1738 Rensi: DIAJAR DAN DIHAJARNYA
Shalom Aleichem b’Shem Yeshua Ha Mashiach.
Tema renungan siang ini adalah:
*DIAJAR DAN DIHAJARNYA*
Berdasarkan firman
*Yesaya 26:16* (TB) Ya TUHAN, dalam kesesakan mereka mencari Engkau; ketika hajaran-Mu menimpa mereka, mereka mengeluh dalam doa.
Lazimnya, manusia hanya mengingat kepada Bapa saat ada masalah, misalnya terbentur pada masalah kesehatan. Itu pun seringkali masih mengedepankan akal budi. Saat sakit, orientasi awal pasti terfokus pada obat atau pergi ke dokter, bukan mencari hadirat Bapa lebih dahulu.
Kita sering lupa bahwa Bapa adalah tabib di atas segala tabib. Jika sudah mentok, dokter sudah angkat tangan, barulah kita _jomprit_, datang kepada-Nya. Berdasarkan firman di atas, ketika manusia ditimpa hajaran-Nya, merasa kesesakan, lalu mengeluh dalam doa.
Padahal, sebenarnya, hajaran Bapa itu berupa _alarm_ pengingat akan kesalahan kita, seperti pada:
*Mazmur 39:12a* (TB) Engkau menghajar seseorang dengan hukuman karena kesalahannya.
Sementara itu, hajaran itu pun merupakan bentuk kasih sayang-Nya semata agar kita bersedia berintrospeksi diri kemudian bergegas (1) mengakui kesalahan,
(2) memohon ampun, dan
(3) bersegera bertobat sebagaimana firman berikut:
*Wahyu 3:19* (TB) Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!
Sejatinya hajaran itu adalah bentuk lain dari ajaran yang disampaikan-Nya secara jelas dan langsung atau _life_ sebab ajaran yang berupa lisan seringkali kurang dihayati. Bukankah sebagai guru saya pun melatih siswa saya untuk melakukan (misalnya membuat karya tulis tentang kehidupan di pasar dengan mengalami langsung, terjun langsung ke sasaran mengalami suka duka mencari bahan, dll), yang hasilnya lebih dapat diingat ketimbang hanya membaca teori? Ya, guru yang hebat adalah guru yang memberikan kesempatan kepada siswanya untuk mengalami (praktik) langsung tentang teori yang sudah disampaikannya. Karena itu, Bapa (selain sebagai guru agung sekaligus sebagai seorang ayah) akan mengajar dengan cara menghajar kita. Nah, berbahagialah jika kita menikmati ajaran berbentuk hajaran-Nya ini sebagaimana firman:
*Ibrani 12:6-7* (TB) karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?
Bapa pun sudah menakar sedemikian rupa sehingga kalaupun kita dihajar-Nya pastilah tidak melebihi batas kekuatan kita. Apalagi, tujuan utamanya adalah agar kita mencapai standar kekudusan seperti yang dikehendaki-Nya.
*Mazmur 118:18* (TB) TUHAN telah menghajar aku dengan keras, tetapi Ia tidak menyerahkan aku kepada maut.
Mari kita nikmati proses pembentukan karakter melalui ajaran dan hajaran-Nya sebagai bentuk kasih sayang-Nya agar kita mencapai SKM (Standar Kelulusan Minimal) kekudusan ini.
Imanuel, Amin.
*PD AUTOPIA MALANG*
18082018
Ninik Sr
Tema renungan siang ini adalah:
*DIAJAR DAN DIHAJARNYA*
Berdasarkan firman
*Yesaya 26:16* (TB) Ya TUHAN, dalam kesesakan mereka mencari Engkau; ketika hajaran-Mu menimpa mereka, mereka mengeluh dalam doa.
Lazimnya, manusia hanya mengingat kepada Bapa saat ada masalah, misalnya terbentur pada masalah kesehatan. Itu pun seringkali masih mengedepankan akal budi. Saat sakit, orientasi awal pasti terfokus pada obat atau pergi ke dokter, bukan mencari hadirat Bapa lebih dahulu.
Kita sering lupa bahwa Bapa adalah tabib di atas segala tabib. Jika sudah mentok, dokter sudah angkat tangan, barulah kita _jomprit_, datang kepada-Nya. Berdasarkan firman di atas, ketika manusia ditimpa hajaran-Nya, merasa kesesakan, lalu mengeluh dalam doa.
Padahal, sebenarnya, hajaran Bapa itu berupa _alarm_ pengingat akan kesalahan kita, seperti pada:
*Mazmur 39:12a* (TB) Engkau menghajar seseorang dengan hukuman karena kesalahannya.
Sementara itu, hajaran itu pun merupakan bentuk kasih sayang-Nya semata agar kita bersedia berintrospeksi diri kemudian bergegas (1) mengakui kesalahan,
(2) memohon ampun, dan
(3) bersegera bertobat sebagaimana firman berikut:
*Wahyu 3:19* (TB) Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!
Sejatinya hajaran itu adalah bentuk lain dari ajaran yang disampaikan-Nya secara jelas dan langsung atau _life_ sebab ajaran yang berupa lisan seringkali kurang dihayati. Bukankah sebagai guru saya pun melatih siswa saya untuk melakukan (misalnya membuat karya tulis tentang kehidupan di pasar dengan mengalami langsung, terjun langsung ke sasaran mengalami suka duka mencari bahan, dll), yang hasilnya lebih dapat diingat ketimbang hanya membaca teori? Ya, guru yang hebat adalah guru yang memberikan kesempatan kepada siswanya untuk mengalami (praktik) langsung tentang teori yang sudah disampaikannya. Karena itu, Bapa (selain sebagai guru agung sekaligus sebagai seorang ayah) akan mengajar dengan cara menghajar kita. Nah, berbahagialah jika kita menikmati ajaran berbentuk hajaran-Nya ini sebagaimana firman:
*Ibrani 12:6-7* (TB) karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?
Bapa pun sudah menakar sedemikian rupa sehingga kalaupun kita dihajar-Nya pastilah tidak melebihi batas kekuatan kita. Apalagi, tujuan utamanya adalah agar kita mencapai standar kekudusan seperti yang dikehendaki-Nya.
*Mazmur 118:18* (TB) TUHAN telah menghajar aku dengan keras, tetapi Ia tidak menyerahkan aku kepada maut.
Mari kita nikmati proses pembentukan karakter melalui ajaran dan hajaran-Nya sebagai bentuk kasih sayang-Nya agar kita mencapai SKM (Standar Kelulusan Minimal) kekudusan ini.
Imanuel, Amin.
*PD AUTOPIA MALANG*
18082018
Ninik Sr
Komentar
Posting Komentar