2056 Regi : SIKAP HATI MENGHADAPI KEADAAN TERPURUK BERKALI-KALI
Shalom Aleichem b’Shem Yeshua Ha Mashiach.
Renungan pagi ini mengambil tema:
*SIKAP HATI MENGHADAPI KEADAAN TERPURUK BERKALI-KALI*
Para kekasih Kristus, kita menyadari bahwa TUHAN lebih melihat hati, bukan sekedar melihat tampilan sosok tubuh jasmaniah kita.
Namun, pada kenyataannya kita lebih mengutamakan penampilan jasmaniah dari pada memperhatikan sikap hati, sebab sulit mencari teladan orang yang memiliki sikap hati yang baik, terutama dalam keadaan terpuruk berkali-kali atau biasa disebut: *“sudah jatuh tertimpa tangga”*
Untuk itu marilah kita memperhatikan sikap hati Raja Daud, ketika mengalami kondisi terpuruk berulang-kali, dalam:
*2 Samuel 15: 24-26:*
Dan lihat, juga Zadok ada di sana beserta semua orang Lewi pengangkat Tabut Perjanjian Allah. Mereka meletakkan tabut Allah itu juga Abyatar ikut datang sampai seluruh rakyat dari kota selesai menyeberang. Lalu berkatalah raja kepada Zadok: *“Bawalah Tabut Allah itu kembali ke kota; jika aku mendapat kasih karunia di mata TUHAN, maka Ia akan mengizinkan aku kembali, sehingga aku akan melihatnya lagi,* juga tempat kediamannya. Tetapi jika Ia berfirman, begini: *Aku tidak berkenan kepadamu, maka aku bersedia, biarlah dilakukan-Nya kepadaku apa yang baik di mata-Nya.”*
Pada waktu Raja Daud mengatakan kepada Zadok perihal di atas, dia tengah berlari sebagai buron, bersama orang-orang yang setia kepadanya dalam kejaran Absalom, anaknya sendiri, yang memberontak kepadanya.
Tabut Perjanjian Allah dibawa oleh mereka, karena setiap raja berperang, atau bepergian tabut ini biasa dibawa bersama raja. Namun dalam kondisi terjepit akibat pemberontakan Absalom, Daud sebaliknya meminta agar tabut tersebut dikembalikan ke tempat semula.
Ketika mengalami keadaan yang tidak baik, Daud bukannya memanfaatkan Allah untuk melindungi dirinya, namun justru dia menghormati Allah agar tidak ikut keluar dari istana sebagai pelarian tanpa arah.
Sikap hati Daud yang tidak marah, tidak mengeluh, tidak menggerutu dan tidak bersungut-sungut ketika Allah memperkenan keadaan buruk dialaminya; *dia tetap memberikan penghormatan dan sedapat mungkin melakukan perbuatan yang menyukakan hati Allah.*
Suatu sikap hati yang sangat patut dipuji dan dicontoh serta diterapkan dalam kehidupan kita.
Tidak saja kepada Allah, Daud juga tidak marah dan kecewa kepada manusia yang mengutukinya ketika dia menerima keadaan buruk ini.
Dalam *2 Samuel 16: 5-12*
Ditunjukkan bagaimana sikap hati Daud terhadap Simei bin Gera, kaum keluarga Saul yang terus-menerus mengutuki Daud.
*2 Samuel 16: 5 - 8* Ketika raja Daud telah sampai ke Bahurim, keluarlah dari sana seorang dari kaum keluarga Saul; ia bernama Simei bin Gera. Sambil mendekati raja, *ia terus-menerus mengutuk.* Daud dan semua pegawai raja Daud *dilemparinya dengan batu,* …. Beginilah perkataan Simei pada waktu ia mengutuk: *"Enyahlah, enyahlah, engkau penumpah darah, orang dursila! TUHAN telah membalas kepadamu segala darah keluarga Saul, yang engkau gantikan menjadi raja, TUHAN telah menyerahkan kedudukan raja kepada anakmu Absalom. Sesungguhnya, engkau sekarang dirundung malang, karena engkau seorang penumpah darah."*_
Ketika tentara Daud marah dan akan membunuh Simei, beginilah jawaban Daud:
2 Samuel 16:10-12 (TB) Tetapi kata raja: "Apakah urusanku dengan kamu, hai anak-anak Zeruya? Biarlah ia mengutuk! Sebab apabila TUHAN berfirman kepadanya: Kutukilah Daud, siapakah yang akan bertanya: mengapa engkau berbuat demikian?"
