2825 Rema : MEMERINTAH ATAU MEMINTA?
Shalom Aleichem b'Shem Yeshua Ha Mashiach, saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus, renungan malam ini diambil dari :
Bacaan :
*Filemon 1 : 1-25*
Nats
*Filemon 1 : 8-9* Karena itu, sekalipun di dalam Kristus aku mempunyai kebebasan penuh untuk *memerintahkan kepadamu* apa yang harus engkau lakukan, tetapi mengingat kasihmu itu, *lebih baik aku memintanya dari padamu*.
Dengan judul
*MEMERINTAH ATAU MEMINTA?*
Dasar penulisan surat Paulus kepada Filemon adalah untuk mengembalikan Onesimus, sebagai budak yang telah melarikan jauh dari Filemon karena membawa pergi harta milik Filemon dan di tengah jalan bertemu dengan Paulus yang akhirnya menjadi Kristen. Sementara Filemon sendiri adalah teman sekerja Paulus.
Mengingat usia Paulus saat itu sudah tua dan dalam keadaan dipenjara karena Kristus, maka sudah sewajarnya Paulus meminta sesuatu dengan _perintah_ kepada Filemon tapi tidak dilakukannya, karena Filemon orang yang penuh kasih dan seorang Kristen terkemuka di kota Kolose.
Tentunya sebagai orang yang penuh kasih dan terpandang, tidak diperlukan lagi perintah tapi cukup dengan meminta, Paulus berharap melalui kepekaan Filemon maka Onesimus dapat diterima kembali.
Bisa dibayangkan seorang tua seperti Paulus mau menghormati yang muda dengan penuh sopan untuk meminta sesuatu.
Bagaimana dengan kita saat ini dalam hubungan dengan sesama manusia bahkan sesama umat Allah terlebih lagi sesama Pelayan? Apakah teladan kepribadian Paulus diatas bisa atau sudah kita terapkan? Alih-alih menggunakan kata lain, tetapi tetap saja ujungnya kita memerintah, padahal bila kita baca keseluruhan surat Filemon ini, Paulus dianggap sangat berhati-hati dalam menyampaikan pendapatnya. Paulus yang telah mengenal pertobatan dan pelayanan Onesimus bahkan yang menganggap pelayanan Onesimus sangat berguna seperti arti dari namanya (Onesimus dalam bahasa Yunani berarti _Berguna_), Pauluspun meminta dengan sopan kepada Filemon agar Onesimus dianggap sebagai saudara seiman yang berguna bagi Paulus maupun Filemon.
Saudaraku, marilah kita belajar dari kisah Onesimus, Paulus dan Filemon ini, berada dimanapun peran kita, mari bersikap seperti yang juga Tuhan Yesus ajarkan kepada kita :
*Filipi 2 : 3b-4* Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.
Dalam kasus Onesimus, Paulus menganggap Onesimus adalah orang yang berguna bagi pertumbuhan iman jemaat dan sebagai _”hamba”_ tentunya Onesimus sangat menghormati Paulus sebagai orang yang telah menyelamatkan jiwanya dan kepada Filemon orang yang telah diambil hartanya dimasa lalu.
Dan dalam posisi Filemon, dia adalah orang terpandang, bila dia tidak memiliki kerendahan hati untuk menerima permintaan Paulus yaitu menerima Onesimus sebagai teman/saudara sepelayanan, maka tentulah pelayanannya akan dipertanyakan oleh jemaat di Kolose.
Saudaraku, seringkali kita berada dalam salah satu posisi di atas, dan bila kita tidak mau menerapkan firman di atas maka kemungkinan yang terjadi adalah :
1. Paulus dengan arogannya memerintahkan Filemon untuk menerima Onesimus dengan lebih menonjolkan keseniorannya. Lalu Filemon bisa jadi menolak, karena Onesimus adalah maling dan Paulus dianggap tidak tahu menahu tentang Onesimus.
