42109 Regi : Nas Alkitab
Shalom Aleichem b'Shem Yeshua Ha Maschiach.
Para kekasih Kristus, renungan pagi hari ini memberikan pengertian tentang _*permohonan pengampunan, pertobatan*_ dengan *teladan penerapannya* melalui sikap saudara-saudara Yusuf.
*Nas Alkitab* diambil dari:
*Kejadian 50: 15-18*
Ketika saudara-saudara Yusuf melihat, bahwa ayah mereka telah mati, berkatalah mereka: "Boleh jadi Yusuf akan mendendam kita dan membalaskan sepenuhnya kepada kita segala kejahatan yang telah kita lakukan kepadanya." Sebab itu mereka menyuruh menyampaikan pesan ini kepada Yusuf: "Sebelum ayahmu mati, ia telah berpesan: Beginilah harus kamu katakan kepada Yusuf: Ampunilah kiranya kesalahan saudara-saudaramu dan dosa mereka, sebab *mereka telah berbuat jahat* kepadamu. Maka sekarang, ampunilah kiranya kesalahan yang dibuat hamba-hamba Allah ayahmu. " Lalu menangislah Yusuf, ketika orang berkata demikian kepadanya. Juga saudara-saudaranya datang sendiri dan sujud di depannya serta berkata: "*Kami datang untuk menjadi budakmu."*
Pertama-tama marilah kita menggarisbawahi bahwa kata *permohonan pengampunan* dan *pertobatan* seringkali kita maknai melalui perwujudan perkataan: "Mohon maaf, ya. Aku mengakui kalau aku telah bersalah. Aku berjanji untuk tidak mengulanginya lagi. Sungguh aku berusaha untuk tidak berbuat salah lagi. Aku sudah bertobat dan tidak akan mengulangi hal itu lagi."
Bukankah ucapan permohonan pengampunan dan pertobatan seperti kalimat yang tertulis di atas merupakan hal yang baik, yang kemudian disertai dengan perbuatan yang sesuai dengan perkataan itu.
Selanjutnya marilah kita mahami bahwa dalam Bahasa Ibrani kata pertobatan adalah: _*teshuva*_ yang berarti: _*kembali.*_
Dalam konteks keagamaan, khususnya dalam tradisi Yahudi, _*teshuva*_ mengacu pada proses perubahan hati dan perilaku untuk kembali kepada Allah, setelah melakukan kesalahan atau pelanggaran hukum-Nya.
_Teshuva_ adalah konsep yang sangat penting dalam tradisi Yahudi, karena dianggap sebagai salah satu *cara untuk memperbaiki diri dan mencapai keselamatan.*
Konsep _*teshuva*,_ atau pertobatan, dalam Yudaisme memiliki relevansi yang kuat dengan kisah Yusuf dalam Alkitab. Berikut beberapa kaitan yang dapat ditarik:
*Pengakuan dosa* dan *penyesalan saudara-saudara Yusuf:*
1. Kejahatan: saudara-saudara Yusuf melakukan tindakan yang sangat keji dengan menjualnya sebagai budak. Tindakan ini jelas merupakan sebuah dosa besar.
2. Pertemuan kembali: ketika mereka bertemu kembali dengan Yusuf, mereka menunjukkan _*penyesalan yang mendalam atas perbuatan mereka.*_ Penyesalan ini dapat dianggap sebagai bentuk *pengakuan dosa.*
3. Permohonan maaf: _*permintaan maaf*_ yang tersirat dalam tindakan mereka untuk *memohon ampunan* kepada Yusuf merupakan bentuk _*teshuva* yang sebenarnya:_ yaitu tercantum pada ayat 18 _... saudara-saudaranya datang sendiri dan sujud di depannya serta berkata: "Kami datang untuk menjadi *budakmu.*" _
_*Teshuva*_ tidak sekedar permohonan maaf saja, permintaan ampunan serta berjanji untuk tidak melakukannya lagi, namun disertai dengan _sikap untuk mau_ menjadi *budak kebenaran.*
Berubah menjadi lebih baik: setelah bertobat, kita berkomitmen untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik, bahkan menjadi budak kebenaran.
Artinya seseorang yang melakukan _*teshuva*- akan _*berserah penuh pada kebenaran.*_
Membuang sisi gelap menuju terang yang sejati; yang tadinya menjauh dari TUHAN sekarang tinggal di dalam-Nya.
Rasul Paulus setelah mendapatkan penglihatan akan Kristus, ia bertobat dalam pengertian _*teshuva*_ sehingga dia mengatakan bahwa _dirinya adalah *seorang hamba Kristus:*_
*1 Korintus 9:19* (BIMK) _... saya sudah menjadikan *diri saya ini hamba* kepada semua orang. Saya lakukan itu supaya saya bisa memenangkan sebanyak mungkin orang untuk Kristus._
Maukah kita mengakui dosa² kita di hadapan-Nya, kemudian _bersedia *menjadi hamba-Nya* yang setia?_ Kiranya Roh Kudus berkenan menuntun kita dalam menjawab pertanyaan itu, sehingga jawaban kita *menyukakan hati Allah.* Amin.
Selamat pagi & selamat beribadah Minggu.
*PD Autopia - Malang*
_gunawanwibisono_
Komentar
Posting Komentar