2328 Rema: MEMANDANG TUHAN
Shalom Aleichem b’Shem Yeshua Ha Mashiach.
Rema kali ini bertema
*MEMANDANG TUHAN*
Diambil dari:
*Yohanes 3: 14-15* (TB) Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.
Saudaraku kekasih Kristus, pada zaman Musa, ketika Musa membawa bangsa Israel keluar dari Mesir, beberapa kali bangsa itu memberontak, bersungut, dan melawan Allah melalui sikap, perkataan, dan perbuatan mereka. Dikisahkan melalui ayat-ayat pada penggalan firman ini
*Bilangan 21: 4-9* (TB) Setelah mereka berangkat dari Gunung Hor, berjalan ke arah Laut Teberau untuk mengelilingi tanah Edom, maka bangsa itu tidak dapat lagi menahan hati di tengah jalan. Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa, “Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak.” Lalu Tuhan menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa-bangsa itu yang memagut mereka sehingga banyak dari orang Israel yang mati. Kemudian datanglah bangsa itu mendapatkan Musa dan berkata, “Kami telah berdosa sebab kami berkata-kata melawan Tuhan dan engkau; berdoalah kepada Tuhan supaya dijauhkan-Nya ular-ular ini daripada kami.” Lalu Musa berdoa untuk bangsa itu. Maka berfirmanlah Tuhan kepada Musa, “Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang, maka setiap orang yang terpagut jika ia melihatnya akan tetap hidup.” Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang, maka jika seseorang dipagut ular dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup.
Bukankah kita pun tidak lebih baik daripada mereka? Saat Bapa membersamai perjalanan hidup kita, khususnya manakala kita menghadapi tantangan, hambatan, dan ancaman, bukankah kita pun seringkali melawan Allah? Mungkin di antara kita bergumam, _ “Mengapa persoalan hidup selalu menekan hidupku? Belum selesai satu masalah, sudah timbul masalah lain, kapan selesainya? Tidakkah Allah melihat sengsaraku?”_ dan seribu gumam serta gerutu yang lain.
Di sekeliling kita memang banyak sekali ular tedung yang siap memangsa kita. Ular tedung yang akan membunuh kita itu bukan lagi berupa ular tedung yang nyata, melainkan ular tedung yang berupa aneka pergumulan dan persoalan yang membelit hidup kita.
Aneka pergumulan hidup, baik dari dalam keluarga kita, pekerjaan kita, perekonomian kita, kesehatan kita, calon pasangan hidup yang tidak sesuai kehendak Tuhan, maupun dari luar keluarga kita.
Pada masa lalu Tuhan bersabda jika kita memandang ular tembaga itu, seseorang yang terpagut ular akan tetap hidup ( *Bilangan 21: 8-9* ) dan barangsiapa mencari Tuhan dia akan hidup ( *Amos 5:6a* ) sementara pada Perjanjian Baru disabdakan bahwa setiap orang yang percaya akan memperoleh hidup kekal ( *Yohanes 3: 15* ).
Memandang ular tembaga pada Perjanjian Lama dan meninggikan Anak Manusia pada Perjanjian Baru ( *Yohanes 3: 14-15* ) tersebut bisa bermakna mempercayakan dan mengandalkan hidup kepada Tuhan Yesus. Dengan demikian, dia akan diberkati dan diselamatkan-Nya. Apa pun masalahnya, bagaimana pun susah pergumulan hidupnya, seberapa parah pun sakit-penyakitnya Tuhan pasti bersedia menolong karena pada
*Yeremia 17:7* (TB) Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan
Berkat penyelesaian masalah dengan luar biasa pasti kita peroleh jika kita menyerahkan dan mempercayakannya kepada Tuhan, karena Tuhan pasti akan bertindak ( *Mazmur 37:5* )
Kiranya Tuhan Yesus memampukan kita untuk senantiasa memandang akan kasih setia-Nya sehingga kita diselamatkan-Nya. Haleluya, Imanuel
*PD AUTOPIA MALANG*
Ninik SR
Rema kali ini bertema
*MEMANDANG TUHAN*
Diambil dari:
*Yohanes 3: 14-15* (TB) Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.
