2820 Regi : Daging vs Roh

Shalom Aleichem b’shem Yeshua Ha Mashiach.
Salam sejahtera kekasih-kekasih Kristus, renungan pagi  ini berjudul:

*Daging vs Roh*

Akhir-akhir ini istilah KEPO menjadi popular, meskipun sindrom ini secara psikologis membahayakan, terutama apabila sudah masuk kedalam rasa penasaran yang dalam. Knowing Every Particular Object (KEPO) alias keingin-tahuan yang mendalam akan kondisi seseorang secara mendetil, lama-kelamaan melahirkan sifat penasaran. Mulanya sekedar ingin tahu, lalu mengomentari akhirnya menghakimi atas perbuatan seseorang. Acapkali hal semacam itu berujung pada pertikaian. Sayangnya perselisihan semacam ini tidak hanya terjadi pada generasi saat ini, namun juga pada Jemaat di Filipi pada zaman rasul Paulus.

Dua orang perempuan terkemuka jemaat di Filipi, Euodia dan Sintikhe, terlibat dalam perselisihan sehingga rasul Paulus turun tangan untuk menasihati keduanya, serta mendorong Sunsugos, rekan sepelayanannya untuk mendamaikan mereka.

*Filipi 4: 2-3*
Euodia kunasihati dan Sintikhe kunasihati, supaya sehati sepikir dalam Tuhan. Bahkan, kuminta kepadamu juga, Sunsugos, temanku yang setia: tolonglah mereka. Karena mereka telah berjuang dengan aku dalam pekabaran Injil, bersama-sama dengan Klemens dan kawan-kawanku sekerja yang lain, yang nama-namanya tercantum dalam kitab kehidupan.

Suasana sehati sepikir dalam perjuangan pelayanan Injil Kristus ketika itu, sesungguhnya telah ditekankan oleh rasul Paulus melalui suratnya kepada Jemaat Filipi pada pasal sebelumnya:

*Filipi 2: 2-3*
… hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri;

Yang tidak dikehendaki Paulus adalah perbuatan mencari kepentingan diri sendiri atau mencari pujian yang sia-sia. Melainkan fokus terhadap pengutamaan kemuliaan bagi Kristus. Demikian pula, Yohanes dengan tegas menggarisbawahi bahwa Kristus harus semakin dipermuliakan, sebaliknya kita harus semakin rendah hati.

*Yohanes 3: 30*
Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.

Menurut Lukas, ditekankan bahwa setelah melakukan pelayanan kita mengucapkan:

*Lukas 17: 10*
... hendaklah kamu berkata: “Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.”

Para kekasih Kristus, menyadari bahwa unsur dalam diri kita adalah: tubuh (daging), jiwa dan roh. Di mana ketiganya memiliki karakter yang berbeda terutama antara daging yang lemah dan roh yang penurut, maka Tuhan Yesus menegur Petrus setelah kembali dari berdoa di bukit Getsemani, seminggu sebelum penyaliban-Nya, berkaitan dengan kelemahan daging para murid. Para murid ketika diminta untuk tidak tidur satu jam saja untuk menemani Sang Guru ketika sedang berdoa, namun kenyataannya mereka kedapatan tertidur semua.

*Matius 26: 41*
Ia berkata kepada Petrus: “… roh memang penurut, tetapi daging lemah.”

Kelemahan daging ini nyata terjadi pada semua orang tak terkecuali nabi, imam atau pun raja. Hawa tertarik kepada buah terlarang karena melihat bahwa buah itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya lagi pula menarik manfaatnya. Kelemahan ini menyeret suaminya, Adam dan seluruh keturunannya berdosa di hadapan Allah *(Kejadian 3: 6)*. Setelah minum anggur, Nuh mabuk dan tertidur telanjang dalam kemahnya *(Kejadian 9: 21)*. Abraham mengatakan bahwa Sara, istrinya adalah saudaranya kepada Abimelekh, raja Gerar, kemudian menyuruh mengambil Sara *(Kejadian 20: 2)*. Akibat ulah bangsa Israel yang dirasa selalu merugikan dirinya, Musa marah dan memukul bukit batu dua kali untuk mengeluarkan mata air Meriba, seraya berkata bahwa bangsa Israel merupakan orang-orang durhaka *(Bilangan 20: 10)*. Daud menikahi Batsyeba, istri Uria, prajuritnya yang setia padanya. Uria gugur di medan pertempuran akibat rekayasa Daud *(2 Samuel 11)*. Masih sangat banyak lagi contoh dalam Alkitab yang menggambarkan kelemahan daging manusia, siapa pun dia!

