2892 Regi : UJIAN IMAN (RAJA ASA)
Shalom Aleichem b’Shem Yeshua Ha Mashiach.
Selamat pagi dan salam sejahtera di dalam Tuhan kita Yesus Kristus.
Renungan pagi ini berjudul:
*UJIAN IMAN (RAJA ASA)*
Bacaan Firman dari
*2 Tawarikh 16: 1-14*
Nats:
*2 Tawarikh 16: 7-9* (TB)
Pada waktu itu datanglah Hanani, pelihat itu, kepada Asa, raja Yehuda, katanya kepadanya: “Karena engkau bersandar kepada raja Aram dan tidak bersandar kepada TUHAN Allahmu, oleh karena itu terluputlah tentara raja Aram dari tanganmu. Bukankah tentara orang Etiopia dan Libia besar jumlahnya, kereta dan orang berkudanya sangat banyak? Namun TUHAN telah menyerahkan mereka ke dalam tanganmu, karena engkau bersandar kepada-Nya. karena mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia. Dalam hal ini engkau telah berlaku bodoh, oleh sebab itu mulai sekarang ini engkau akan mengalami peperangan.”
Kekasih Kristus, setiap tokoh dalam Alkitab ,kita ketahui mengalami ujian iman masing-masing: Adam, Nuh, Abraham, Ishak, Yakub, Yusuf, Musa, Daud, Salomo, Elia, Elisa, Yeremia (PL) hingga para rasul: Matius sampai Paulus (PB). Tidak satu pun terluput dari ujian iman tersebut. Kali ini kita belajar dari ujian iman terhadap raja ketiga Kerajaan Yehuda, Asa.
Kehidupan ber-iman Asa secara jelas dapat dibagi dalam 3 periode.
Pertama, dalam sepuluh tahun awal sebagai raja, menghadapi ujian terhadap kondisi yang diwarisi dari pendahulunya yaitu penyembahan berhala yang marak di seluruh Yehuda, Asa sangat tekun melakukan apa yang baik di mata Allah: menghancurkan mezbah-mezbah berhala, bukit-bukit pengorbanan, meruntuhkan pilar-pilar kudus dan patung-patung kayu. Secara tegas memerintahkan rakyatnya kembali mencari Allah leluhur mereka, menjalankan hukum Taurat dan segala perintah-Nya. Asa mencari Allah dengan segenap hati, sehingga diberikan kedamaian dan kemakmuran bagi seluruh tanah Yehuda oleh Allah.
Pada periode kedua ujian iman datang dari serangan raja Etiopia dalam pasukan berjumlah besar, satu juta tentara. Pada masa kritis itu, Asa tidak gentar dan ia memilih berseru kepada Allah, sehingga kemenangan secara gilang-gemilang diberikan-Nya. Saat itu, iman Asa berada pada titik puncaknya. Allah memberikan kedamaian bagi Yehuda sampai pada tahun ketigapuluh lima Asa bertahta sebagai raja. Selama itu pula tampak jelas bahwa kemakmuran dan kedamaian negara Yehuda berasal dari Allah, ketika rajanya berjalan pada jalan-Nya.
Ujian periode ketiga berjalan pada masa enam tahun terakhir kehidupan Asa dan ujian itu datang dari saudara sebangsanya sendiri, Israel. Raja Israel, Baesa hendak menyerang Yehuda. Asa, dengan mengandalkan pengalaman politik selama hampir tigapuluh enam tahun memerintah, kemudian melakukan manuver menawarkan raja Aram, Benhadad berperang melawan raja Israel dengan imbalan emas dan perak dari perbendaharaan rumah TUHAN.
Hal itulah yang menyebabkan TUHAN menegur Asa melalui nabi pelihat, Hanani, dengan menyebutkan Asa melakukan hal yang bodoh dan akan selamanya akan mengalami peperangan dengan Israel. Alih-alih menerima nubuat nabi Hanani, melainkan disambut dengan kemarahannya.
Asa tidak memohon pengampunan kepada Allah, justru memenjarakan Hanani. Kebijakan manusiawi Asa menyeret dirinya ke dalam kesalahan fatal, sehingga pada dua tahun terakhir masa pemerintahannya, Allah memberikan sakit di kakinya yang semakin lama semakin parah.
Sekali lagi, dalam kesakitannya, Asa tidak mencari TUHAN, melainkan mengandalkan pertolongan tabib-tabib hingga menemui ajalnya.
Para kekasih Kristus, bercermin terhadap raja Asa, maka mujizat-mujizat Allah yang ditunjukkan kepadanya bukanlah merupakan hal yang memantapkan iman percayanya, namun sesungguhnya keberpautan/kelekatan hatilah yang mendekatkan kita kepada Allah.
*Mazmur 91: 14* (TB)
“Sungguh hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku.”
