742 Rensi : Garam Dunia
Shalom Alaichem b'Shem Yeshua Ha Masiach, saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus firman siang ini dari:
Matius 5:13
“Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada gunanya selain dibuang dan diinjak orang. “
Dengan tema:
*GARAM DUNIA*
Pepatah bahasa Inggris mengatakan, “Sun shine and salt in the world make the world sweet.” Selain sinar matahari, garam pun membuat dunia ini begitu indah. Tanpa garam, tentu saja segala sesuatu menjadi hambar, tidak berasa.
Ada beberapa fungsi garam, yaitu sebagai:
1. Sebagai bumbu penyedap. Jika masakan kita kurang garam, menjadi tawar tiada berasa sama sekali. Di sinilah kehadiran garam sangat dibutuhkan. Secara rohani, jika kita sebagai garam dunia, tentu hendaknya ucapan dan ulah kita sedap didengar dan dilihat oleh sesama kita. Ucapan yang sedap didengar itu, tentu saja tidak menyakitkan pendengarnya,dan menggunakan kata-kata santun dengan tidak menyinggung perasaan sesama. Bahkan, tidak membunuh karakter sesama dengan kata pedas yang sangat menyakitkan. Ingat apa kata pemazmur
Mazmur 34: 13 *“Jagalah lidahmu terhadap yang jahat dan bibirmu terhadap ucapan-ucapan yang menipu”* dan
Pengkotbah 5:6a *“Janganlah mulutmu membawa engkau ke dalam dosa, ….”*
2. Sebagai bahan pengawet. Jika ikan, telur, dan sayur diasinkan, masa pakainya akan bisa lebih tahan lama. Demikian pula jika kita sebagai garam dunia berarti kita harus lebih tahan uji terhadap aneka ujian, cobaan, gangguan. Demikian juga dalam mengikut Tuhan Yesus, tidak berpaling walaupun gunung-gunung goyah, dunia menawarkan keindahan dan rayuannya. Tetap setia meski kondisi seolah tidak menjanjikan lagi. Jika Tuhan Yesus setia, kita pun harus setia mengikuti-Nya. Agar tidak mudah tergoyahkan, kita harus memperbanyak konsumsi makanan rohani berupa firman Tuhan Yesus, mengintensifkan kebersamaan dengan Tuhan Yesus melalui doa intimasi pribadi (DIP), persekutuan doa, dan P3 .
3. Sebagai obat yang mencegah infeksi. Jika sariawan dapat hilang dengan berkumur air garam, artinya garam ini mampu menjadi obat. Bahkan pada *2 Raja-raja 2:20-22* dikisahkan Elisa menyehatkan mata air dengan melemparkan garam sehingga takada lagi kematian atau keguguran bayi.
Demikian pula secara rohani, keberadaan kita seharusnya bisa menjadi obat bagi sesama yang sedang bergumul atau terluka dan ucapan kita bisa menjadi berkat bagi sesama, memperoleh pencerahan dan kelegaan. Tutur kata kita yang manis akan membawa berkat dan memotivasi sesama.
4. Pengusir ular. Saat melakukan kegiatan Pramuka, kita wajib menyiapkan garam kasar dan menaburi sekeliling kemah kita dengan garam tersebut agar ular tidak datang. Demikian juga jika bertemu dengan ular, kita akan menaburkan garam tersebut sebagai pengusir. Ular secara rohani adalah iblis, roh pengganggu, roh jahat. Dengan menjadi garam dunia, kita harusnya dapat menaklukkan roh-roh pengganggu yang akan menyesatkan iman kita.
Yakobus 4:7 *“Karena itu tunduklah kepada Allah dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!”*
5. Tanda persahabatan. Di salah satu negara terdapat kebiasaan unik. Jika ada tamu dan kepada tamu itu disuguhkan sepiring kecil garam untuk dicicip bersama-sama, artinya tamu itu diterima sebagai sahabat oleh tuan rumah. Jika tidak disuguhkan, berarti kehadirannya ditolak. Sebagai garam dunia, harusnya kita bisa menjadi ‘sahabat’ bagi setiap orang, baik yang seiman, terlebih bagi yang tidak seiman. Dengan menjadikan semua sahabat, dengan mudah kita bisa menunjukkan bagaimana sebenarnya kasih Allah yang tiada membedakan ras, agama, atau suku bangsa ini. Namun, kenyataannya kebanyakan kita masih memilah dan memilih dengan siapa kita bergaul. Kita pun belum memperkenalkan Tuhan Yesus sebagai sahabat sejati kita kepada sahabat-sahabat kita. Jika iman kita masih mudah tergoyahkan, sering bimbang dan ragu, artinya kita belum mampu menjadi garam dunia!
NKB 167: “Tuhan Yesus sahabatku, tercinta dan erat, melebihi segalanya bagiku…”
6. Memiliki kekuatan ekstra. Laut Mati dengan kadar garam yang sangat tinggi ternyata membuat apa pun mampu mengapung. Artinya, garam itu memiliki kekuatan. Nah, sebagai garam dunia seharusnya kita juga memiliki kekuatan lebih. Kekuatan untuk menerima ‘salib kecil’ dari Tuhan Yesus sebab sebenarnya Tuhan Yesus tidak pernah meninggalkan kita.
Mazmur 62:3 *“Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah”*
Itulah tugas kita sebagai garam dunia. Mari selalu memohon tuntunan Roh Kudus agar kita mampu melaksanakan tugas kita sebagai garam dan terang dunia.