Pula kata Daud kepada Abisai dan kepada semua pegawainya: "Sedangkan anak kandungku ingin mencabut nyawaku, terlebih lagi sekarang orang Benyamin ini! Biarkanlah dia dan biarlah ia mengutuk, sebab TUHAN yang telah berfirman kepadanya demikian.
*Mungkin TUHAN akan memperhatikan kesengsaraanku ini dan TUHAN membalas yang baik kepadaku sebagai ganti kutuk orang itu pada hari ini.*
Daud percaya bahwa *kutuk seseorang bisa diubah menjadi sesuatu yang baik oleh TUHAN,* dan *dia tidak menghakimi orang yang mengutukinya.* Dan kita tahu bahwa *pada akhirnya TUHAN mengembalikan Daud ke tahtanya.*
Para kekasih Kristus, ketika kita mengalami kondisi yang tidak sesuai dengan yang kita harapkan, marilah belajar dari peristiwa buruk bertubi-tubi yang dialami Daud ini. *Dia menunjukkan sikap hati yang benar, tetap sabar dan tenang serta berdoa dan dengan penuh keyakinan bahwa keadaan itu pasti dapat dilewati dan pada saatnya TUHAN akan mengembalikan kita pada kondisi semula bahkan lebih baik lagi.* Tetaplah percaya sebagaimana ditegaskan pada
Roma 8:28 (TB) Kita tahu sekarang, *bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia*, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
Selamat belajar mengendalikan diri dengan berlaku seperti Daud yang tidak mengutuk ketika dalam keadaan terpuruk.
Tuhan Yesus memberkati kita semua,amin.
*PD Autopia – Malang*
_gunawanwibisono_
Renungan pagi ini mengambil tema:
*SIKAP HATI MENGHADAPI KEADAAN TERPURUK BERKALI-KALI*
Para kekasih Kristus, kita menyadari bahwa TUHAN lebih melihat hati, bukan sekedar melihat tampilan sosok tubuh jasmaniah kita.
Namun, pada kenyataannya kita lebih mengutamakan penampilan jasmaniah dari pada memperhatikan sikap hati, sebab sulit mencari teladan orang yang memiliki sikap hati yang baik, terutama dalam keadaan terpuruk berkali-kali atau biasa disebut: *“sudah jatuh tertimpa tangga”*
Untuk itu marilah kita memperhatikan sikap hati Raja Daud, ketika mengalami kondisi terpuruk berulang-kali, dalam:
*2 Samuel 15: 24-26:*
Dan lihat, juga Zadok ada di sana beserta semua orang Lewi pengangkat Tabut Perjanjian Allah. Mereka meletakkan tabut Allah itu juga Abyatar ikut datang sampai seluruh rakyat dari kota selesai menyeberang. Lalu berkatalah raja kepada Zadok: *“Bawalah Tabut Allah itu kembali ke kota; jika aku mendapat kasih karunia di mata TUHAN, maka Ia akan mengizinkan aku kembali, sehingga aku akan melihatnya lagi,* juga tempat kediamannya. Tetapi jika Ia berfirman, begini: *Aku tidak berkenan kepadamu, maka aku bersedia, biarlah dilakukan-Nya kepadaku apa yang baik di mata-Nya.”*
Pada waktu Raja Daud mengatakan kepada Zadok perihal di atas, dia tengah berlari sebagai buron, bersama orang-orang yang setia kepadanya dalam kejaran Absalom, anaknya sendiri, yang memberontak kepadanya.
