1717 Regi: Perumpamaan tentang Lalang di Antara Gandum
Shalom Aleichem b’Shem Yeshua Ha Mashiach.
Renungan pagi hari ini mengambil tema:
*Perumpamaan tentang Lalang di Antara Gandum*
Dasar firmannya dari:
*Matius 13:24-30*
Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya. Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi. Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu. Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu kepadanya dan berkata: Tuan, bukankah benih baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu? Jawab tuan itu: Seorang musuh yang melakukannya. Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu? Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: *Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku.”*
Mengapakah tuan pemilik ladang itu baru memperbolehkan hamba-hambanya mencabut ilalang itu sampai tiba waktu menuai? Karena pada waktu masih bertumbuh, antara gandum dan ilalang sulit dibedakan. Mereka sama-sama berjenis monokotil dengan akar yang bisa saling melilit, sehingga jika ilalang dicabut pada saat sebelum waktu panen akan beresiko tercabut pula gandumnya.
Namun, ketika datang waktu menuai, nampak sekali perbedaannya. Ilalang-ilalang itu tumbuh tegak menjulang ke atas, sedangkan gandum merunduk ke bawah. Dengan demikian mudah saja bagi para hamba tuan itu untuk memilah antara gandum dan ilalang, mengikat berkas-berkas lalang, lalu membakarnya. Sementara berkas-berkas gandum di simpan di lumbung tuannya.
Gambaran ilalang yang mendongak ke atas merupakan perilaku orang yang congkak, sombong, tinggi hati, menjilat ke atas meremehkan yang di bawah. Sedangkan, gambaran gandum yang merunduk ke bawah diartikan sebagai orang yang rendah hati, menghormati orang lain, dan tidak egois mementingkan diri sendiri.
Apabila kita diumpamakan sebagai ilalang, pada umumnya dengan segera kita menolak. Kita berkilah bahwa kita ini tidak sombong, tidak egois, suka menolong orang lain dan bahkan penuh kasih. Namun jika ditanya lebih lanjut, sudahkah kita tidak mendendam, tidak memendam kemarahan, mampu mengampuni, tidak berpura-pura dalam mengasihi, tidak ingin menonjolkan diri, tidak ada iri hati, sabar, lemah lembut, tidak pernah bersungut-sungut dan memiliki kerendahan hati. Jawabannya ..?
Tuhan Yesus berfirman:
“Hai orang Farisi yang buta, bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih.”
*Matius 23: 26*
Membersihkanlah cawan sebelah dalam dahulu artinya membersihkanlah hati kita sendiri terlebih dahulu, karena jika hati kita sudah bersih akan mempengaruhi pikiran menjadi bersih. Dan apabila pikiran sudah bersih akan mempengaruhi tubuh serta tindakan kita. Jika cawan sebelah dalam bersih, maka perilaku kita akan menjadi baik, maka secara otomatis cawan sebelah luar juga bersih.
Manusia melihat apa yang nampak di bagian luar saja dan biasanya semuanya kelihatannya baik-baik saja, tetapi TUHAN mengetahui hati kita yang paling dalam. Sehingga jika kebaikan kita hanyalah sekedar ibarat cawan bagian luar yang bersih, maka sia-sialah semua yang kita lakukan.
Karenanya, marilah dengan segenap kerendahan hati dan sungguh-sungguh kita berdoa:
*“Tolong pimpin kami, ya Tuhan Yesus, supaya Tuhan Yesus mengarahkan langkah-langkah kami, menuju kepada kebenaran-Hu yang sejati. Sehingga kami bertumbuh sebagaimana gandum yang semakin lama semakin merunduk dan pada akhirnya akan menghasilkan buah yang bermanfaat bagi segenap umat manusia.”*
Sehingga kelak pada akhirnya *kita dikumpulkan di lumbung Kristus yang abadi, yaitu di Kerajaan Sorga yang baka.*
Immanuel,Amin.
