807 Regi: Tak Pernah Terlambat PertolonganMu
Shalom Aleichem b'shem Yeshua Ha Maschiah. Renungan pagi ini dengan judul:
*TAK PERNAH TERLAMBAT PERTOLONGANMU*
Saudaraku yang terkasih dalam Tuhan Yesus, marilah kita merenungkan pengabdian Nabi Elia dalam melaksanakan tugas panggilan Allah. Tugas Nabi Elia sungguh tidak ringan karena harus berhadapan dengan raja dan umat Israel yang telah hidup dalam penyembahan pada berhala. Ingat peristiwa di Gunung Karmel, ia harus bertaruh nyawa untuk membuktikan bahwa Allah Israel lah yang berkuasa, bukan dewa baal.
*1 Raja-raja 18:37-39 (TB) Jawablah aku, ya TUHAN, jawablah aku, supaya bangsa ini mengetahui, bahwa Engkaulah Allah, ya TUHAN, dan Engkaulah yang membuat hati mereka tobat kembali."*
*38) Lalu turunlah api TUHAN menyambar habis korban bakaran, kayu api, batu dan tanah itu, bahkan air yang dalam parit itu habis dijilatnya.*
*39) Ketika seluruh rakyat melihat kejadian itu, sujudlah mereka serta berkata: "TUHAN, Dialah Allah! TUHAN, Dialah Allah!"*
Elia sebagai manusia layaknya, pernah mengalami kelelahan rohani yang serius ketika dalam kesendiriannya mengalami ancaman dan tekanan hidup yang berat.
*1 Raja-raja 19:4 (TB) Tetapi ia sendiri masuk ke padang gurun sehari perjalanan jauhnya, lalu duduk di bawah sebuah pohon arar. Kemudian ia ingin mati, katanya: "Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku."*
Di tengah kelelahan rohani, keputusasaan dalam memenuhi tugas panggilan Allah, datanglah lawatan Allah menguatkan hambaNya.
*1 Raja-raja 19:5-6 (TB) Sesudah itu ia berbaring dan tidur di bawah pohon arar itu. Tetapi tiba-tiba seorang malaikat menyentuh dia serta berkata kepadanya: "Bangunlah, makanlah!"*
*6) Ketika ia melihat sekitarnya, maka pada sebelah kepalanya ada roti bakar, dan sebuah kendi berisi air. Lalu ia makan dan minum, kemudian berbaring pula.*
Agaknya lawatan Allah akan hambaNya ini tidak cukup sekali jadi; dengan sabar dan setia, Ia kembali melawat hambaNya dengan sentuhan yang lebih lagi: bangunlah, makanlah! Sebab kalau tidak, perjalananmu nanti terlalu jauh bagimu (perjalananmu akan gagal). Bersyukur karena Elia menurut dan mau melakukan perintahNya.
*1 Raja-raja 19:8 (TB) Maka bangunlah ia, lalu makan dan minum, dan oleh kekuatan makanan itu ia berjalan empat puluh hari empat puluh malam lamanya sampai ke gunung Allah, yakni gunung Horeb.*
Saudaraku yang terkasih dalam Kristus, marilah kita belajar meneladan Nabi Elia yang peka terhadap sentuhan, peringatan Allah serta mau menurut apa yang diperintahkanNya. Perjalanan hidup kita perlu perjuangan yang tidak ringan. Apakah yang akan kita lakukan ketika kelelahan itu kita alami?
A. Bangun, makan roti hidup dan minum air hidup hingga sampai ke gunung Allah (berhasil)
ataukah
B. Tetap tidur, tidak merespon lawatan Allah, menolak makanan dan minuman yang disediakan Allah sehingga tidak sampai ke gunung Allah (gagal).
Sesungguhnya tak pernah terlambat pertolongan Allah yang disediakan bagi kita; tinggal bagaimanakah keputusan masing-masing.
