229 Rensi: Bersukacita dalam Keterbatasan

Shalom Aleichem be'Shem Yeshua Ha Mashiach.
Renungan siang hari ini dengan judul:

*“Sukacita dalam Keterbatasan”*

1 Tesalonika 5: 16-28

“Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa . Mengucap syukurlah dalam segala hal,  sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu

Statistik tahun 2015 Australian social welfare/security system - uang jaminan sosial yang ditujukan untuk, para penyandang disabilitas dan pengangguran di Australia
sejumlah 1.552.248 orang, dari sekitar 24.132.135 total penduduk Australia – Sekitar 6,5% penduduk Australia mendapatkan tunjangan bulanan sekitar AUD 1.055,2 atau sekitar 10 juta rupiah per bulan untuk menunjang hidup mereka.

Lebih tinggi lagi di Inggris, seorang pengemis atau gelandangan yang tercatat sebagai penduduk Britania Raya mendapatkan sekitar 12 juta rupiah per bulan.

Yang tidak habis pikir, kebanyakan dari mereka yang mendapatkan tunjangan tersebut tetap memilih untuk mengemis dan menjadi gelandangan, dengan demikian (tunjangan masih terus mengalir ke rekening mereka tiap bulan).

Mereka merasa “nyaman” dengan mendapatkan tunjangan sementara , menjadi mengemis dan menjadi gelandangan ,dan itupun menjadi karir dan pilihan hidupnya.

Perihal sukacita dalam keterbatasan fisik, finansial, kondisi hidup, para penerima tunjangan ini, merasa dirinya “terbatas” karena fisik, finansial dan keuangan.

Keterbatasan-keterbatasan ini dirasakan membatasi mereka dalam berkarya. Mereka seakan-akan menyalahkan keterbatasan tersebut, untuk menikmati sukacita,dan keterbatasan itu, seakan-akan menjadi halangan mereka untuk bekerja, sehingga mengemis dan menjadi gelandangan dijadikan pilihan hidupnya, tanpa keinginan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.

Orang yang bersukacita, menurut saya, adalah orang yang memiliki semangat hidup. Bukan mereka yang selalu mengeluh dan menyalahkan kondisi baik masa lalu maupun masa sekarang!

Semangat dan sukacita berjalan ber iringan, dalam kehidupan rohani. Namun kita sering tidak dapat merasakan sukacita karena rutinitas, masalah hidup dan *keterbatasan-keterbatasan* yang membuat kita tidak damai tidak bersemangat dalam hidup.

Bayangkan jika Anda mendapatkan gaji 12 juta per bulan tanpa bekerja. Apakah Anda akan berubah menjadi semangat? Tidak juga!

Karena “uang akan habis untuk bayar hutang, untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, untuk ini untuk itu, Mas Andre.” Uang 10-12 juta akan ludes juga. Dan sukacita masih sulit dirasakan. Ingat apa yang difirmankan di

Pengkhotbah 5:9 (TB) Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia. “

Hal ini jelas bahwa manusia tidak akan puas dengan uang dan kekayaan yang dia miliki, dikarenakan hawa nafsu, yang membatasi diri kita untuk BERSUKACITA, dengan alasan keterbatasan yang merupakan alasan klise yang dicari-cari agar mendapatkan belas kasihan.

Apa bedanya kita dibandingkan dengan para pengemis dan gelandangan yang meminta-minta meskipun rekening mereka bertambah-tambah secara otomatis? Berapa harga sukacita Anda? 1 juta? 3 juta? 10 juta? 50 juta? 1 Milyar? Tentukan harga sukacita Anda.

Firman nast diatas ,Tuhan Yesus mengajarkan agar kita bersukacita dalam segala hal!  Jadi kalau kita tidak bersukacita ,kita melawan perintah Allah dong??

Absolutely YES! Kita mengerti bahwa Dosa menuju maut (padahal HANYA tidak bersukacita atau bersyukur),ingat perintah Tuhan di

Filipi 4:4 (TB)  Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: *Bersukacitalah*

Mari berdoa bersama:

Allah Bapa, Allah Putra, dan Roh Kudus. Allah Tritunggal Maha Kudus. Kami mohon ampun atas dosa kesalahan kami ketika kami lupa bersyukur, kami lupa bersukacita. Banyak hal yang seharusnya membuat kami bersyukur dan bersukacita: Kasih Karunia HU kepada kami, kehidupan kami, kesehatan kami, keluarga, pekerjaan, teman-teman, dan perlindungan Hu dari kuasa si jahat.
Ajarlah kami menghitung hari-hari kami dengan sukacita dan bersyukur karena nama kami terdaftar di Kerajaan Sorga.

Bukan karena kebaikan kami, bukan karena kecakapan kami, tapi semua boleh terjadi karena kasih setia setia HU, Tuhan Yesus, Allah kami yang Ajaib. Ajari kami mencintai keterbatasan kami sehingga sukacita dapat kami nikmati setiap detik kehidupan kami. AMIN.

Tetap bersemangat! Don’t worry, Be happy J Tuhan Yesus mencukupkan!

*_“Miskin adalah kondisi hidup, sederhana adalah cara hidup” _*
Cak Lontong


PD AUTOPIA Malang
19072016
Andrias Trisusanto

Komentar

Postingan populer dari blog ini

775 Regi: Kemurahan Allah Lebih Dari Hidup

2083 Rema: Hanya Yesus Jawaban Hidupku

2334 Rema: PERBEDAAN ORANG FASIK DAN ORANG BENAR