Daud berhasil memiliki hubungan baik sepanjang hidupnya karena keberpautan hatinya kepada-Nya.
Demikian pula, kesungguhan hati sepanjang hidup bersama Allah merupakan tuntutan bagi umat percaya, tidak diperkenankan kondisi suam-suam pada iman percaya kita:
*Wahyu 3: 16* (TB)
Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.
Apabila kita dimuntahkan dari mulut Sang Firman, maka Firman tidak ada lagi dalam diri kita, artinya kita sudah tidak memiliki kekuatan apa-apa dan kita pun menjadi bukan apa-apa lagi di hadapan manusia, terlebih di hadapan Allah.
Iman orang percaya juga tidak pernah diperbolehkan bimbang, karena akan terombang-ambing bagaikan air laut:
*Yakobus 1: 6* (TB)
Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin.
Ketika Petrus diperkenankan bisa berjalan di atas air, namun muncul kebimbangan hati ketika dirasakan tiupan angin, maka Tuhan Yesus menegur:
*Matius 14: 30-31* (TB)
Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: "Tuhan, tolonglah aku!" Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata: "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?"
Kekasih Kristus, sejauh kita mengikut Tuhan Yesus pasti ujian demi ujian telah kita alami. Berdasarkan perihal di atas, kita tahu bahwa keberpautan kepada Allah tanpa suam-suam kuku dan bimbang merupakan kunci keberhasilan iman kita. Bahkan, teladan Tuhan Yesus adalah menyerahkan diri sepenuhnya kepada Bapa, apa pun resiko yang harus diterima-Nya:
*Matius 26: 42* (TB)
"Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!”
Berjuang melawan keakuan badaniah menuju penyerahan diri secara rohaniah bukanlah hal yang mudah, seperti yang disampaikan rasul Paulus kepada jemaat di Roma:
*Roma 7: 21* (TB)
… jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku.
Marilah dengan sungguh-sungguh kita berupaya dalam tuntunan Roh Kudus, sehingga kita dapat berkata:
*Galatia 2: 20* (TB)
namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.
Sekali lagi, marilah dengan semangat bulat, kita berjuang untuk mencapai keberpautan roh kita terhadap Roh Kudus yang memampukan iman kita bertahan dengan kokoh sampai pada kesudahan hidup kita. Agar damai sejahtera Kristus kita alami baik selama tinggal sementara di bumi ini, terlebih di Kerajaan-Nya yang kekal. Immanuel.
*PD Autopia – Malang*
_gunawanwibisono_
Selamat pagi dan salam sejahtera di dalam Tuhan kita Yesus Kristus.
Renungan pagi ini berjudul:
*UJIAN IMAN (RAJA ASA)*
Bacaan Firman dari
*2 Tawarikh 16: 1-14*
Nats:
*2 Tawarikh 16: 7-9* (TB)
Pada waktu itu datanglah Hanani, pelihat itu, kepada Asa, raja Yehuda, katanya kepadanya: “Karena engkau bersandar kepada raja Aram dan tidak bersandar kepada TUHAN Allahmu, oleh karena itu terluputlah tentara raja Aram dari tanganmu. Bukankah tentara orang Etiopia dan Libia besar jumlahnya, kereta dan orang berkudanya sangat banyak? Namun TUHAN telah menyerahkan mereka ke dalam tanganmu, karena engkau bersandar kepada-Nya. karena mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia. Dalam hal ini engkau telah berlaku bodoh, oleh sebab itu mulai sekarang ini engkau akan mengalami peperangan.”
Kekasih Kristus, setiap tokoh dalam Alkitab ,kita ketahui mengalami ujian iman masing-masing: Adam, Nuh, Abraham, Ishak, Yakub, Yusuf, Musa, Daud, Salomo, Elia, Elisa, Yeremia (PL) hingga para rasul: Matius sampai Paulus (PB). Tidak satu pun terluput dari ujian iman tersebut. Kali ini kita belajar dari ujian iman terhadap raja ketiga Kerajaan Yehuda, Asa.
Kehidupan ber-iman Asa secara jelas dapat dibagi dalam 3 periode.
Pertama, dalam sepuluh tahun awal sebagai raja, menghadapi ujian terhadap kondisi yang diwarisi dari pendahulunya yaitu penyembahan berhala yang marak di seluruh Yehuda, Asa sangat tekun melakukan apa yang baik di mata Allah: menghancurkan mezbah-mezbah berhala, bukit-bukit pengorbanan, meruntuhkan pilar-pilar kudus dan patung-patung kayu. Secara tegas memerintahkan rakyatnya kembali mencari Allah leluhur mereka, menjalankan hukum Taurat dan segala perintah-Nya. Asa mencari Allah dengan segenap hati, sehingga diberikan kedamaian dan kemakmuran bagi seluruh tanah Yehuda oleh Allah.