*AMIN. IMANUEL.*
*PD AUTOPIA MALANG*
06052017
Dwi Cahyono
*TAK PERNAH TERLAMBAT PERTOLONGANMU*
Saudaraku yang terkasih dalam Tuhan Yesus, marilah kita merenungkan pengabdian Nabi Elia dalam melaksanakan tugas panggilan Allah. Tugas Nabi Elia sungguh tidak ringan karena harus berhadapan dengan raja dan umat Israel yang telah hidup dalam penyembahan pada berhala. Ingat peristiwa di Gunung Karmel, ia harus bertaruh nyawa untuk membuktikan bahwa Allah Israel lah yang berkuasa, bukan dewa baal.
*1 Raja-raja 18:37-39 (TB) Jawablah aku, ya TUHAN, jawablah aku, supaya bangsa ini mengetahui, bahwa Engkaulah Allah, ya TUHAN, dan Engkaulah yang membuat hati mereka tobat kembali."*
*38) Lalu turunlah api TUHAN menyambar habis korban bakaran, kayu api, batu dan tanah itu, bahkan air yang dalam parit itu habis dijilatnya.*
*39) Ketika seluruh rakyat melihat kejadian itu, sujudlah mereka serta berkata: "TUHAN, Dialah Allah! TUHAN, Dialah Allah!"*
Elia sebagai manusia layaknya, pernah mengalami kelelahan rohani yang serius ketika dalam kesendiriannya mengalami ancaman dan tekanan hidup yang berat.
*1 Raja-raja 19:4 (TB) Tetapi ia sendiri masuk ke padang gurun sehari perjalanan jauhnya, lalu duduk di bawah sebuah pohon arar. Kemudian ia ingin mati, katanya: "Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku."*
Di tengah kelelahan rohani, keputusasaan dalam memenuhi tugas panggilan Allah, datanglah lawatan Allah menguatkan hambaNya.
*1 Raja-raja 19:5-6 (TB) Sesudah itu ia berbaring dan tidur di bawah pohon arar itu. Tetapi tiba-tiba seorang malaikat menyentuh dia serta berkata kepadanya: "Bangunlah, makanlah!"*
*6) Ketika ia melihat sekitarnya, maka pada sebelah kepalanya ada roti bakar, dan sebuah kendi berisi air. Lalu ia makan dan minum, kemudian berbaring pula.*
Agaknya lawatan Allah akan hambaNya ini tidak cukup sekali jadi; dengan sabar dan setia, Ia kembali melawat hambaNya dengan sentuhan yang lebih lagi: bangunlah, makanlah! Sebab kalau tidak, perjalananmu nanti terlalu jauh bagimu (perjalananmu akan gagal). Bersyukur karena Elia menurut dan mau melakukan perintahNya.
*1 Raja-raja 19:8 (TB) Maka bangunlah ia, lalu makan dan minum, dan oleh kekuatan makanan itu ia berjalan empat puluh hari empat puluh malam lamanya sampai ke gunung Allah, yakni gunung Horeb.*
Saudaraku yang terkasih dalam Kristus, marilah kita belajar meneladan Nabi Elia yang peka terhadap sentuhan, peringatan Allah serta mau menurut apa yang diperintahkanNya. Perjalanan hidup kita perlu perjuangan yang tidak ringan. Apakah yang akan kita lakukan ketika kelelahan itu kita alami?
A. Bangun, makan roti hidup dan minum air hidup hingga sampai ke gunung Allah (berhasil)
ataukah
B. Tetap tidur, tidak merespon lawatan Allah, menolak makanan dan minuman yang disediakan Allah sehingga tidak sampai ke gunung Allah (gagal).
Sesungguhnya tak pernah terlambat pertolongan Allah yang disediakan bagi kita; tinggal bagaimanakah keputusan masing-masing.
*AMIN. IMANUEL.*
*PD AUTOPIA MALANG*
06052017
Dwi Cahyono
Komentar
Posting Komentar