765 Rensi: Menikmati Kesejahteraan

Shalom Alaichem b'Shem Yeshua Ha Masiach, saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus firman siang ini dengan tema:

*MENIKMATI KESEJAHTERAAN*

Renungan diambil dari:

Yesaya 54:13-14 *“Semua anakmu akan menjadi murid TUHAN, dan besarlah kesejahteraan mereka;*
engkau akan ditegakkan di atas kebenaran. Engkau akan jauh dari pemerasan sebab engkau tidak usah lagi takut, dan engkau akan jauh dari kekejutan, sebab ia tidak akan mendekat kepadamu.”

Saudara-saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus,melalui Alkitab, kita baca dan pelajari bagaimana murid-murid Tuhan Yesus, mendengar dan menuruti perintah-Nya. Hal ini bisa kita lihat pada

Yohanes 1:37  *“Kedua murid itu mendengar apa yang dikatakannya itu, lalu mereka pergi mengikut Yesus.”*

Kita dan anak-anak kita yang menjadi murid Tuhan Yesus, pasti menginginkan kesuksesan dan kesejahteraan hidup. Kali ini Tuhan memberikan resep bagaimana agar hidup kita sejahtera. Ternyata, jika kita dan anak-anak kita menjadi murid Tuhan Yesus, hidup sejahtera akan kita nikmati. Masalahnya, bisakah kita mempertahankan kondisi ini?

Jangan sampai anak-anak kita apalagi kita meninggalkan iman kepada Tuhan Yesus! Untuk itu, Tuhan Yesus senantiasa mengingatkan agar kita selalu memperkenalkan karya agung-Nya kepada anak cucu kita sebagaimana  firmanNya dalam

Yoel 1:3 *“Ceritakanlah tentang itu kepada anak-anakmu, dan biarlah anak-anakmu menceritakan kepada anak-anak mereka , dan anak-anak mereka kepada angkatan yang kemudian.”*

Caranya kita bisa menceritakannya melalui P3 yang kita bangun di tengah keluarga kita, sehingga anak cucu kita benar-benar mengerti apa maksud dan kehendak Tuhan supaya hidup kita diberkati-Nya.
Nah, sebagai murid kita dituntut untuk menaati tata tertib yang ada, melaksanakan tugas dengan baik, patuh, disiplin, dan belajar secara rutin. Salah satu proses belajar dilakukan dengan mendengar. Kita memang memiliki dua telinga dan satu mulut. Artinya, kita harus lebih banyak mendengar daripada berbicara.

Namun, yang terjadi seringkali sebaliknya, karena itu, kita harus terus belajar untuk mendengar secara lebih baik.
Sebagai murid, kita memiliki dua relasi dan komunikasi, yakni relasi dan komunikasi ke atas dan ke samping kiri kanan sebagaimana wujud salib. Relasi dan komunikasi ke atas, yakni relasi dan komunikasi dengan Tuhan Yesus sebagai Guru Agung kita, sementara ke samping kiri kanan adalah relasi dan komunikasi dengan sesama manusia. Kedua relasi dan komunikasi ini harus serasi dan seimbang.Wujud relasi dan komunikasi yang pertama tecermin sebagaimana dipaparkan pada
Amsal 15: 31 *“Orang yang mengarahkan telinga kepada teguran yang membawa kepada kehidupan akan tinggal di tengah-tengah orang bijak.”*

Kita akan semakin bijak dengan mendengarkan teguran Guru Agung kita yang mengarahkan kita kepada kehidupan. Siapa yang tidak menginginkan hal ini? Mendengar firman Tuhan Yesus, khususnya di persekutuan doa bentukan Tuhan sendiri ini, akan membuat kita semakin bijak. Misalnya, mendengar  sabda Tuhan mengenai pengalaman saudara kita yang bepergian tanpa pamit dan menuai dampak negatif, kita bisa mengambil pelajaran. Sebelum bepergian, lebih bijak kita memohon izin dan penyertaan agar perjalanan kita diberkati-Nya.
Selain mendengar sabda-Nya, kita pun wajib mendengar jeritan sesama kita yang lemah dan meminta tolong. Kita tengok
Amsal 21: 13 *“Siapa menutup telinganya bagi jeritan orang lemah, tidak akan menerima jawaban, kalau ia sendiri berseru-seru.”*

Pepatah Jawa mengatakan: “Ngundhuh wohing pakarti.” Hukum karma! Karena itu, ayat ini mengingatkan agar kita mengasihi sesama dengan memperhatikan jeritan mereka.
Saudaraku, saya ikut aktif di persekutuan doa Autopia ini sejak 1979, sejak sulung kami belum setahun. Selanjutnya, Tuhan Yesus mengajarkan untuk senantiasa mendoakan anak-anak: “pinter, wasis, wicaksono, mursid, sampurna.” Kami membawa anak-anak ke persekutuan doa sejak mereka balita dan berusaha melakukan P3 seperti yang dipesankan Tuhan. Ternyata, Tuhan Yesus memberkati anak-anak dengan luar biasa.
Saya ikut senang jika anak cucu dibawa ke persekutuan doa. Namun, satu hal yang harus kita ingat, kita harus mendidik dan membiasakan anak cucu kita berlaku santun dan tidak mengganggu jalannya doa. Jika anak cucu melakukan sesuatu yang tidak pas dan kita mendiamkannya, padahal yang lain sedang berdoa, bukankah itu menjadi batu sandungan?

Kita harus berani berlaku tegas sehingga anak cucu kita pun bisa tenang dan menghormati kehadiran Tuhan Yesus di tengah kita. Dengan demikian, sejahtera pun dinikmati anak cucu kita. Amin. Tuhan Yesus memberkati.

*PD AUTOPIA MALANG*
15042017
Ninik S Rahayu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

775 Regi: Kemurahan Allah Lebih Dari Hidup

2083 Rema: Hanya Yesus Jawaban Hidupku

2334 Rema: PERBEDAAN ORANG FASIK DAN ORANG BENAR