Saudaraku kekasih Kristus, pada zaman Musa, ketika Musa membawa bangsa Israel keluar dari Mesir, beberapa kali bangsa itu memberontak, bersungut, dan melawan Allah melalui sikap, perkataan, dan perbuatan mereka. Dikisahkan melalui ayat-ayat pada penggalan firman ini
*Bilangan 21: 4-9* (TB) Setelah mereka berangkat dari Gunung Hor, berjalan ke arah Laut Teberau untuk mengelilingi tanah Edom, maka bangsa itu tidak dapat lagi menahan hati di tengah jalan. Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa, “Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak.” Lalu Tuhan menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa-bangsa itu yang memagut mereka sehingga banyak dari orang Israel yang mati. Kemudian datanglah bangsa itu mendapatkan Musa dan berkata, “Kami telah berdosa sebab kami berkata-kata melawan Tuhan dan engkau; berdoalah kepada Tuhan supaya dijauhkan-Nya ular-ular ini daripada kami.” Lalu Musa berdoa untuk bangsa itu. Maka berfirmanlah Tuhan kepada Musa, “Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang, maka setiap orang yang terpagut jika ia melihatnya akan tetap hidup.” Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang, maka jika seseorang dipagut ular dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup.
Bukankah kita pun tidak lebih baik daripada mereka? Saat Bapa membersamai perjalanan hidup kita, khususnya manakala kita menghadapi tantangan, hambatan, dan ancaman, bukankah kita pun seringkali melawan Allah? Mungkin di antara kita bergumam, _ “Mengapa persoalan hidup selalu menekan hidupku? Belum selesai satu masalah, sudah timbul masalah lain, kapan selesainya? Tidakkah Allah melihat sengsaraku?”_ dan seribu gumam serta gerutu yang lain.
Di sekeliling kita memang banyak sekali ular tedung yang siap memangsa kita. Ular tedung yang akan membunuh kita itu bukan lagi berupa ular tedung yang nyata, melainkan ular tedung yang berupa aneka pergumulan dan persoalan yang membelit hidup kita.
Aneka pergumulan hidup, baik dari dalam keluarga kita, pekerjaan kita, perekonomian kita, kesehatan kita, calon pasangan hidup yang tidak sesuai kehendak Tuhan, maupun dari luar keluarga kita.
Pada masa lalu Tuhan bersabda jika kita memandang ular tembaga itu, seseorang yang terpagut ular akan tetap hidup ( *Bilangan 21: 8-9* ) dan barangsiapa mencari Tuhan dia akan hidup ( *Amos 5:6a* ) sementara pada Perjanjian Baru disabdakan bahwa setiap orang yang percaya akan memperoleh hidup kekal ( *Yohanes 3: 15* ).
Memandang ular tembaga pada Perjanjian Lama dan meninggikan Anak Manusia pada Perjanjian Baru ( *Yohanes 3: 14-15* ) tersebut bisa bermakna mempercayakan dan mengandalkan hidup kepada Tuhan Yesus. Dengan demikian, dia akan diberkati dan diselamatkan-Nya. Apa pun masalahnya, bagaimana pun susah pergumulan hidupnya, seberapa parah pun sakit-penyakitnya Tuhan pasti bersedia menolong karena pada
*Yeremia 17:7* (TB) Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan
Berkat penyelesaian masalah dengan luar biasa pasti kita peroleh jika kita menyerahkan dan mempercayakannya kepada Tuhan, karena Tuhan pasti akan bertindak ( *Mazmur 37:5* )
Kiranya Tuhan Yesus memampukan kita untuk senantiasa memandang akan kasih setia-Nya sehingga kita diselamatkan-Nya. Haleluya, Imanuel
*PD AUTOPIA MALANG*
Ninik SR
Komentar
Posting Komentar