1770 Rensi: Perbedaan Tipis antara Sombong Rohani dan Benar di Mata TUHAN
Damai Sejahtera ALLAH didalam KRISTUS YESUS menyertai kita semua
Renungan siang ini dengan tema:
*Perbedaan Tipis antara Sombong Rohani dan Benar di Mata TUHAN*
Dasar firmannya dari:
📖 *Roma 3:10*
*seperti ada tertulis: "Tidak ada yang benar, seorang pun tidak.*
Saudara² kekasih, sikap *sombong rohani* acapkali menjadi bagian dalam keseharian kita, meskipun kita mengira tak pernah melakukannya. Ketika mendengar perlakuan curang yang menimpa seorang teman, mungkin kita bersimpati dan ikutan kesal dibuatnya.
Kita cela tindakan yang bersangkutan seraya berkata dalam hati:
```“Untung saya tidak sejahat itu.”
“Untunglah saya orang baik-baik.”
"Untung saya bukan mantan pecandu narkoba."
"Untung saya bukan residivis, mantan pelacur, mantan pembunuh..."
“Untung saya sudah dibaptis.”
Dan semacamnya…```
[Kita menjadi sama seperti orang farisi yang membandingkan dirinya dengan pemungut cukai di *Lukas 18:9-14*]
Namun, sadar atau tidak, kita kerap melakukan tindak kriminalitas *‘kecil-kecilan’* dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya:
• Saat dititipi belanja keperluan kantor oleh atasan, kita sisipkan barang kebutuhan pribadi dalam daftar. Toh, harganya tidak seberapa. Lebih hemat daripada harus merogoh kocek sendiri.
• Demi membasmi angka-angka merah rapor di si kecil, kita bawakan wali kelasnya *‘bingkisan’.*
Alasannya, lebih cepat dan praktis ketimbang meluangkan waktu memberinya bimbingan belajar.
• Ketika marah dengan pasangan, kita lontarkan kata-kata kasar, alih-alih menenangkan hati dahulu dan merenungkan inti permasalahan.
Saudaraku, pernahkah terpikir bahwa berbuat jahat itu seringkali lebih gampang daripada berbuat baik?
Ah, tindakan saya tidak ada apa-apanya dibanding perbuatan mereka yang diganjar hukuman pidana atau perdata. Dosa saya tidak sebesar dosa koruptor negara, kan!?
Nah, skala besar-kecil inilah yang kemudian *membiaskan pemahaman kita tentang dosa.* Kejahatan sepele tidak membuat nurani kita berteriak selantang kejahatan yang kita nilai lebih besar. *Akibatnya, kita lupa bahwa dosa tetaplah dosa!*
🔹 *Semua manusia berdosa*
Dalam *Roma 3:9-19,* Paulus menekankan bahwa *semua* manusia adalah orang *berdosa.*
```… seperti ada tertulis: “Tidak ada yang benar, seorangpun tidak.”
– Roma 3:10```
Paulus mengungkapkannya sebagai argumentasi terhadap orang Yahudi yang merasa diri mereka benar di hadapan ALLAH. Namun, pesan tersebut masih relevan hingga sekarang, terutama terhadap orang² kristen yang _'merasa diri mereka benar di hadapan ALLAH'._
Ada *dua* hal dalam argumen Paulus yang dapat kita refleksikan:
1⃣ Pertama, kita *perlu sadar* betapa jahatnya kita di mata ALLAH.
2⃣ Kedua, kita *perlu sadar* bahwa segala usaha dan perbuatan baik *tidak dapat membenarkan* kita.
🔹 *Apa itu self-righteous atau sombong rohani?*
Pengertian self-righteous dalam kamus adalah: _Filled with or showing a conviction of being morally superior, or more righteous than others._
Artinya: _Kita yakin diri kita lebih baik secara moral, atau lebih benar daripada orang lain._ Dalam konteks rohani, *self-righteous* bisa diartikan *sombong rohani.*
Saudaraku, sombong rohani adalah *pandangan yang berbahaya.*
```Kita mengira berada di pihak ALLAH, padahal justru ALLAH memandang sebaliknya!```
*_Keruntuhan dan kebinasaan mereka tinggalkan di jalan mereka, dan jalan damai tidak mereka kenal; rasa takut kepada ALLAH tidak ada pada orang itu._*
– Roma 3:16-18.
