHAN. Baru beberapa saat menunggu, sudah bersungut-sungut, mengeluh, bahkan meragukan akan janji TUHAN kepada kita. Bahkan tidak jarang orang akhirnya memutuskan meraih yang diinginkan dengan caranya sendiri yang bertentangan dengan firman TUHAN.
Para kekasih Kristus, memiliki kesabaran dalam menantikan waktu TUHAN merupakan hal yang disukai-Nya, namun mengambil jalan pintas hasilnya sudah pasti tidak baik. Jika hari ini kita sedang menantikan sarana hidup yang layak, teman hidup, pekerjaan, kenaikan pangkat, studi lanjut dsb. bersabarlah. Nantikan dengan penuh pengharapan dan fokus kepada TUHAN, karena orang yang berharap kepada TUHAN akan menerima berkat indah pada waktu-Nya. Kesempurnaan iman percaya Abraham tidak saja berhenti pada beriman kepada Allah saja, namun juga bertindak sesuai dengan perintah-Nya.
“Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah? Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna.”
*Yakobus 2: 21- 22.*
Jadi cara untuk beroleh keselamatan adalah dengan percaya kepada Yesus Kristus dan pengorbananNya, kita menaruh iman kita padaNya. *Dengan dan dalam iman itulah, kita menjalankan segala perintahNya.*
Marilah kita meneladani iman dan perbuatan Abraham, bapa orang percaya. *Agar kegenapan akan janji-janji-Nya dapat kita terima tepat pada waktu-Nya.*
Selamat beraktifitas, Tuhan Yesus memberkati kita, Amin.
*PD Autopia - Malang*
_gunawanwibisono_
Renungan pagi ini bertemakan:
*Lebih Jauh Mengenal Iman Abraham*
Dasar firmanNya dari:
*Roma 4:20-21 (TB)* Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah,
dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan.
Kitab Roma dituliska oleh Rasul Paulus sekitar musim gugur tahun 57 M, terkait dengan Kitab Kejadian yang diperkirakan ditulis Musa antara tahun 1440 SM-1400 SM. Rentang waktu yang panjang, sekitar 1.500 tahun semakin menjelaskan akan iman Abraham sebagai bapa orang percaya. Berkali-kali Abraham beriman terhadap perkataan Allah yang semuanya, jika dinalar, tidak masuk di akal!
Pada mulanya Abraham hampir putus asa karena hingga usia 75 tahun tidak dikaruniai seorang anakpun oleh Allah, ketika itu Sarai telah berusia 64 tahun, sudah putus haid, sehingga Abraham berkata kepada Allah:
”Aku sudah akan meninggal dengan tidak mempunyai anak, sehingga aku akan mewariskan harta ku kepada Eliezer, orang Damsyik itu.”
*Kejadian 15: 2.*
Lalu TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman:
“Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.” Maka firman-Nya kepadanya: “Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.” Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.
*Kejadian 15: 5- 6.*
Dengan seketika Abraham percaya akan perkataan Allah, inilah yang disebut IMAN. Abraham tidak perlu menalar, mempertanyakan atau pun mendebat firman TUHAN: “Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.” Melainkan PERCAYA KEPADA TUHAN dan siap menantikan anugerah pemberian-Nya itu. Meskipun kemudian, ….. Abraham masih harus menunggu selama 25 tahun untuk mendapatkan putra pemberian TUHAN itu.
Waktu seperempat abad merupakan masa penantian yang tidak sebentar dan kembali lagi waktu itu juga merupakan ujian iman yang tidak terkira beratnya! Namun Abraham berhasil melaluinya dengan baik.
Jadi Ishak dilahirkan ketika ayahnya berusia tahun 100entara ibunya berusia 91 tahun. Suatu 100keniscayaan dari mujizat kegenapan firman TUHAN.
Oleh karenanya, rasul Paulus sekali lagi menuliskan:
“Abraham menanti dengan sabar dan dengan demikian ia memperoleh apa yang dijanjikan kepadanya.”
*Ibrani 6: 15.*
Selama 25 tahun Abraham menantikan janji TUHAN dengan sabar dan penuh keyakinan bahwa TUHAN pasti menepati janji-Nya memberikan baginya seorang keturunan dan menjadikannya bapa bagi banyak bangsa.
Seringkali kita tidak bersabar menantikan janji TUHAN. Baru beberapa saat menunggu, sudah bersungut-sungut, mengeluh, bahkan meragukan akan janji TUHAN kepada kita. Bahkan tidak jarang orang akhirnya memutuskan meraih yang diinginkan dengan caranya sendiri yang bertentangan dengan firman TUHAN.
Para kekasih Kristus, memiliki kesabaran dalam menantikan waktu TUHAN merupakan hal yang disukai-Nya, namun mengambil jalan pintas hasilnya sudah pasti tidak baik. Jika hari ini kita sedang menantikan sarana hidup yang layak, teman hidup, pekerjaan, kenaikan pangkat, studi lanjut dsb. bersabarlah. Nantikan dengan penuh pengharapan dan fokus kepada TUHAN, karena orang yang berharap kepada TUHAN akan menerima berkat indah pada waktu-Nya. Kesempurnaan iman percaya Abraham tidak saja berhenti pada beriman kepada Allah saja, namun juga bertindak sesuai dengan perintah-Nya.
“Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah? Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna.”
*Yakobus 2: 21- 22.*
Jadi cara untuk beroleh keselamatan adalah dengan percaya kepada Yesus Kristus dan pengorbananNya, kita menaruh iman kita padaNya. *Dengan dan dalam iman itulah, kita menjalankan segala perintahNya.*
Marilah kita meneladani iman dan perbuatan Abraham, bapa orang percaya. *Agar kegenapan akan janji-janji-Nya dapat kita terima tepat pada waktu-Nya.*
Selamat beraktifitas, Tuhan Yesus memberkati kita, Amin.
*PD Autopia - Malang*
_gunawanwibisono_
Komentar
Posting Komentar