2. Filemon menolak permintaan Paulus karena Onesimus adalah noda bagi pelayanannya di jemaat Kolose karena Filemon adalah satu satu jemaat yang terpandang.
3. Onesimus akan kembali kabur bahkan mungkin lebih jauh dari Roma (kota tempat yang terkenal sebagai tempat pelarian para budak) dan dimungkinkan dia akan menjadi orang yang lebih jahat.
Lalu, menjadi sia-sia bukan? pertobatan dan kasih yang telah diterima melalui pengajaran dari Tuhan Yesus? Paling tidak ada 3 jiwa batal masuk ke Kerajaan Surga.
Bagaimana tanggung jawab kita menghadapi hal-hal diatas?
Mari masing-masing melihat diri sendiri, dimana kita berada? Masihkah mengganggap sepi ajaran Tuhan Yesus untuk merendahkan diri dengan memilih bersikap untuk _meminta bukan memerintah_ atau sebaliknya?
Ingat saudaraku,
*1 Korintus 13:4-7* Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu
Kalau kita benar-benar menerapkan kasih seperti Filemon, maka orang-orang yang ada di sekitar kita sungkan untuk memerintah tapi justru meminta.
Bahkan kita bisa menjadi Paulus yang lebih memilih meminta daripada memerintah, karena ketika memerintah, rasa senioritas kita pasti akan muncul, padahal Paulus sudah tua dan ada dalam penjara (membutuhkan banyak perhatian).
Apalagi bila menjadi Onesimus yang mau bertobat dan dengan rendah hati mau mengakui kesalahan serta kembali kepada pemilik barang yang dicurinya. Sangat tidak mudah bisa berhadapan dan hidup berdampingan dengan orang yang telah kita rugikan selama ini.
Mari saudaraku kita berjuang untuk mawas diri, jangan tergesa merendahkan orang lain karena
*Roma 3 : 10* seperti ada tertulis: "Tidak ada yang benar, seorangpun tidak.
Dan
*Matius 7:2* Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."
Selamat malam.
Tuhan Yesus Amin
Salam kasih
*PD Imanuel Jakarta*
Lilies
Bacaan :
*Filemon 1 : 1-25*
Nats
*Filemon 1 : 8-9* Karena itu, sekalipun di dalam Kristus aku mempunyai kebebasan penuh untuk *memerintahkan kepadamu* apa yang harus engkau lakukan, tetapi mengingat kasihmu itu, *lebih baik aku memintanya dari padamu*.
Dengan judul
*MEMERINTAH ATAU MEMINTA?*
Dasar penulisan surat Paulus kepada Filemon adalah untuk mengembalikan Onesimus, sebagai budak yang telah melarikan jauh dari Filemon karena membawa pergi harta milik Filemon dan di tengah jalan bertemu dengan Paulus yang akhirnya menjadi Kristen. Sementara Filemon sendiri adalah teman sekerja Paulus.
Mengingat usia Paulus saat itu sudah tua dan dalam keadaan dipenjara karena Kristus, maka sudah sewajarnya Paulus meminta sesuatu dengan _perintah_ kepada Filemon tapi tidak dilakukannya, karena Filemon orang yang penuh kasih dan seorang Kristen terkemuka di kota Kolose.
Tentunya sebagai orang yang penuh kasih dan terpandang, tidak diperlukan lagi perintah tapi cukup dengan meminta, Paulus berharap melalui kepekaan Filemon maka Onesimus dapat diterima kembali.
Bisa dibayangkan seorang tua seperti Paulus mau menghormati yang muda dengan penuh sopan untuk meminta sesuatu.