Paulus *menegur* pihak yang menyombongkan kegiatan mereka untuk TUHAN. Takut akan TUHAN tidak ada pada mereka, karena mereka bertindak menurut *pengertian sendiri.*
```Masalahnya, apakah kita juga termasuk orang-orang yang sombong rohani?```
• Apakah kita jadi *congkak* dan menolak ajaran yang benar?
• Apakah kita *picik* seperti katak dalam tempurung?
• Begitu yakin sudah tercantum dalam buku kehidupan ALLAH, padahal *lupa* bersikap rendah hati dan mawas diri?
🔹 *Kalau begitu, bagaimana cara mengukur kadar takut akan ALLAH yang benar?*
1⃣ *Check-up Batin*
Ibarat pemeriksaan rutin kesehatan secara berkala, kita perlu melakukan check-up batin dari waktu ke waktu. Memeriksa hati, pikiran, dan perbuatan agar sesuai kehendak ALLAH.
_Kenapa hal ini penting?_
Karena dalam takut akan ALLAH, barulah kita dibenarkan.
*_Sebab perhatikanlah betapa justru dukacita yang menurut kehendak Allah itu mengerjakan pada kamu kesungguhan yang besar, bahkan pembelaan diri, kejengkelan, ketakutan, kerinduan, kegiatan, penghukuman! Di dalam semuanya itu kamu telah membuktikan, bahwa kamu tidak bersalah di dalam perkara itu._*
– 2 Korintus 7:11
Banyak orang menolak membahas dosa mereka, karena beranggapan mereka akan jadi semakin berdosa. Ini sama seperti orang sakit yang menunda-nunda memeriksakan diri ke dokter. Pada akhirnya, penyakit itu bertambah parah dan menjadi bom waktu yang merugikan diri sendiri.
Periksalah jalan-jalan dan setiap relung hati kita. Izinkan Firman TUHAN menguji setiap langkah dan motivasi kita. Jika kita cukup rendah hati, niscaya ROH KUDUS dan orang-orang kudus akan senang hati membantu mengungkapkan pengertian Firman itu kepada kita.
*Peka-lah* terhadap suara-NYA melalui Firman yang disampaikan. Jangan *acuh tak acuh* jika yang menyampaikan bukan suami anda, bukan orang yang anda ingini, bukan pendeta anda, dlsb.
2⃣ *Fokus pada pertobatan pribadi kita. Jangan urusi dosa orang lain*
Benar bahwa kita harus membantu orang lain mengenal ALLAH. Namun, itu hanya berguna jika _`kita sendiri sudah dan terus berada dalam kerajaan ALLAH tersebut`._
Ibaratnya, jangan seperti petugas terminal yang sibuk memanggil dan menaikkan penumpang ke dalam bus, sementara ia sendiri tetap tinggal di terminal.
Luangkan waktu untuk membereskan dosa-dosa kita. Untuk *mengakui* dan mengambil tindakan *meninggalkannya.* Hanya orang kudus yang efektif menjangkau dan membawa orang lain kepada kekudusan.
3⃣ *Rasa Takut yang Sehat / Healthy Fear*
Fear di sini tidak berarti kita harus hidup dalam ketakutan. Kita mengandalkan Firman untuk menuntun dan membukakan pemahaman tentang segala hal.
Dari situlah, kita dapatkan kadar *takut akan ALLAH yang sehat,* yakni *rasa takut yang disertai segan dan hormat,* seperti anak takut kepada orang tuanya.
🔶 *Aplikasinya untuk kita:*
Mari saudara²ku, kita biasakan pemeriksaan batin supaya penyakit-penyakit rohani kita tidak bertumpuk. Kita belajar untuk merendahkan diri kita dibawah Tangan TUHAN yang kuat dan rendah hati terhadap sesama kita.
Kadar takut akan ALLAH yang benar akan membawa kita kepada pertobatan dan perkenanan di mata-NYA.
