42074 Regi : Berhati-hati dengan Perkataan

 Shalom Aleichem b’Shem Yeshua Ha Maschiach.

Kiranya kasih Kristus senantiasa menyertai kita pada sepanjang hari ini.


Renungan pagi hari ini berjudul: 


*Berhati-hati dengan Perkataan*


Nas Alkitab: 


*Matius 12:36-37*

“Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum”.


Para kekasih Kristus ayat di atas merupakan perkataan Tuhan Yesus, setelah mendengar tuduhan orang Farisi yang mengatakan bahwa Kristus telah mengusir setan dengan Beelzebul dari seorang yang buta dan bisu. Perkataan orang-orang Farisi itu dipicu oleh kedengkian hati mereka terhadap Tuhan Yesus yang telah melakukan berbagai mujizat. Mereka takut jika Tuhan Yesus kemudian menggerakkan bangsa Yahudi untuk memberontak terhadap Romawi, sehingga mengancam kedudukan mereka saat itu.


Di dalam suasana hati yang tidak baik seharusnya seseorang tidak bersikap apapun terutama melalui perkataannya, karena hal itu bisa menjerumuskan pada kondisi dosa. Dalam keadaan kesal dan kecewa akibat ulah umat TUHAN, bangsa Israel, Musa pernah bersalah melalui perkataannya, sebagaimana yang tertulis dalam


*Bilangan 20: 10-12* TB

Ketika Musa dan Harun telah mengumpulkan jemaah itu di depan bukit batu itu, berkatalah ia kepada mereka: "Dengarlah kepadaku, *hai orang-orang durhaka,* apakah kami harus mengeluarkan air bagimu dari bukit batu ini?" Sesudah itu Musa mengangkat tangannya, lalu memukul bukit batu itu dengan tongkatnya dua kali, maka keluarlah banyak air, sehingga umat itu dan ternak mereka dapat minum. Tetapi TUHAN berfirman kepada Musa dan Harun: "Karena kamu tidak percaya kepada-Ku dan tidak menghormati kekudusan-Ku di depan mata orang Israel, itulah sebabnya kamu tidak akan membawa jemaah ini masuk ke negeri 2  yang akan Kuberikan kepada mereka."


Dalam kekesalan hati  dan kekecewaannya, Musa justru melakukan dua kesalahan: pertama, bangkit kemarahannya kepada orang Israel dengan menyebut mereka _orang-orang durhaka_ kemudian; kedua, Musa memukul bukit batu itu sebanyak dua kali. Padahal Tuhan hanya menyuruhnya untuk berbicara kepada bukit batu tersebut, bukan memukulnya. Pada kondisi hati yang labil Musa tidak berhati-hati dengan perkataannya, hal itu mengakibatkan murka TUHAN kepada Musa dan Harun, karena mereka melanggar telah melanggar kekudusan-Nya

*Bilangan 20:2-13).* 


Akibatnya, keduanya tidak diperkenan Allah memasuki tanah perjanjian.


Dalam kondisi keterkejutannya salah satu putra Nuh, Ham, tanpa disadari melihat keadaan ayahnya tanpa busana di dalam kemahnya, kemudian dia menceritakan kepada kedua saudaranya secara tidak sopan, seperti yang difirmankan dalam 


*Kejadian 9: 21-22* TB

Setelah ia (Nuh) minum anggur, mabuklah ia dan ia telanjang dalam kemahnya. 

Maka Ham, bapa Kanaan itu, melihat aurat ayahnya, lalu diceritakannya kepada kedua saudaranya di luar.


Alih-alih menyelimuti ayahnya yang tanpa busana itu dengan hormat sebagaimana yang dilakukan oleh Sem dan Yafet mereka mengambil kain sambil berjalan mundur untuk menyelimuti aurat Nuh dengan memalingkan muka, justru Ham tidak berhati-hati dengan perkataannya. Sehingga Nuh mengutuk Ham dan keturunannya menjadi hamba keturunan Sem dan Yafet.


Demikian pula hal yang dialami oleh Petrus, ketika ia merasa gusar mendengar penjelasan Tuhan Yesus bahwa Ia akan mengalami penderitaan, kematian hingga kebangkitan-Nya pada hari ketiga:


Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau." Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." 

*Matius 16:22-23* TB


Teguran Tuhan Yesus yang sangat keras itu pasti diluar ekspektasi Petrus yang disebut Iblis yang menjadi batu sandungan bagi Tuhan. Akibat kegusaran hati Petrus, Iblis telah menyusup masuk ke dalam hatinya.


Hikmat yang diterima Salomo telah disampaikan bahwa keberadaan kita ditentukan oleh kehati-hatian dalam mengendalikan lidah, seperti dalam 


*Amsal 18: 21* TB

“Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya.” 


Para kekasih Kristus, marilah kita sangat berhati-hati dengan perkataan terutama ketika suasana hati sedang labil, ketika terjadi kekesalan, kekecewaan, keterkejutan, terlebih dendam dan kemarahan dalam hati. Ketika kita mengalami situasi seperti itu, marilah kita berseru kepada Roh Kudus untuk mengendalikan bibir dan lidah agar tidak keluar perkataan yang sia-sia, yang harus kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah 


*2 Korintus 5:10* TB

Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.


Marilah pula kita mengingat anjuran rasul Paulus kepada Jemaat Filipi:


 *Filipi 2: 12* TB

Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, 


Ketaatan kita terhadap firman-firman Tuhan akan mengarahkan kita pada pengendalian diri termasuk pengendalian terhadap perkataan yang sia-sia agar tidak keluar dari mulut kita dalam keadaan apapun suasana hati kita. Biarlah kemerdekaan iman kita adalah kemerdekaan terhadap perkataan sia-sia agar tidak terjadi penghakiman pada saat kita menghadap takhta Kristus kelak, karena kita melakukannya dengan hati takut dan gentar. Haleluya!


Selamat pagi dan selamat beribadah Minggu.


*PD Autopia – Malang*

_gunawanwibisono_

Komentar

Postingan populer dari blog ini

2272 Rema: TUHAN MEMBERIKAN YANG KITA BUTUHKAN BUKAN YANG KITA INGINKAN

2334 Rema: PERBEDAAN ORANG FASIK DAN ORANG BENAR

520 Rensi: Hukuman Menambah dan Mengurangi Firman