Tabut Perjanjian Allah dibawa oleh mereka, karena setiap raja berperang, atau bepergian tabut ini biasa dibawa bersama raja. Namun dalam kondisi terjepit akibat pemberontakan Absalom, Daud sebaliknya meminta agar tabut tersebut dikembalikan ke tempat semula.
Ketika mengalami keadaan yang tidak baik, Daud bukannya memanfaatkan Allah untuk melindungi dirinya, namun justru dia menghormati Allah agar tidak ikut keluar dari istana sebagai pelarian tanpa arah.
Sikap hati Daud yang tidak marah, tidak mengeluh, tidak menggerutu dan tidak bersungut-sungut ketika Allah memperkenan keadaan buruk dialaminya; *dia tetap memberikan penghormatan dan sedapat mungkin melakukan perbuatan yang menyukakan hati Allah.*
Suatu sikap hati yang sangat patut dipuji dan dicontoh serta diterapkan dalam kehidupan kita.
Tidak saja kepada Allah, Daud juga tidak marah dan kecewa kepada manusia yang mengutukinya ketika dia menerima keadaan buruk ini.
Dalam *2 Samuel 16: 5-12*
Ditunjukkan bagaimana sikap hati Daud terhadap Simei bin Gera, kaum keluarga Saul yang terus-menerus mengutuki Daud.
*2 Samuel 16: 5 - 8* Ketika raja Daud telah sampai ke Bahurim, keluarlah dari sana seorang dari kaum keluarga Saul; ia bernama Simei bin Gera. Sambil mendekati raja, *ia terus-menerus mengutuk.* Daud dan semua pegawai raja Daud *dilemparinya dengan batu,* …. Beginilah perkataan Simei pada waktu ia mengutuk: *"Enyahlah, enyahlah, engkau penumpah darah, orang dursila! TUHAN telah membalas kepadamu segala darah keluarga Saul, yang engkau gantikan menjadi raja, TUHAN telah menyerahkan kedudukan raja kepada anakmu Absalom. Sesungguhnya, engkau sekarang dirundung malang, karena engkau seorang penumpah darah."*_
Ketika tentara Daud marah dan akan membunuh Simei, beginilah jawaban Daud:
2 Samuel 16:10-12 (TB) Tetapi kata raja: "Apakah urusanku dengan kamu, hai anak-anak Zeruya? Biarlah ia mengutuk! Sebab apabila TUHAN berfirman kepadanya: Kutukilah Daud, siapakah yang akan bertanya: mengapa engkau berbuat demikian?"
Pula kata Daud kepada Abisai dan kepada semua pegawainya: "Sedangkan anak kandungku ingin mencabut nyawaku, terlebih lagi sekarang orang Benyamin ini! Biarkanlah dia dan biarlah ia mengutuk, sebab TUHAN yang telah berfirman kepadanya demikian.
*Mungkin TUHAN akan memperhatikan kesengsaraanku ini dan TUHAN membalas yang baik kepadaku sebagai ganti kutuk orang itu pada hari ini.*
Daud percaya bahwa *kutuk seseorang bisa diubah menjadi sesuatu yang baik oleh TUHAN,* dan *dia tidak menghakimi orang yang mengutukinya.* Dan kita tahu bahwa *pada akhirnya TUHAN mengembalikan Daud ke tahtanya.*
Para kekasih Kristus, ketika kita mengalami kondisi yang tidak sesuai dengan yang kita harapkan, marilah belajar dari peristiwa buruk bertubi-tubi yang dialami Daud ini. *Dia menunjukkan sikap hati yang benar, tetap sabar dan tenang serta berdoa dan dengan penuh keyakinan bahwa keadaan itu pasti dapat dilewati dan pada saatnya TUHAN akan mengembalikan kita pada kondisi semula bahkan lebih baik lagi.* Tetaplah percaya sebagaimana ditegaskan pada
Roma 8:28 (TB) Kita tahu sekarang, *bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia*, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
Selamat belajar mengendalikan diri dengan berlaku seperti Daud yang tidak mengutuk ketika dalam keadaan terpuruk.
Tuhan Yesus memberkati kita semua,amin.
*PD Autopia – Malang*
_gunawanwibisono_
Komentar
Posting Komentar