TUHAN YESUS memberkati ,amin. 🙏
*PD Imanuel Jakarta*
03092018
Roberto Mogot
Renungan siang ini dengan tema:
*Perbedaan Tipis antara Sombong Rohani dan Benar di Mata TUHAN*
Dasar firmannya dari:
📖 *Roma 3:10*
*seperti ada tertulis: "Tidak ada yang benar, seorang pun tidak.*
Saudara² kekasih, sikap *sombong rohani* acapkali menjadi bagian dalam keseharian kita, meskipun kita mengira tak pernah melakukannya. Ketika mendengar perlakuan curang yang menimpa seorang teman, mungkin kita bersimpati dan ikutan kesal dibuatnya.
Kita cela tindakan yang bersangkutan seraya berkata dalam hati:
```“Untung saya tidak sejahat itu.”
“Untunglah saya orang baik-baik.”
"Untung saya bukan mantan pecandu narkoba."
"Untung saya bukan residivis, mantan pelacur, mantan pembunuh..."
“Untung saya sudah dibaptis.”
Dan semacamnya…```
[Kita menjadi sama seperti orang farisi yang membandingkan dirinya dengan pemungut cukai di *Lukas 18:9-14*]
Namun, sadar atau tidak, kita kerap melakukan tindak kriminalitas *‘kecil-kecilan’* dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya:
• Saat dititipi belanja keperluan kantor oleh atasan, kita sisipkan barang kebutuhan pribadi dalam daftar. Toh, harganya tidak seberapa. Lebih hemat daripada harus merogoh kocek sendiri.
• Demi membasmi angka-angka merah rapor di si kecil, kita bawakan wali kelasnya *‘bingkisan’.*
Alasannya, lebih cepat dan praktis ketimbang meluangkan waktu memberinya bimbingan belajar.
• Ketika marah dengan pasangan, kita lontarkan kata-kata kasar, alih-alih menenangkan hati dahulu dan merenungkan inti permasalahan.
Saudaraku, pernahkah terpikir bahwa berbuat jahat itu seringkali lebih gampang daripada berbuat baik?
Ah, tindakan saya tidak ada apa-apanya dibanding perbuatan mereka yang diganjar hukuman pidana atau perdata. Dosa saya tidak sebesar dosa koruptor negara, kan!?
Nah, skala besar-kecil inilah yang kemudian *membiaskan pemahaman kita tentang dosa.* Kejahatan sepele tidak membuat nurani kita berteriak selantang kejahatan yang kita nilai lebih besar. *Akibatnya, kita lupa bahwa dosa tetaplah dosa!*
🔹 *Semua manusia berdosa*
Dalam *Roma 3:9-19,* Paulus menekankan bahwa *semua* manusia adalah orang *berdosa.*
```… seperti ada tertulis: “Tidak ada yang benar, seorangpun tidak.”
– Roma 3:10```
Paulus mengungkapkannya sebagai argumentasi terhadap orang Yahudi yang merasa diri mereka benar di hadapan ALLAH. Namun, pesan tersebut masih relevan hingga sekarang, terutama terhadap orang² kristen yang _'merasa diri mereka benar di hadapan ALLAH'._
Ada *dua* hal dalam argumen Paulus yang dapat kita refleksikan:
1⃣ Pertama, kita *perlu sadar* betapa jahatnya kita di mata ALLAH.
2⃣ Kedua, kita *perlu sadar* bahwa segala usaha dan perbuatan baik *tidak dapat membenarkan* kita.
🔹 *Apa itu self-righteous atau sombong rohani?*
Pengertian self-righteous dalam kamus adalah: _Filled with or showing a conviction of being morally superior, or more righteous than others._
Artinya: _Kita yakin diri kita lebih baik secara moral, atau lebih benar daripada orang lain._ Dalam konteks rohani, *self-righteous* bisa diartikan *sombong rohani.*
Saudaraku, sombong rohani adalah *pandangan yang berbahaya.*
```Kita mengira berada di pihak ALLAH, padahal justru ALLAH memandang sebaliknya!```
*_Keruntuhan dan kebinasaan mereka tinggalkan di jalan mereka, dan jalan damai tidak mereka kenal; rasa takut kepada ALLAH tidak ada pada orang itu._*
– Roma 3:16-18.