*PD Autopia – Malang*
08082018
_gunawanwibisono_
Renungan pagi hari ini mengambil tema:
*Perumpamaan tentang Lalang di Antara Gandum*
Dasar firmannya dari:
*Matius 13:24-30*
Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya. Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi. Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu. Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu kepadanya dan berkata: Tuan, bukankah benih baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu? Jawab tuan itu: Seorang musuh yang melakukannya. Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu? Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: *Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku.”*
Mengapakah tuan pemilik ladang itu baru memperbolehkan hamba-hambanya mencabut ilalang itu sampai tiba waktu menuai? Karena pada waktu masih bertumbuh, antara gandum dan ilalang sulit dibedakan. Mereka sama-sama berjenis monokotil dengan akar yang bisa saling melilit, sehingga jika ilalang dicabut pada saat sebelum waktu panen akan beresiko tercabut pula gandumnya.
Namun, ketika datang waktu menuai, nampak sekali perbedaannya. Ilalang-ilalang itu tumbuh tegak menjulang ke atas, sedangkan gandum merunduk ke bawah. Dengan demikian mudah saja bagi para hamba tuan itu untuk memilah antara gandum dan ilalang, mengikat berkas-berkas lalang, lalu membakarnya. Sementara berkas-berkas gandum di simpan di lumbung tuannya.
Gambaran ilalang yang mendongak ke atas merupakan perilaku orang yang congkak, sombong, tinggi hati, menjilat ke atas meremehkan yang di bawah. Sedangkan, gambaran gandum yang merunduk ke bawah diartikan sebagai orang yang rendah hati, menghormati orang lain, dan tidak egois mementingkan diri sendiri.
Apabila kita diumpamakan sebagai ilalang, pada umumnya dengan segera kita menolak. Kita berkilah bahwa kita ini tidak sombong, tidak egois, suka menolong orang lain dan bahkan penuh kasih. Namun jika ditanya lebih lanjut, sudahkah kita tidak mendendam, tidak memendam kemarahan, mampu mengampuni, tidak berpura-pura dalam mengasihi, tidak ingin menonjolkan diri, tidak ada iri hati, sabar, lemah lembut, tidak pernah bersungut-sungut dan memiliki kerendahan hati. Jawabannya ..?
Tuhan Yesus berfirman:
“Hai orang Farisi yang buta, bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih.”
*Matius 23: 26*
Membersihkanlah cawan sebelah dalam dahulu artinya membersihkanlah hati kita sendiri terlebih dahulu, karena jika hati kita sudah bersih akan mempengaruhi pikiran menjadi bersih. Dan apabila pikiran sudah bersih akan mempengaruhi tubuh serta tindakan kita. Jika cawan sebelah dalam bersih, maka perilaku kita akan menjadi baik, maka secara otomatis cawan sebelah luar juga bersih.
Manusia melihat apa yang nampak di bagian luar saja dan biasanya semuanya kelihatannya baik-baik saja, tetapi TUHAN mengetahui hati kita yang paling dalam. Sehingga jika kebaikan kita hanyalah sekedar ibarat cawan bagian luar yang bersih, maka sia-sialah semua yang kita lakukan.
Karenanya, marilah dengan segenap kerendahan hati dan sungguh-sungguh kita berdoa:
*“Tolong pimpin kami, ya Tuhan Yesus, supaya Tuhan Yesus mengarahkan langkah-langkah kami, menuju kepada kebenaran-Hu yang sejati. Sehingga kami bertumbuh sebagaimana gandum yang semakin lama semakin merunduk dan pada akhirnya akan menghasilkan buah yang bermanfaat bagi segenap umat manusia.”*
Sehingga kelak pada akhirnya *kita dikumpulkan di lumbung Kristus yang abadi, yaitu di Kerajaan Sorga yang baka.*
Immanuel,Amin.
*PD Autopia – Malang*
08082018
_gunawanwibisono_
Komentar
Posting Komentar