Sungguh, betapa lemahnya daging manusia ini. Dibuktikan dengan semua contoh di atas serta masih banyak lagi. Kita sendiri pun pasti memiliki pengalaman kelemahan daging yang begitu sulit dilawan dan kita seringkali takluk oleh kelemahan itu. Kita rasanya tidak mampu melawan dosa-dosa tertentu dalam kelemahan daging kita. Namun, melalui perjuangan secara terus-menerus dengan mengandalkan Roh Kudus bersama dengan Tuhan Yesus, kita akan dimampukan melawan dosa, sebab:     

*Ibrani 7: 25*
… Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka.

Dengan demikian kita selaku milik Kristus, pada waktu-Nya, dimampukan untuk berlaku sama seperti Dia yang telah menyalibkan daging-Nya:

*Galatia 5: 24*
Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.

Untuk membentengi diri terhadap daya rusak daging dalam diri kita:

*Markus 13: 33*
"Hati-hatilah dan berjaga-jagalah! Sebab kamu tidak tahu bilamanakah waktunya tiba.”

Kesadaran untuk berjaga-jaga ini menuntun kita untuk peka atas dosa. Melalui kepekaan terhadap dosa dan perjuangan hidup melekat kepada TUHAN *(Mazmur. _Shalom Aleichem b’shem Yeshua Ha Machiah_
Salam sejahtera kekasih-kekasih Kristus, penyajian renungan pagi hari ini berjudul:

*Daging vs Roh*

Akhir-akhir ini istilah KEPO menjadi popular, meskipun sindrom ini secara psikologis membahayakan, terutama apabila sudah masuk kedalam rasa penasaran yang dalam. Knowing Every Particular Object (KEPO) alias keingin-tahuan yang mendalam akan kondisi seseorang secara mendetil, lama-kelamaan melahirkan sifat penasaran. Mulanya sekedar ingin tahu, lalu mengomentari akhirnya menghakimi atas perbuatan seseorang. Acapkali hal semacam itu berujung pada pertikaian. Sayangnya perselisihan semacam ini tidak hanya terjadi pada generasi saat ini, namun juga pada Jemaat di Filipi pada zaman rasul Paulus.

Dua orang perempuan terkemuka jemaat di Filipi, Euodia dan Sintikhe, terlibat dalam perselisihan sehingga rasul Paulus turun tangan untuk menasihati keduanya, serta mendorong Sunsugos, rekan sepelayanannya untuk mendamaikan mereka.

*Fil. 4: 2 & 3*
Euodia kunasihati dan Sintikhe kunasihati, supaya sehati sepikir dalam Tuhan. Bahkan, kuminta kepadamu juga, Sunsugos, temanku yang setia: tolonglah mereka. Karena mereka telah berjuang dengan aku dalam pekabaran Injil, bersama-sama dengan Klemens dan kawan-kawanku sekerja yang lain, yang nama-namanya tercantum dalam kitab kehidupan.

Suasana sehati sepikir dalam perjuangan pelayanan Injil Kristus ketika itu, sesungguhnya telah ditekankan oleh rasul Paulus melalui suratnya kepada Jemaat Filipi pada pasal sebelumnya:

*Fil. 2: 2 & 3*
… hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri;

Yang tidak dikehendaki Paulus adalah perbuatan mencari kepentingan diri sendiri atau mencari pujian yang sia-sia. Melainkan fokus terhadap pengutamaan kemuliaan bagi Kristus. Demikian pula, Yohanes dengan tegas menggarisbawahi bahwa Kristus harus semakin dipermuliakan, sebaliknya kita harus semakin rendah hati.

*Yoh. 3: 30*
Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.

Menurut Lukas, ditekankan bahwa setelah melakukan pelayanan kita mengucapkan:

*Lukas 17: 10*
... hendaklah kamu berkata: “Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.”