Paulus *menegur* pihak yang menyombongkan kegiatan mereka untuk TUHAN. Takut akan TUHAN tidak ada pada mereka, karena mereka bertindak menurut *pengertian sendiri.*
```Masalahnya, apakah kita juga termasuk orang-orang yang sombong rohani?```
• Apakah kita jadi *congkak* dan menolak ajaran yang benar?
• Apakah kita *picik* seperti katak dalam tempurung?
• Begitu yakin sudah tercantum dalam buku kehidupan ALLAH, padahal *lupa* bersikap rendah hati dan mawas diri?
🔹 *Kalau begitu, bagaimana cara mengukur kadar takut akan ALLAH yang benar?*
1⃣ *Check-up Batin*
Ibarat pemeriksaan rutin kesehatan secara berkala, kita perlu melakukan check-up batin dari waktu ke waktu. Memeriksa hati, pikiran, dan perbuatan agar sesuai kehendak ALLAH.
_Kenapa hal ini penting?_
Karena dalam takut akan ALLAH, barulah kita dibenarkan.
*_Sebab perhatikanlah betapa justru dukacita yang menurut kehendak Allah itu mengerjakan pada kamu kesungguhan yang besar, bahkan pembelaan diri, kejengkelan, ketakutan, kerinduan, kegiatan, penghukuman! Di dalam semuanya itu kamu telah membuktikan, bahwa kamu tidak bersalah di dalam perkara itu._*
– 2 Korintus 7:11
Banyak orang menolak membahas dosa mereka, karena beranggapan mereka akan jadi semakin berdosa. Ini sama seperti orang sakit yang menunda-nunda memeriksakan diri ke dokter. Pada akhirnya, penyakit itu bertambah parah dan menjadi bom waktu yang merugikan diri sendiri.
Periksalah jalan-jalan dan setiap relung hati kita. Izinkan Firman TUHAN menguji setiap langkah dan motivasi kita. Jika kita cukup rendah hati, niscaya ROH KUDUS dan orang-orang kudus akan senang hati membantu mengungkapkan pengertian Firman itu kepada kita.
*Peka-lah* terhadap suara-NYA melalui Firman yang disampaikan. Jangan *acuh tak acuh* jika yang menyampaikan bukan suami anda, bukan orang yang anda ingini, bukan pendeta anda, dlsb.
2⃣ *Fokus pada pertobatan pribadi kita. Jangan urusi dosa orang lain*
Benar bahwa kita harus membantu orang lain mengenal ALLAH. Namun, itu hanya berguna jika _`kita sendiri sudah dan terus berada dalam kerajaan ALLAH tersebut`._
Ibaratnya, jangan seperti petugas terminal yang sibuk memanggil dan menaikkan penumpang ke dalam bus, sementara ia sendiri tetap tinggal di terminal.
Luangkan waktu untuk membereskan dosa-dosa kita. Untuk *mengakui* dan mengambil tindakan *meninggalkannya.* Hanya orang kudus yang efektif menjangkau dan membawa orang lain kepada kekudusan.
3⃣ *Rasa Takut yang Sehat / Healthy Fear*
Fear di sini tidak berarti kita harus hidup dalam ketakutan. Kita mengandalkan Firman untuk menuntun dan membukakan pemahaman tentang segala hal.
Dari situlah, kita dapatkan kadar *takut akan ALLAH yang sehat,* yakni *rasa takut yang disertai segan dan hormat,* seperti anak takut kepada orang tuanya.
🔶 *Aplikasinya untuk kita:*
Mari saudara²ku, kita biasakan pemeriksaan batin supaya penyakit-penyakit rohani kita tidak bertumpuk. Kita belajar untuk merendahkan diri kita dibawah Tangan TUHAN yang kuat dan rendah hati terhadap sesama kita.
Kadar takut akan ALLAH yang benar akan membawa kita kepada pertobatan dan perkenanan di mata-NYA.
TUHAN YESUS memberkati ,amin. 🙏
*PD Imanuel Jakarta*
03092018
Roberto Mogot
Komentar
Posting Komentar