Tuhan Yesus memberkati, amin
*PD AUTOPIA MALANG*
04042017
Ninik S Rahayu
Matius 5:13
“Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada gunanya selain dibuang dan diinjak orang. “
Dengan tema:
*GARAM DUNIA*
Pepatah bahasa Inggris mengatakan, “Sun shine and salt in the world make the world sweet.” Selain sinar matahari, garam pun membuat dunia ini begitu indah. Tanpa garam, tentu saja segala sesuatu menjadi hambar, tidak berasa.
Ada beberapa fungsi garam, yaitu sebagai:
1. Sebagai bumbu penyedap. Jika masakan kita kurang garam, menjadi tawar tiada berasa sama sekali. Di sinilah kehadiran garam sangat dibutuhkan. Secara rohani, jika kita sebagai garam dunia, tentu hendaknya ucapan dan ulah kita sedap didengar dan dilihat oleh sesama kita. Ucapan yang sedap didengar itu, tentu saja tidak menyakitkan pendengarnya,dan menggunakan kata-kata santun dengan tidak menyinggung perasaan sesama. Bahkan, tidak membunuh karakter sesama dengan kata pedas yang sangat menyakitkan. Ingat apa kata pemazmur
Mazmur 34: 13 *“Jagalah lidahmu terhadap yang jahat dan bibirmu terhadap ucapan-ucapan yang menipu”* dan
Pengkotbah 5:6a *“Janganlah mulutmu membawa engkau ke dalam dosa, ….”*
2. Sebagai bahan pengawet. Jika ikan, telur, dan sayur diasinkan, masa pakainya akan bisa lebih tahan lama. Demikian pula jika kita sebagai garam dunia berarti kita harus lebih tahan uji terhadap aneka ujian, cobaan, gangguan. Demikian juga dalam mengikut Tuhan Yesus, tidak berpaling walaupun gunung-gunung goyah, dunia menawarkan keindahan dan rayuannya. Tetap setia meski kondisi seolah tidak menjanjikan lagi. Jika Tuhan Yesus setia, kita pun harus setia mengikuti-Nya. Agar tidak mudah tergoyahkan, kita harus memperbanyak konsumsi makanan rohani berupa firman Tuhan Yesus, mengintensifkan kebersamaan dengan Tuhan Yesus melalui doa intimasi pribadi (DIP), persekutuan doa, dan P3 .
3. Sebagai obat yang mencegah infeksi. Jika sariawan dapat hilang dengan berkumur air garam, artinya garam ini mampu menjadi obat. Bahkan pada *2 Raja-raja 2:20-22* dikisahkan Elisa menyehatkan mata air dengan melemparkan garam sehingga takada lagi kematian atau keguguran bayi.
Demikian pula secara rohani, keberadaan kita seharusnya bisa menjadi obat bagi sesama yang sedang bergumul atau terluka dan ucapan kita bisa menjadi berkat bagi sesama, memperoleh pencerahan dan kelegaan. Tutur kata kita yang manis akan membawa berkat dan memotivasi sesama.
4. Pengusir ular. Saat melakukan kegiatan Pramuka, kita wajib menyiapkan garam kasar dan menaburi sekeliling kemah kita dengan garam tersebut agar ular tidak datang. Demikian juga jika bertemu dengan ular, kita akan menaburkan garam tersebut sebagai pengusir. Ular secara rohani adalah iblis, roh pengganggu, roh jahat. Dengan menjadi garam dunia, kita harusnya dapat menaklukkan roh-roh pengganggu yang akan menyesatkan iman kita.
Yakobus 4:7 *“Karena itu tunduklah kepada Allah dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!”*
5. Tanda persahabatan. Di salah satu negara terdapat kebiasaan unik. Jika ada tamu dan kepada tamu itu disuguhkan sepiring kecil garam untuk dicicip bersama-sama, artinya tamu itu diterima sebagai sahabat oleh tuan rumah. Jika tidak disuguhkan, berarti kehadirannya ditolak. Sebagai garam dunia, harusnya kita bisa menjadi ‘sahabat’ bagi setiap orang, baik yang seiman, terlebih bagi yang tidak seiman. Dengan menjadikan semua sahabat, dengan mudah kita bisa menunjukkan bagaimana sebenarnya kasih Allah yang tiada membedakan ras, agama, atau suku bangsa ini. Namun, kenyataannya kebanyakan kita masih memilah dan memilih dengan siapa kita bergaul. Kita pun belum memperkenalkan Tuhan Yesus sebagai sahabat sejati kita kepada sahabat-sahabat kita. Jika iman kita masih mudah tergoyahkan, sering bimbang dan ragu, artinya kita belum mampu menjadi garam dunia!
NKB 167: “Tuhan Yesus sahabatku, tercinta dan erat, melebihi segalanya bagiku…”
6. Memiliki kekuatan ekstra. Laut Mati dengan kadar garam yang sangat tinggi ternyata membuat apa pun mampu mengapung. Artinya, garam itu memiliki kekuatan. Nah, sebagai garam dunia seharusnya kita juga memiliki kekuatan lebih. Kekuatan untuk menerima ‘salib kecil’ dari Tuhan Yesus sebab sebenarnya Tuhan Yesus tidak pernah meninggalkan kita.
Mazmur 62:3 *“Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah”*
Itulah tugas kita sebagai garam dunia. Mari selalu memohon tuntunan Roh Kudus agar kita mampu melaksanakan tugas kita sebagai garam dan terang dunia.
Tuhan Yesus memberkati, amin
*PD AUTOPIA MALANG*
04042017
Ninik S Rahayu
Komentar
Posting Komentar