1398 Regi: Waktu Berkuakitas
Shalom Aleichem b’Shem Yeshua Ha Mashiach
Renungan pagi ini mengambil tema:
*Waktu Berkualitas*
Selama 24 jam sehari manusia diperhadapkan pada pilihan dalam mengisi waktu yang ada. Pilihan itu bisa berkualitas, namun bisa pula sebaliknya. Bagaimana wujud hidup berkualitas? Pada umumnya, ada dua versi pandangan hidup berkualitas itu: berkualitas secara duniawi dan berkualitas secara rohani.
Berkualitas duniawi direpresentasikan dengan kehidupan yang identik dengan bekerja dan menghasilkan uang, sehingga kehidupan dititikberatkan pada uang!
Sadar atau tidak sadar sebagian besar dari kita telah tergilas oleh arus materialistik semacam ini.
Hidup tipe begini menganggap segalanya akan beres dengan uang, bahkan menganggap hidup kekekalanpun dalam genggamannya karena hartanya yang banyak; namun, mereka kecele:
*Markus 10: 21 – BIS* :_…, "Tinggal satu hal lagi yang engkau perlukan. Pergilah jual semua milikmu; berikanlah uangnya kepada orang miskin, dan engkau akan mendapat harta di surga. Sesudah itu datanglah mengikuti Aku."
Jawaban Yesus sangat mengecewakan; sehingga dia gagal memiliki harta di sorga.
*Lukas 12: 19 – BIS*: … kukatakan kepada diriku sendiri: Engkau beruntung! Segala yang baik sudah kaumiliki dan tidak akan habis selama bertahun-tahun. Istirahatlah sekarang! Makan minumlah dan nikmatilah hidupmu!'
Sesaat setelah itu jiwa orang ini diambil-Nya, apakah gunanya segala harta yang dimilikinya? Kedua contoh di atas menggambarkan manusia yang sia-sia hidupnya karena lebih mengutamakan hal dunia, mengabaikan hal sorgawi.
Sebaliknya, kehidupan orang beriman akan mengisi waktu berkualitas setiap harinya dengan memprioritaskan pertemuan dengan TUHAN dan menomor-berikutkan yang lain. Sesibuk apapun dia, perjumpaan dengan Bapa adalah yang terutama.
"Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau, karena hukum-hukum-Mu yang adil." *(Mazmur 119:164 TB)*.
Daud tetap menomor-satukan pertemuan dengan Allah dengan memuji-muji Dia, bahkan hingga saat menjabat sebagai raja atas Israel.
Dari tujuh kali pepujian Daud, hanya dua kali dijelaskan Daud berseru dan berdoa di sela-sela pujian-pujian-nya itu, yaitu pada pagi dan malam hari:
*Mazmur 5: 4 (TB)* *TUHAN, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu, dan aku menunggu-nunggu.*
*…, agar pada waktu malam aku dapat bernyanyi, dan berdoa kepada Allah sumber hidupku. (Mazmur 42: 9 BIS)*.
Karena sikap dan pilihan Daud yang tepat dalam mengisi waktu berkualitasnya setiap hari, maka hanya dialah satu-satunya raja Israel terbesar, demikian pula pada akhir hidupnya dia diterima Bapa dalam kerajaan-Nya.
Saudara sekalian, ke mana *penekanan waktu berkualitas* kita?
Berhati-hatilah, karenanya pilihan itu akan berdampak pada kehidupan kita saat ini maupun kelak pada saat memasuki alam kekekalan!
*Teladanilah Daud dengan memohon pertolongan dari Roh Kudus agar dimampukan memanfaatkan waktu yang berkualitas untuk kemuliaan Allah.*
Immanuel! Amin.
*PD Autopia Malang*
28022018
*gunawanwibisono*
Renungan pagi ini mengambil tema:
*Waktu Berkualitas*
Selama 24 jam sehari manusia diperhadapkan pada pilihan dalam mengisi waktu yang ada. Pilihan itu bisa berkualitas, namun bisa pula sebaliknya. Bagaimana wujud hidup berkualitas? Pada umumnya, ada dua versi pandangan hidup berkualitas itu: berkualitas secara duniawi dan berkualitas secara rohani.
Berkualitas duniawi direpresentasikan dengan kehidupan yang identik dengan bekerja dan menghasilkan uang, sehingga kehidupan dititikberatkan pada uang!
Sadar atau tidak sadar sebagian besar dari kita telah tergilas oleh arus materialistik semacam ini.
Hidup tipe begini menganggap segalanya akan beres dengan uang, bahkan menganggap hidup kekekalanpun dalam genggamannya karena hartanya yang banyak; namun, mereka kecele:
*Markus 10: 21 – BIS* :_…, "Tinggal satu hal lagi yang engkau perlukan. Pergilah jual semua milikmu; berikanlah uangnya kepada orang miskin, dan engkau akan mendapat harta di surga. Sesudah itu datanglah mengikuti Aku."
Jawaban Yesus sangat mengecewakan; sehingga dia gagal memiliki harta di sorga.
*Lukas 12: 19 – BIS*: … kukatakan kepada diriku sendiri: Engkau beruntung! Segala yang baik sudah kaumiliki dan tidak akan habis selama bertahun-tahun. Istirahatlah sekarang! Makan minumlah dan nikmatilah hidupmu!'
Sesaat setelah itu jiwa orang ini diambil-Nya, apakah gunanya segala harta yang dimilikinya? Kedua contoh di atas menggambarkan manusia yang sia-sia hidupnya karena lebih mengutamakan hal dunia, mengabaikan hal sorgawi.
Sebaliknya, kehidupan orang beriman akan mengisi waktu berkualitas setiap harinya dengan memprioritaskan pertemuan dengan TUHAN dan menomor-berikutkan yang lain. Sesibuk apapun dia, perjumpaan dengan Bapa adalah yang terutama.
"Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau, karena hukum-hukum-Mu yang adil." *(Mazmur 119:164 TB)*.
Daud tetap menomor-satukan pertemuan dengan Allah dengan memuji-muji Dia, bahkan hingga saat menjabat sebagai raja atas Israel.
Dari tujuh kali pepujian Daud, hanya dua kali dijelaskan Daud berseru dan berdoa di sela-sela pujian-pujian-nya itu, yaitu pada pagi dan malam hari:
*Mazmur 5: 4 (TB)* *TUHAN, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu, dan aku menunggu-nunggu.*
*…, agar pada waktu malam aku dapat bernyanyi, dan berdoa kepada Allah sumber hidupku. (Mazmur 42: 9 BIS)*.
Karena sikap dan pilihan Daud yang tepat dalam mengisi waktu berkualitasnya setiap hari, maka hanya dialah satu-satunya raja Israel terbesar, demikian pula pada akhir hidupnya dia diterima Bapa dalam kerajaan-Nya.
Saudara sekalian, ke mana *penekanan waktu berkualitas* kita?
Berhati-hatilah, karenanya pilihan itu akan berdampak pada kehidupan kita saat ini maupun kelak pada saat memasuki alam kekekalan!
*Teladanilah Daud dengan memohon pertolongan dari Roh Kudus agar dimampukan memanfaatkan waktu yang berkualitas untuk kemuliaan Allah.*
Immanuel! Amin.
*PD Autopia Malang*
28022018
*gunawanwibisono*
Komentar
Posting Komentar