2799 Rema : APA KESAN YANG KITA TINGGALKAN?
Shalom Aleichem b’Shem Yeshua Ha Mashiach.
Renungan malam ini bertema:
*APA KESAN YANG KITA TINGGALKAN?*
Diambil dari
*Amsal 10:7* “Kenangan kepada orang benar mendatangkan berkat, tetapi nama orang fasik menjadi busuk”
Saat menghadiri ibadah penghiburan untuk saudara kita yang telah dipanggil oleh Tuhan, seringkali kita harus menitikkan air mata sekalipun kita tahu bahwa saudara kita itu dipanggil karena dikasihi Tuhan Yesus. Kenang-kenangan terhadap yang telah meninggalkan kita seringkali membuat hati kita berat untuk melepasnya pulang ke surga.
Berhari-hari, bahkan berbulan-bulan kita masih mengingat kebaikan saudara kita tersebut, bukan? Kemudian, sanak keluarga dan handai taulan kita pun akan menuliskan kenang-kenangannya tentang kita pada catatan yang seringkali dilabeli “ _in memoriam_” Nah, bagaimana kesan yang dituliskan di sana menunjukkan semua karya semasa kita hidup di dunia. Adakah kata-kata indah? Atau justru sebaliknya?
Saudaraku, kita juga mengenal peribahasa lama, “Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, dan manusia mati meninggalkan nama.” Pasti kita masih mengingat jelas makna dari peribahasa ini. Suatu saat nanti, jika Tuhan Yesus menghendaki menjemput kita akan ada sesuatu yang kita tinggalkan, yakni nama baik! Ya, seharusnya nama baik, bukan malah sebaliknya: reputasi yang buruk!
Sehubungan dengan peribahasa tersebut, Alkitab, tepatnya penulis Amsal menegaskan, “Kenangan kepada orang benar mendatangkan berkat, tetapi nama orang fasik menjadi busuk” ( *Amsal 10:7* ).
Maksud Amsal ini pun jelas: orang benar yang sudah meninggal akan tetap hidup dalam kenangan orang-orang yang mencintainya.
Tentu saja bukan kenangan yang buruk, melainkan kenangan indah yang mendatangkan berkat. Inilah kualitas hidup yang luar biasa dari orang benar. Raganya boleh tidak ada lagi di dunia, tetapi teladannya terus menjadi inspirasi yang membangkitkan semangat bagi yang ditinggalkannya!
Namun, berbeda dengan orang fasik atau orang yang jahat. Seiring dengan raganya yang membusuk, namanya pun ikut membusuk.
"Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar," ( *Amsal 22:1* ).
Karena itu selagi kita masih beroleh kesempatan menghirup udara baru marilah melakukan segala tugas dan tanggung jawab yang dipercayakan dengan kualitas terbaik karena tidak selamanya pintu kesempatan itu terbuka untuk kita.
"Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga karena takada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi." ( *Pengkotbah 9:10* ).
Jadi, mari kita jalani kehidupan ini sebaik mungkin, tidak hanya untuk meraih sesuatu bagi diri sendiri, tetapi juga untuk menjadi inspirasi bagi generasi mendatang. Jangan sampai tidak ada yang diingat orang, selain perkataan dan perbuatan buruk yang pernah kita lakukan.
Bagaimana kita hidup di masa kini akan menentukan bagaimana orang mengenang kita di masa depan.
Akhirnya, marilah kita pun mengingat pesan Tuhan Yesus ini. “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”
( *Roma 12:2* )
Kiranya Tuhan Yesus membersamai dan memberkati kita, amin.
*PD AUTOPIA MALANG*
Ninik SR
Renungan malam ini bertema:
*APA KESAN YANG KITA TINGGALKAN?*
Diambil dari
*Amsal 10:7* “Kenangan kepada orang benar mendatangkan berkat, tetapi nama orang fasik menjadi busuk”
Saat menghadiri ibadah penghiburan untuk saudara kita yang telah dipanggil oleh Tuhan, seringkali kita harus menitikkan air mata sekalipun kita tahu bahwa saudara kita itu dipanggil karena dikasihi Tuhan Yesus. Kenang-kenangan terhadap yang telah meninggalkan kita seringkali membuat hati kita berat untuk melepasnya pulang ke surga.
Berhari-hari, bahkan berbulan-bulan kita masih mengingat kebaikan saudara kita tersebut, bukan? Kemudian, sanak keluarga dan handai taulan kita pun akan menuliskan kenang-kenangannya tentang kita pada catatan yang seringkali dilabeli “ _in memoriam_” Nah, bagaimana kesan yang dituliskan di sana menunjukkan semua karya semasa kita hidup di dunia. Adakah kata-kata indah? Atau justru sebaliknya?
Saudaraku, kita juga mengenal peribahasa lama, “Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, dan manusia mati meninggalkan nama.” Pasti kita masih mengingat jelas makna dari peribahasa ini. Suatu saat nanti, jika Tuhan Yesus menghendaki menjemput kita akan ada sesuatu yang kita tinggalkan, yakni nama baik! Ya, seharusnya nama baik, bukan malah sebaliknya: reputasi yang buruk!
Sehubungan dengan peribahasa tersebut, Alkitab, tepatnya penulis Amsal menegaskan, “Kenangan kepada orang benar mendatangkan berkat, tetapi nama orang fasik menjadi busuk” ( *Amsal 10:7* ).
Maksud Amsal ini pun jelas: orang benar yang sudah meninggal akan tetap hidup dalam kenangan orang-orang yang mencintainya.
Tentu saja bukan kenangan yang buruk, melainkan kenangan indah yang mendatangkan berkat. Inilah kualitas hidup yang luar biasa dari orang benar. Raganya boleh tidak ada lagi di dunia, tetapi teladannya terus menjadi inspirasi yang membangkitkan semangat bagi yang ditinggalkannya!
Namun, berbeda dengan orang fasik atau orang yang jahat. Seiring dengan raganya yang membusuk, namanya pun ikut membusuk.
"Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar," ( *Amsal 22:1* ).
Karena itu selagi kita masih beroleh kesempatan menghirup udara baru marilah melakukan segala tugas dan tanggung jawab yang dipercayakan dengan kualitas terbaik karena tidak selamanya pintu kesempatan itu terbuka untuk kita.
"Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga karena takada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi." ( *Pengkotbah 9:10* ).
Jadi, mari kita jalani kehidupan ini sebaik mungkin, tidak hanya untuk meraih sesuatu bagi diri sendiri, tetapi juga untuk menjadi inspirasi bagi generasi mendatang. Jangan sampai tidak ada yang diingat orang, selain perkataan dan perbuatan buruk yang pernah kita lakukan.
Bagaimana kita hidup di masa kini akan menentukan bagaimana orang mengenang kita di masa depan.
Akhirnya, marilah kita pun mengingat pesan Tuhan Yesus ini. “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”
( *Roma 12:2* )
Kiranya Tuhan Yesus membersamai dan memberkati kita, amin.
*PD AUTOPIA MALANG*
Ninik SR
Komentar
Posting Komentar