Pada periode kedua ujian iman datang dari serangan raja Etiopia dalam pasukan berjumlah besar, satu juta tentara. Pada masa kritis itu, Asa tidak gentar dan ia memilih berseru kepada Allah, sehingga kemenangan secara gilang-gemilang diberikan-Nya. Saat itu, iman Asa berada pada titik puncaknya. Allah memberikan kedamaian bagi Yehuda sampai pada tahun ketigapuluh lima Asa bertahta sebagai raja. Selama itu pula tampak jelas bahwa kemakmuran dan kedamaian negara Yehuda berasal dari Allah, ketika rajanya berjalan pada jalan-Nya.
Ujian periode ketiga berjalan pada masa enam tahun terakhir kehidupan Asa dan ujian itu datang dari saudara sebangsanya sendiri, Israel. Raja Israel, Baesa hendak menyerang Yehuda. Asa, dengan mengandalkan pengalaman politik selama hampir tigapuluh enam tahun memerintah, kemudian melakukan manuver menawarkan raja Aram, Benhadad berperang melawan raja Israel dengan imbalan emas dan perak dari perbendaharaan rumah TUHAN.
Hal itulah yang menyebabkan TUHAN menegur Asa melalui nabi pelihat, Hanani, dengan menyebutkan Asa melakukan hal yang bodoh dan akan selamanya akan mengalami peperangan dengan Israel. Alih-alih menerima nubuat nabi Hanani, melainkan disambut dengan kemarahannya.
Asa tidak memohon pengampunan kepada Allah, justru memenjarakan Hanani. Kebijakan manusiawi Asa menyeret dirinya ke dalam kesalahan fatal, sehingga pada dua tahun terakhir masa pemerintahannya, Allah memberikan sakit di kakinya yang semakin lama semakin parah.
Sekali lagi, dalam kesakitannya, Asa tidak mencari TUHAN, melainkan mengandalkan pertolongan tabib-tabib hingga menemui ajalnya.
Para kekasih Kristus, bercermin terhadap raja Asa, maka mujizat-mujizat Allah yang ditunjukkan kepadanya bukanlah merupakan hal yang memantapkan iman percayanya, namun sesungguhnya keberpautan/kelekatan hatilah yang mendekatkan kita kepada Allah.
*Mazmur 91: 14* (TB)
“Sungguh hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku.”
Daud berhasil memiliki hubungan baik sepanjang hidupnya karena keberpautan hatinya kepada-Nya.
Demikian pula, kesungguhan hati sepanjang hidup bersama Allah merupakan tuntutan bagi umat percaya, tidak diperkenankan kondisi suam-suam pada iman percaya kita:
*Wahyu 3: 16* (TB)
Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.
Apabila kita dimuntahkan dari mulut Sang Firman, maka Firman tidak ada lagi dalam diri kita, artinya kita sudah tidak memiliki kekuatan apa-apa dan kita pun menjadi bukan apa-apa lagi di hadapan manusia, terlebih di hadapan Allah.
Iman orang percaya juga tidak pernah diperbolehkan bimbang, karena akan terombang-ambing bagaikan air laut:
*Yakobus 1: 6* (TB)
Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin.
Ketika Petrus diperkenankan bisa berjalan di atas air, namun muncul kebimbangan hati ketika dirasakan tiupan angin, maka Tuhan Yesus menegur:
*Matius 14: 30-31* (TB)
Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: "Tuhan, tolonglah aku!" Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata: "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?"
Kekasih Kristus, sejauh kita mengikut Tuhan Yesus pasti ujian demi ujian telah kita alami. Berdasarkan perihal di atas, kita tahu bahwa keberpautan kepada Allah tanpa suam-suam kuku dan bimbang merupakan kunci keberhasilan iman kita. Bahkan, teladan Tuhan Yesus adalah menyerahkan diri sepenuhnya kepada Bapa, apa pun resiko yang harus diterima-Nya:
*Matius 26: 42* (TB)
"Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!”
Berjuang melawan keakuan badaniah menuju penyerahan diri secara rohaniah bukanlah hal yang mudah, seperti yang disampaikan rasul Paulus kepada jemaat di Roma:
*Roma 7: 21* (TB)
… jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku.
Marilah dengan sungguh-sungguh kita berupaya dalam tuntunan Roh Kudus, sehingga kita dapat berkata:
*Galatia 2: 20* (TB)
namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.
Sekali lagi, marilah dengan semangat bulat, kita berjuang untuk mencapai keberpautan roh kita terhadap Roh Kudus yang memampukan iman kita bertahan dengan kokoh sampai pada kesudahan hidup kita. Agar damai sejahtera Kristus kita alami baik selama tinggal sementara di bumi ini, terlebih di Kerajaan-Nya yang kekal. Immanuel.
*PD Autopia – Malang*
_gunawanwibisono_
Komentar
Posting Komentar