Bagaimana dengan kita saat ini dalam hubungan dengan sesama manusia bahkan sesama umat Allah terlebih lagi sesama Pelayan? Apakah teladan kepribadian Paulus diatas bisa atau sudah kita terapkan? Alih-alih menggunakan kata lain, tetapi tetap saja ujungnya kita memerintah, padahal bila kita baca keseluruhan surat Filemon ini, Paulus dianggap sangat berhati-hati dalam menyampaikan pendapatnya. Paulus yang telah mengenal pertobatan dan pelayanan Onesimus bahkan yang menganggap pelayanan Onesimus sangat berguna seperti arti dari namanya (Onesimus dalam bahasa Yunani berarti _Berguna_), Pauluspun meminta dengan sopan kepada Filemon agar Onesimus dianggap sebagai saudara seiman yang berguna bagi Paulus maupun Filemon.
Saudaraku, marilah kita belajar dari kisah Onesimus, Paulus dan Filemon ini, berada dimanapun peran kita, mari bersikap seperti yang juga Tuhan Yesus ajarkan kepada kita :
*Filipi 2 : 3b-4* Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.
Dalam kasus Onesimus, Paulus menganggap Onesimus adalah orang yang berguna bagi pertumbuhan iman jemaat dan sebagai _”hamba”_ tentunya Onesimus sangat menghormati Paulus sebagai orang yang telah menyelamatkan jiwanya dan kepada Filemon orang yang telah diambil hartanya dimasa lalu.
Dan dalam posisi Filemon, dia adalah orang terpandang, bila dia tidak memiliki kerendahan hati untuk menerima permintaan Paulus yaitu menerima Onesimus sebagai teman/saudara sepelayanan, maka tentulah pelayanannya akan dipertanyakan oleh jemaat di Kolose.
Saudaraku, seringkali kita berada dalam salah satu posisi di atas, dan bila kita tidak mau menerapkan firman di atas maka kemungkinan yang terjadi adalah :
1. Paulus dengan arogannya memerintahkan Filemon untuk menerima Onesimus dengan lebih menonjolkan keseniorannya. Lalu Filemon bisa jadi menolak, karena Onesimus adalah maling dan Paulus dianggap tidak tahu menahu tentang Onesimus.
2. Filemon menolak permintaan Paulus karena Onesimus adalah noda bagi pelayanannya di jemaat Kolose karena Filemon adalah satu satu jemaat yang terpandang.
3. Onesimus akan kembali kabur bahkan mungkin lebih jauh dari Roma (kota tempat yang terkenal sebagai tempat pelarian para budak) dan dimungkinkan dia akan menjadi orang yang lebih jahat.
Lalu, menjadi sia-sia bukan? pertobatan dan kasih yang telah diterima melalui pengajaran dari Tuhan Yesus? Paling tidak ada 3 jiwa batal masuk ke Kerajaan Surga.
Bagaimana tanggung jawab kita menghadapi hal-hal diatas?
Mari masing-masing melihat diri sendiri, dimana kita berada? Masihkah mengganggap sepi ajaran Tuhan Yesus untuk merendahkan diri dengan memilih bersikap untuk _meminta bukan memerintah_ atau sebaliknya?
Ingat saudaraku,
*1 Korintus 13:4-7* Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu
Kalau kita benar-benar menerapkan kasih seperti Filemon, maka orang-orang yang ada di sekitar kita sungkan untuk memerintah tapi justru meminta.
Bahkan kita bisa menjadi Paulus yang lebih memilih meminta daripada memerintah, karena ketika memerintah, rasa senioritas kita pasti akan muncul, padahal Paulus sudah tua dan ada dalam penjara (membutuhkan banyak perhatian).
Apalagi bila menjadi Onesimus yang mau bertobat dan dengan rendah hati mau mengakui kesalahan serta kembali kepada pemilik barang yang dicurinya. Sangat tidak mudah bisa berhadapan dan hidup berdampingan dengan orang yang telah kita rugikan selama ini.
Mari saudaraku kita berjuang untuk mawas diri, jangan tergesa merendahkan orang lain karena
*Roma 3 : 10* seperti ada tertulis: "Tidak ada yang benar, seorangpun tidak.
Dan
*Matius 7:2* Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."
Selamat malam.
Tuhan Yesus Amin
Salam kasih
*PD Imanuel Jakarta*
Lilies
Komentar
Posting Komentar