2906 Regi : Jangan Meremehkan Perihal yang Tampak Kecil

Shalom Aleichem b’Shem Yeshua Ha Mashiach.

Selamat pagi dan salam sejahtera para kekasih Kristus.
Pada hari menjelang Paskah ini, marilah kita lebih dalam mempelajari "hal-hal kecil" yang seringkali "diremehkan" dan "tidak diindahkan" dalam kehidupan umat orang percaya. Namun, perihal semacam itu dapat berdampak merugikan bagi barangsiapa yang tidak memperhatikannya.

Judul renungan ini adalah:

*Jangan Meremehkan Perihal yang Tampak Kecil*


Bacaan Firman:

*2 Samuel 6: 20-23*
Ketika Daud pulang untuk memberi salam kepada seisi rumahnya, maka keluarlah Mikhal binti Saul mendapatkan Daud, katanya: "Betapa raja orang Israel, yang menelanjangi dirinya pada hari ini di depan mata budak-budak perempuan para hambanya, merasa dirinya terhormat pada hari ini, seperti orang hina dengan tidak malu-malu menelanjangi dirinya!" Tetapi berkatalah Daud kepada Mikhal: "Di hadapan TUHAN, yang telah memilih aku dengan menyisihkan ayahmu dan segenap keluarganya untuk menunjuk aku menjadi raja atas umat TUHAN, yakni atas Israel, --di hadapan TUHAN aku menari-nari, bahkan aku akan menghinakan diriku lebih dari pada itu; engkau akan memandang aku rendah, tetapi bersama-sama budak-budak perempuan yang kaukatakan itu, bersama-sama merekalah aku mau dihormati." Mikhal binti Saul tidak mendapat anak sampai hari matinya.


Kekasih Kristus, Mikhal istri Daud, anak Saul, tidak menyadari bahwa dengan sikap memandang rendah dan memperkatakan suaminya: seperti *orang hina dan tidak tahu malu* ketika Daud menari dan memuji Allah dengan sepenuh hati dengan hanya berbaju efod dan kain lenan, berakibat fatal bagi Mikhal, ia tidak mendapat anak sampai akhir hayatnya.
Sebagai seorang istri tanpa memberikan anak bagi suami merupakan aib bagi bangsa Israel. Aib itu ditanggung selama hidup Mikhal akibat salah ucap “kecil”, kepada suaminya.

Salah ucap semacam ini tidak hanya tidak disadari oleh Mikhal saja, hal itu juga terjadi pada diri Daud sendiri dan juga Musa.
Daud sewaktu ditanya oleh raja kota Gat, Akhis, ketika diajak berperang melawan bangsanya sendiri, Israel, dia menjawab: “Baik, engkau akan tahu, apa yang dapat diperbuat hambamu ini.”
*(1 Samuel 28: 2)*.

Tanpa disadari Daud, sebagai rasa balas budinya, karena pada saat itu ia bersama enam ratus orang pasukannya diberi tempat persembunyian di Ziklag di wilayah Filistin oleh Akhis, maka ia menjanjikan yang terbaik kepada Akhis yang akan berperang melawan bangsa kekasih Allah, Israel. Perkataan Daud itu sungguh menyakitkan hati Allah. Akibatnya, ketika Daud dan tentaranya ditengah kelelahannya kembali ke Ziklag, mereka menjumpai tempat itu telah dibumi-hanguskan oleh orang-orang Amalek.
Allah memperkenan Daud dan para tentaranya mengalami hal yang sangat buruk akibat “salah kata” yang dilakukannya. Mereka dikatakan: “Lalu menangislah Daud dan rakyat yang bersama-sama dengan dia itu dengan nyaring, sampai mereka tidak kuat lagi menangis.”
*(1 Samuel 30: 4)*.

Betapa tragisnya akibat dari "kesalahan ucap kecil" yang tidak disengaja ini.

Musa sebagai nabi besar juga mengalami keseleo lidah ketika berkata: "Dengarlah kepadaku, hai orang-orang durhaka, apakah kami harus mengeluarkan air bagimu dari bukit batu ini?"
*(Bilangan 20: 10)*.

Dua kesalahan sekaligus dilakukan oleh Musa melalui ucapannya: pertama, menyebut bangsa pilihan Allah sebagai orang-orang durhaka; kedua, mengatakan bahwa kami (Musa dan Harun) yang akan mengeluarkan air dari bukit batu bagi bangsa Israel, bukan Allah!
Ditambah lagi kesalahan ketiga adalah mendemonstrasikan kemarahannya dengan mengangkat tangannya, lalu memukul bukit batu itu dengan tongkatnya dua kali
*(Bilangan 20: 11)*, padahal perintah-Nya hanya untuk mengatakan kepada bukit batu itu, tanpa memukulnya. Kesalahan-kesalahan “kecil” yang dilakukan Musa ini menjadikan Allah gusar dan berfirman: "Karena kamu tidak percaya kepada-Ku dan tidak menghormati kekudusan-Ku di depan mata orang Israel, itulah sebabnya kamu tidak akan membawa jemaah ini masuk ke negeri yang akan kuberikan kepada mereka."
*(Bilangan 20: 12)*.

Empat puluh tahun lamanya Musa mendampingi umat Israel, pada akhirnya akibat kesalahan ucapan dan tindakannya, dia gagal masuk ke dalam tanah perjanjian!

*Ternyata ucapan dan tindakan sekecil apa pun* merupakan dua hal yang sangat perlu kita perhatikan.
Satu hal lagi dapat kita pelajari dari rasul Petrus, yaitu tindakan keraguannya pada saat dia berjalan di atas air didampingi oleh Tuhan Yesus.

*Matius 14: 28-31*
Kata Yesus: “Datanglah!” Maka, Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus. Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: “Tuhan, tolonglah aku!” Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata, “Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?”


Secara akal budi manusia, wajarlah jika Petrus merasa takut ketika terjadi tiupan angin yang mengganggu kestabilan berdirinya di atas air.
Karena hal itu membahayakan bagi dirinya, bisa tenggelam. Namun Tuhan Yesus lebih melihat hati Petrus yang bimbang atas perintah-Nya. Akibat dari kebimbangan hati seseorang akan firman Allah, lebih ditegaskan lagi dalam Surat Yakobus:

*Yakobus 1: 6-8*
… sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan. Sebab orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya.


Tindakan keraguan terhadap firman Allah membuahkan ketidaktenangan hidup yang kita sadari apabila hal itu terjadi pada kita akan sangat menyiksa.
Oleh karenanya, para kekasih Kristus marilah kita introspeksi … adakah perkataan dan perbuatan “remeh” yang sekiranya mendukakan hati Allah yang telah kita lakukan?
Mari memohon pengampunan, agar belas kasih Kristus diberikan dan pertolongan-Nya kembali disediakan bagi kita, sehingga kita akan dibebaskan dari celaka oleh karena kekecewaan-Nya. Selamat bermawas diri pada hari-hari menjelang Paskah ini! Roh Kudus berkenanlah menuntun, sehingga Tuhan Yesus kembali memberkati kita semua, amin.

*PD Autopia – Malang*
_gunawanwibisono_

Komentar

Postingan populer dari blog ini

2272 Rema: TUHAN MEMBERIKAN YANG KITA BUTUHKAN BUKAN YANG KITA INGINKAN

2334 Rema: PERBEDAAN ORANG FASIK DAN ORANG BENAR

520 Rensi: Hukuman Menambah dan Mengurangi Firman