2191 Rema: B i j a k s a n a
Shalom Aleichem b'Shem Yeshua ha Mashiach
Saudaraku yang dikasih Tuhan Yesus, renungan malam ini diambil dari:
*Injil Yohanes 7:40-53*
Dengan tema :
*B i j a k s a n a*
Nats :
*Yohanes 7:51*
"Apakah hukum Taurat kita menghukum seseorang, sebelum ia didengar dan sebelum orang mengetahui apa yang telah dibuatNya?"
Jaman now, makin banyak orang yang hidupnya kurang bijaksana dalam perkataan, pikiran dan perilakunya, mengapa?
Karena mereka hanya memikirkan kepentingan diri sendiri dan kenyamanan hidupnya saja sehingga kepedulian terhadap orang lain menjadi tumpul bahkan mati.
Marilah kita belajar dari Nikodemus, dia lebih bijaksana dalam mengambil sikap bahkan dia tidak mudah menghakimi dan tidak ikut arus ketidakbenaran.
Jadilah pribadi yang benar dalam perkataan, pikiran dan perbuatan sehingga kita dapat menghargai hak orang lain, mengasihi walau tersakiti, mampu melihat kebaikan orang-orang lainnya dan jauh dari rasa iri hati, egois, takut tersaingi, dan bukan menjadi sumber gosip.
Perbuatan jahat memang harus di benci tetapi pribadi orang yang bersalah itu harus tetap di hargai dan dimanusiakan bahkan di cintai karena mereka juga berharga di mata Tuhan.
Pertanyaannya:
- Masihkah kita menjadi hakim atas hidup orang lain?
- Mampukah kita menerima orang lain apa adanya dia?
- Beranikah kita menjadi pribadi yang bijaksana dan lemah lembut?
Ketidakjujuran dan kemunafikan haruslah dibuang dari kehidupan kita untuk selamanya.
Rasa benci dan iri hati haruslah di matikan dalam hati kita sehingga kita dapat tetap terus mengasihi sesama tanpa pamrih.
Doa;
Yesusku, ampunilah aku orang berdosa ini, amin
*PD Sion Makassar*
Sukarno Yoseph
Saudaraku yang dikasih Tuhan Yesus, renungan malam ini diambil dari:
*Injil Yohanes 7:40-53*
Dengan tema :
*B i j a k s a n a*
Nats :
*Yohanes 7:51*
"Apakah hukum Taurat kita menghukum seseorang, sebelum ia didengar dan sebelum orang mengetahui apa yang telah dibuatNya?"
Jaman now, makin banyak orang yang hidupnya kurang bijaksana dalam perkataan, pikiran dan perilakunya, mengapa?
Karena mereka hanya memikirkan kepentingan diri sendiri dan kenyamanan hidupnya saja sehingga kepedulian terhadap orang lain menjadi tumpul bahkan mati.
Marilah kita belajar dari Nikodemus, dia lebih bijaksana dalam mengambil sikap bahkan dia tidak mudah menghakimi dan tidak ikut arus ketidakbenaran.
Jadilah pribadi yang benar dalam perkataan, pikiran dan perbuatan sehingga kita dapat menghargai hak orang lain, mengasihi walau tersakiti, mampu melihat kebaikan orang-orang lainnya dan jauh dari rasa iri hati, egois, takut tersaingi, dan bukan menjadi sumber gosip.
Perbuatan jahat memang harus di benci tetapi pribadi orang yang bersalah itu harus tetap di hargai dan dimanusiakan bahkan di cintai karena mereka juga berharga di mata Tuhan.
Pertanyaannya:
- Masihkah kita menjadi hakim atas hidup orang lain?
- Mampukah kita menerima orang lain apa adanya dia?
- Beranikah kita menjadi pribadi yang bijaksana dan lemah lembut?
Ketidakjujuran dan kemunafikan haruslah dibuang dari kehidupan kita untuk selamanya.
Rasa benci dan iri hati haruslah di matikan dalam hati kita sehingga kita dapat tetap terus mengasihi sesama tanpa pamrih.
Doa;
Yesusku, ampunilah aku orang berdosa ini, amin
*PD Sion Makassar*
Sukarno Yoseph
Komentar
Posting Komentar