Para kekasih Kristus, menyadari bahwa unsur dalam diri kita adalah: tubuh (daging), jiwa dan roh. Di mana ketiganya memiliki karakter yang berbeda terutama antara daging yang lemah dan roh yang penurut, maka Tuhan Yesus menegur Petrus setelah kembali dari berdoa di bukit Getsemani, seminggu sebelum penyaliban-Nya, berkaitan dengan kelemahan daging para murid. Para murid ketika diminta untuk tidak tidur satu jam saja untuk menemani Sang Guru ketika sedang berdoa, namun kenyataannya mereka kedapatan tertidur semua.

*Mat. 26: 41*
Ia berkata kepada Petrus: “… roh memang penurut, tetapi daging lemah.”

Kelemahan daging ini nyata terjadi pada semua orang tak terkecuali nabi, imam atau pun raja. Hawa tertarik kepada buah terlarang karena melihat bahwa buah itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya lagi pula menarik manfaatnya. Kelemahan ini menyeret suaminya, Adam dan seluruh keturunannya berdosa di hadapan Allah *(Kej. 3: 6)*. Setelah minum anggur, Nuh mabuk dan tertidur telanjang dalam kemahnya *(Kej. 9: 21)*. Abraham mengatakan bahwa Sara, istrinya adalah saudaranya kepada Abimelekh, raja Gerar, kemudian menyuruh mengambil Sara *(Kej. 20: 2)*. Akibat ulah bangsa Israel yang dirasa selalu merugikan dirinya, Musa marah dan memukul bukit batu dua kali untuk mengeluarkan mata air Meriba, seraya berkata bahwa bangsa Israel merupakan orang-orang durhaka *(Bil. 20: 10)*. Daud menikahi Batsyeba, istri Uria, prajuritnya yang setia padanya. Uria gugur di medan pertempuran akibat rekayasa Daud *(2 Sam. 11)*. Masih sangat banyak lagi contoh dalam Alkitab yang menggambarkan kelemahan daging manusia, siapa pun dia!

Sungguh, betapa lemahnya daging manusia ini. Dibuktikan dengan semua contoh di atas serta masih banyak lagi. Kita sendiri pun pasti memiliki pengalaman kelemahan daging yang begitu sulit dilawan dan kita seringkali takluk oleh kelemahan itu. Kita rasanya tidak mampu melawan dosa-dosa tertentu dalam kelemahan daging kita. Namun, melalui perjuangan secara terus-menerus dengan mengandalkan Roh Kudus bersama dengan Tuhan Yesus, kita akan dimampukan melawan dosa, sebab:     

*Ibrani 7: 25*
… Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka.

Dengan demikian kita selaku milik Kristus, pada waktu-Nya, dimampukan untuk berlaku sama seperti Dia yang telah menyalibkan daging-Nya:

*Gal. 5: 24*
Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.

Untuk membentengi diri terhadap daya rusak daging dalam diri kita:

*Markus 13: 33*
"Hati-hatilah dan berjaga-jagalah! Sebab kamu tidak tahu bilamanakah waktunya tiba.”

Kesadaran untuk berjaga-jaga ini menuntun kita untuk peka atas dosa. Melalui kepekaan terhadap dosa dan perjuangan hidup melekat kepada TUHAN *(Mazmur 91: 14)* dan mengandalkan kuasa Roh Kudus, maka kita dimampukan mengendalikan peperangan rohani yang terjadi antara keinginan daging dan penyerahan roh. Kuasa Roh Kudus *(1 Yohanes 3: 24)* itulah yang menjadikan roh kita menang atas daging dan menuruti-Nya! Sehingga pada saatnya kita akan bersukacita, karena melalui kesungguhan perjuangan iman itu, Kristus akan mencatatkan nama kita di Kerajaan-Nya. *(Lukas 10: 20)*.

Selamat pagi, selamat beraktifitas ,selamat berjuang mengalahkan kedagingan kita dan merendahkan diri untuk dipimpin Roh Kudus .
Tuhan Yesus memberkati Amin

*PD Autopia - Malang*
  _gunawanwibisono_

Komentar

Postingan populer dari blog ini

2272 Rema: TUHAN MEMBERIKAN YANG KITA BUTUHKAN BUKAN YANG KITA INGINKAN

2334 Rema: PERBEDAAN ORANG FASIK DAN ORANG BENAR

520 Rensi: Hukuman Menambah dan Mengurangi Firman