680 Rensi: Lupa Diri
Shalom Alaichem b'Shem Yeshua Ha Masiach, saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus firman hari ini dari:
Lukas 3:8 (BSD) *Lakukanlah apa yang dikehendaki oleh Allah, supaya orang dapat melihat bahwa kalian sudah berhenti berbuat dosa dan mau melakukan kehendak Allah.* Dan jangan mulai berkata bahwa Abraham adalah nenek moyangmu. *Ingat: Dari batu-batu ini pun Allah dapat membuat suatu keturunan untuk Abraham!*
Dengan tema:
*Lupa Diri*
Saat karya Roh Kudus meminta saya membaca Ayub 35:6-7 dengan versi BIMK (Bahasa Indonesia masa kini) cukup membuat hati saya WOW, ternyata... Apa yang kita perbuat selama ini yang kita anggap *"melayani Tuhan"* itu ternyata bukan berdampak kepada Tuhan, gak ngefek sama Tuhan, entah kita melakukan kebaikan atau kejahatan, tetapi semua itu kembali kepada kita sendiri.
Makanya ada firman yang menyatakan
Lukas 6:31 (TB) *Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.*
Jadi kalau kita ingin orang baik kepada kita, tetapi kita tidak gak mau melakukan yang baik dahulu, ya jangan berharap kebaikan itu kita dapatkan.
Namun pada kenyataannya kita ini egois, maunya menerima dulu yang baik dari orang lain, baru kita memberi kebaikan. Padahal jika kita lebih dahulu memberikan kebaikan maka kitapun akan mendapatkan juga kebaikan
Lukas 6:38 (TB) *Berilah dan kamu akan diberi*: suatu takaran yang baik, *yang dipadatkan,* yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. *Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."*
Timbal baliknya kembali kepada diri kita sendiri, bahkan *"dipadatkan"*
Kembali ke nats awal (Lukas 3:8), dimana Allah sanggup menjadikan anak-anak Abraham dari batu, jika kita yang ngakunya keturunan Abraham tetapi tidak melakukan seperti yang Abraham lakukan kepada Allah, apakah layak jika kita disebut anak Abraham?
Seharusnya jika kita mengganggap Abraham sebagai bapa kita, berarti kita pun harusnya manut seperti Abraham, percaya penuh tanpa bertanya, tanpa berdalih dalam melakukan perintah Allah walaupun harus mengorbankan anaknya, dan masih banyak lagi teladan Abraham yang seharusnya juga kita lakukan. Apakah hal ini juga sudah ada pada kita?
Kalau belum, berarti kita belum pantas dianggap sebagai anak-anak Abraham, apalagi dianggap menjadi anak-anak Allah, lebih tidak pantas lagi?
Padahal Allah sudah menganggap kita gak cuma sebagai anak-anak Abraham, tapi juga dianggap sebagai anak-anak Allah
Roma 8:16 (TB) *Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.*
Kalau sudah begini, apakah kita masih mau menyia-nyia kan kesempatan ini dengan lupa diri, hidup semau kita sendiri?
Padahal tadi sudah jelas, pada Lukas 3:8a *Lakukanlah apa yang dikehendaki oleh Allah, supaya orang dapat melihat bahwa kalian sudah berhenti berbuat dosa dan mau melakukan kehendak Allah.*
Ini yang Allah kehendaki, supaya kita tetap dianggapnya sebagai anak, harus mau melakukan kehendak Allah, kalau gak manut, ya mungkin memang lebih baik Allah menjadikan batu-batu menjadi anak-anakNya dari pada kita ya? Gak ngefek kok buat Allah. Lha wong itu semua hanya karena saking sayangnya Allah pada kita, tapi kalau yang disayang menolak bagaimana ?
Tuhan Yesus memberkati kita semua,amin
*PD Autopia Malang*
04032017
andikazakaria
Lukas 3:8 (BSD) *Lakukanlah apa yang dikehendaki oleh Allah, supaya orang dapat melihat bahwa kalian sudah berhenti berbuat dosa dan mau melakukan kehendak Allah.* Dan jangan mulai berkata bahwa Abraham adalah nenek moyangmu. *Ingat: Dari batu-batu ini pun Allah dapat membuat suatu keturunan untuk Abraham!*
Dengan tema:
*Lupa Diri*
Saat karya Roh Kudus meminta saya membaca Ayub 35:6-7 dengan versi BIMK (Bahasa Indonesia masa kini) cukup membuat hati saya WOW, ternyata... Apa yang kita perbuat selama ini yang kita anggap *"melayani Tuhan"* itu ternyata bukan berdampak kepada Tuhan, gak ngefek sama Tuhan, entah kita melakukan kebaikan atau kejahatan, tetapi semua itu kembali kepada kita sendiri.
Makanya ada firman yang menyatakan
Lukas 6:31 (TB) *Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.*
Jadi kalau kita ingin orang baik kepada kita, tetapi kita tidak gak mau melakukan yang baik dahulu, ya jangan berharap kebaikan itu kita dapatkan.
Namun pada kenyataannya kita ini egois, maunya menerima dulu yang baik dari orang lain, baru kita memberi kebaikan. Padahal jika kita lebih dahulu memberikan kebaikan maka kitapun akan mendapatkan juga kebaikan
Lukas 6:38 (TB) *Berilah dan kamu akan diberi*: suatu takaran yang baik, *yang dipadatkan,* yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. *Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."*
Timbal baliknya kembali kepada diri kita sendiri, bahkan *"dipadatkan"*
Kembali ke nats awal (Lukas 3:8), dimana Allah sanggup menjadikan anak-anak Abraham dari batu, jika kita yang ngakunya keturunan Abraham tetapi tidak melakukan seperti yang Abraham lakukan kepada Allah, apakah layak jika kita disebut anak Abraham?
Seharusnya jika kita mengganggap Abraham sebagai bapa kita, berarti kita pun harusnya manut seperti Abraham, percaya penuh tanpa bertanya, tanpa berdalih dalam melakukan perintah Allah walaupun harus mengorbankan anaknya, dan masih banyak lagi teladan Abraham yang seharusnya juga kita lakukan. Apakah hal ini juga sudah ada pada kita?
Kalau belum, berarti kita belum pantas dianggap sebagai anak-anak Abraham, apalagi dianggap menjadi anak-anak Allah, lebih tidak pantas lagi?
Padahal Allah sudah menganggap kita gak cuma sebagai anak-anak Abraham, tapi juga dianggap sebagai anak-anak Allah
Roma 8:16 (TB) *Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.*
Kalau sudah begini, apakah kita masih mau menyia-nyia kan kesempatan ini dengan lupa diri, hidup semau kita sendiri?
Padahal tadi sudah jelas, pada Lukas 3:8a *Lakukanlah apa yang dikehendaki oleh Allah, supaya orang dapat melihat bahwa kalian sudah berhenti berbuat dosa dan mau melakukan kehendak Allah.*
Ini yang Allah kehendaki, supaya kita tetap dianggapnya sebagai anak, harus mau melakukan kehendak Allah, kalau gak manut, ya mungkin memang lebih baik Allah menjadikan batu-batu menjadi anak-anakNya dari pada kita ya? Gak ngefek kok buat Allah. Lha wong itu semua hanya karena saking sayangnya Allah pada kita, tapi kalau yang disayang menolak bagaimana ?
Tuhan Yesus memberkati kita semua,amin
*PD Autopia Malang*
04032017
andikazakaria
Komentar
Posting Komentar