2771 Rema : JANGANLAH BODOH, JADILAH BIJAK

Shalom Aleichem b"Shem Yeshua Ha Mashiach .
Tema renungan kita malam ini :

*JANGANLAH BODOH, JADILAH BIJAK*

Diambil dari:

*Efesus 5:17* (TB) "Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan."


Saudaraku kekasih Kristus, saat seseorang mengatakan kepada kita bahwa kita bodoh, pasti kita tidak terima, tersinggung, sakit hati, bahkan marah. Hari  ini Tuhan Yesus menghendaki agar kita tidak bodoh dan berpesan agar kita mengerti serta melakukan kehendak-Nya dengan cara semakin memiliki kedewasaan rohani. Sebagai penanda bahwa seseorang telah mengalami kedewasaan rohani, ia pasti tidak akan bertindak sebagaimana orang bebal (bodoh), tetapi seperti orang bijak yang mengerti dan menerapkan apa yang menjadi kehendak-Nya.
Acapkali, meski sudah bertahun-tahun menjadi Kristen, kita masih menyandang status sebagai orang bebal/bodoh karena tidak mau memahami dan mengerti kehendak-Nya apalagi menerapkan yang telah disampaikan-Nya pada ibadah-ibadah kita. Sebagai penanda bahwa seseorang tidak mengerti kehendak Tuhan adalah jika ia lebih suka berjalan menurut menurut kehendaknya sendiri dan hidup menurut keinginan kedagingannya daripada tunduk pada tuntunan dan kehendak-Nya.

"Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan Tuhan dan jauhilah kejahatan”
( *Amsal 3:5-7* )

Bukankah seringkali kehendak dan keinginan kita membawa kita kepada kegagalan demi kegagalan? Seseorang dikatakan arif dan bijak jika dalam menjalani hidupnya telah mampu memahami dan menerapkan rencana dan kehendak-Nya. Namun, semua itu memang harus melalui proses panjang yang tidak mudah, akan ada banyak kendala dan benturan. Sama seperti pengakuan Rasul Paulus:

“Sebab apa yang aku perbuat aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat. Sebab aku tahu bahwa di dalam aku yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat.”
( *Roma 7:15, 18-19* )

Meskipun demikian, janganlah kita berputus asa dan menyerah di tengah jalan. Justru pada saat itulah kita ingat pesan ini:

“Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.”
( *2 Korintus 12:9a* )


Kita  pun sadar bahwa seringkali justru larangan Tuhanlah yang kita lakukan dan sebaliknya apa yang Tuhan perintahkan justru tidak kita laksanakan dalam hidup ini. Maka, kita harus, sekali lagi harus, bersedia dan ikhlas meninggalkan kesenangan dunia, meninggalkan manusia kedagingan kita, dan berusaha untuk tetap kudus dan menjadi pribadi yang taat, haus, dan rindu akan sabda dan kehendak-Nya. Selalu berpaut kepada-Nya dengan melaksanakan perintah-Nya, yakni melakukan ibadah sedikitnya tujuh kali per hari dan menjaga kekudusan diri. Melalui ibadah yang berulang-ulang kita laksanakan tersebut, Tuhan Yesus akan menudungi dan menaungi kita dari segala godaan kehendak kedagingan/keduniawian kita. Dan dengan ibadah berkali-kali dalam sehari itu pulalah, hati kita pun dijauhkan-Nya daripada yang jahat.

Ingat akan pesan-Nya,

“Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan karena dari situlah terpancar kehidupan.”
( *Amsal 4:23* )

jagalah agar apa yang jahat tidak kita lakukan, sebab

“Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, sebab dari dalam, dari hati orang timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang.”
( *Markus 7:20-23* )


Jangan biarkan kedagingan/keduniawian memenuhi, apalagi lebih besar dalam kehidupan ini, sebab dengan demikian kita akan menjadi musuh Allah!

“Tidakkah kamu tahu bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi, barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah.”
( *Yakobus 4:4b* )


Maka marilah menjadi manusia bijak, bijak dalam tindakan, pikiran, dan perkataan. Bijak  dalam mengambil keputusan dan bijak dalam mengisi aktivitas kita sehari-hari. Mari kita tinggalkan hal² dunia ini karena hidup hanya satu kali dengan waktu yang sangat terbatas sesuai kehendak-Nya. Mari kita perjuangkan agar saat kapan pun, sewaktu-waktu kita dikehendaki-Nya meninggalkan dunia ini, kita berada dalam kondisi hidup kudus sehingga kita bisa bersama-sama dengan Tuhan Yesus yang Mahakudus di surga. Amin

*PD AUTOPIA MALANG*
Ninik SR

Komentar

Postingan populer dari blog ini

2272 Rema: TUHAN MEMBERIKAN YANG KITA BUTUHKAN BUKAN YANG KITA INGINKAN

2334 Rema: PERBEDAAN ORANG FASIK DAN ORANG BENAR

520 Rensi: Hukuman Menambah dan Mengurangi Firman