2029 Regi: Berproses Menjadi Ciptaan Baru
Shalom Aleichem b’shem Yeshua Ha Mashiach.
Renungan pagi hari ini bertemakan:
*Berproses Menjadi Ciptaan Baru*
Dasar firmanNya dari:
*2 Korintus 5: 17 ( TB )*
“Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.”
Firman di atas, jika dibaca apa adanya seolah menyatakan bahwa jika seseorang berada di dalam Kristus, ia secara langsung berubah menjadi pribadi baru, yang lama menghilang begitu saja. Pada kenyataannya tidak demikian, untuk menjadi pribadi baru bebas dari sifat-sifat lama yang buruk, membutuhkan proses, dan proses itu bisa tidak sebentar, terutama jika salah dalam menyikapi firman TUHAN, karena sejak kecil kita dididik salah fokus oleh orangtua. Secara umum orangtua menginginkan anak mereka sukses dalam hidup yang berarti sukses secara finansial.
Jelasnya, menjadi kaya (raya) merupakan tujuan hidup yang harus dikejar, demikian menurut kebanyakan orangtua.
Padahal banyak kejadian membuktikan justru kekayaan mendatangkan kesusahan bahkan kebinasaan. Alkitab mencatat Daud yang berasal dari gembala miskin, ketika menjadi raja yang kaya raya, jatuh moralnya melihat Batsyeba mandi melalui tingkat dua istananya. Timbul niat jahat mengabaikan firman TUHAN dengan melakukan dosa. Akibatnya, Daud pun mendapatkan hukuman dari Allah. Terlebih lagi anaknya, Salomo, disamping hikmat diperolehnya juga kekayaan dan kehormatan. Akibatnya Salomo mendapatkan tidak saja upeti berupa harta benda, namun juga putri-putri raja-raja sekitar nan cantik jelita. Kekayaan dan ketenaran Salomo mengakibatkan kebinasaannya, yaitu ketika pada masa tuanya dia menuruti bujukan para selirnya menyembah allah lain yang merupakan kekejian di mata Allah.
Sehingga, mengejar kekayaan yang seperti yang ditanamkan oleh orangtua kepada anak-anaknya merupakan kekeliruan besar. Hal itu memperlambat transformasi diri kita menjadi ciptaan baru. Pertanyaannya sekarang, kapan yang lama itu berlalu dan yang baru itu datang?
1. Apabila kita bergaul dengan firman Allah,
*Yosua 1: 8*
“Janganlah berhenti mempercakapkan Kitab Suci Taurat ini, tetapi renungkanlah siang dan malam, supaya engkau dapat bertindak hati-hati menurut segala sesuatu yang tertulis di dalamnya. Dengan demikian perjalananmu akan beruntung dan engkau akan berhasil.”
(Shellabear, 2011).
Kitab Yosua merupakan kitab pertama dari Kitab Nabi-nabi yang Terdahulu, yang berisi kisah bangsa Israel ketika mereka merebut negeri Kanaan di bawah pimpinan Yosua bin Nun pada sekitar abad ke-8 SM.
Sejak saat itu manusia diperintahkan untuk merenungkan firman Allah siang dan malam.
Demikian pula pada masa kejayaan Israel, ditekankan hidup bersukacita bersama hukum TUHAN siang dan malam,
*Mazmur 1: 2*
“Kemudian pada masa kejayaan Raja Daud disebutkan pula bahwa: Tetapi dia bersukacita dengan hukum TUHAN, dan merenung hukum-Nya siang dan malam.”
(AVB, 2015).
2. Apabila kita mengandalkan Penolong dari Bapa yang menyertai kita selama-lamanya:
*Yohanes 14: 16.* “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya” (TB).
Jika Sang Penolong itu berasal dari Bapa, pastilah *Ia mampu untuk memampukan kita menjalani perintah-perintah Bapa.*
Marilah kita terus berjuang untuk berproses menjadi ciptaan baru dengan *bergaul erat siang dan malam dengan firman-firman-Nya* serta *mengandalkan Sang Penolong (Roh Kudus)* yang berasal dari Bapa dan yang berkenan menyertai kita selamanya hingga hari pemanggilan kita pulang ke sorga.
Selamat berproses menuju manusia baru, selamat beraktifitas, Tuhan Yesus memberkati kita, haleluyah amin.
*PD Autopia – Malang*
_gunawanwibisono_
Renungan pagi hari ini bertemakan:
*Berproses Menjadi Ciptaan Baru*
Dasar firmanNya dari:
*2 Korintus 5: 17 ( TB )*
“Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.”
Firman di atas, jika dibaca apa adanya seolah menyatakan bahwa jika seseorang berada di dalam Kristus, ia secara langsung berubah menjadi pribadi baru, yang lama menghilang begitu saja. Pada kenyataannya tidak demikian, untuk menjadi pribadi baru bebas dari sifat-sifat lama yang buruk, membutuhkan proses, dan proses itu bisa tidak sebentar, terutama jika salah dalam menyikapi firman TUHAN, karena sejak kecil kita dididik salah fokus oleh orangtua. Secara umum orangtua menginginkan anak mereka sukses dalam hidup yang berarti sukses secara finansial.
Jelasnya, menjadi kaya (raya) merupakan tujuan hidup yang harus dikejar, demikian menurut kebanyakan orangtua.
Padahal banyak kejadian membuktikan justru kekayaan mendatangkan kesusahan bahkan kebinasaan. Alkitab mencatat Daud yang berasal dari gembala miskin, ketika menjadi raja yang kaya raya, jatuh moralnya melihat Batsyeba mandi melalui tingkat dua istananya. Timbul niat jahat mengabaikan firman TUHAN dengan melakukan dosa. Akibatnya, Daud pun mendapatkan hukuman dari Allah. Terlebih lagi anaknya, Salomo, disamping hikmat diperolehnya juga kekayaan dan kehormatan. Akibatnya Salomo mendapatkan tidak saja upeti berupa harta benda, namun juga putri-putri raja-raja sekitar nan cantik jelita. Kekayaan dan ketenaran Salomo mengakibatkan kebinasaannya, yaitu ketika pada masa tuanya dia menuruti bujukan para selirnya menyembah allah lain yang merupakan kekejian di mata Allah.
Sehingga, mengejar kekayaan yang seperti yang ditanamkan oleh orangtua kepada anak-anaknya merupakan kekeliruan besar. Hal itu memperlambat transformasi diri kita menjadi ciptaan baru. Pertanyaannya sekarang, kapan yang lama itu berlalu dan yang baru itu datang?
1. Apabila kita bergaul dengan firman Allah,
*Yosua 1: 8*
“Janganlah berhenti mempercakapkan Kitab Suci Taurat ini, tetapi renungkanlah siang dan malam, supaya engkau dapat bertindak hati-hati menurut segala sesuatu yang tertulis di dalamnya. Dengan demikian perjalananmu akan beruntung dan engkau akan berhasil.”
(Shellabear, 2011).
Kitab Yosua merupakan kitab pertama dari Kitab Nabi-nabi yang Terdahulu, yang berisi kisah bangsa Israel ketika mereka merebut negeri Kanaan di bawah pimpinan Yosua bin Nun pada sekitar abad ke-8 SM.
Sejak saat itu manusia diperintahkan untuk merenungkan firman Allah siang dan malam.
Demikian pula pada masa kejayaan Israel, ditekankan hidup bersukacita bersama hukum TUHAN siang dan malam,
*Mazmur 1: 2*
“Kemudian pada masa kejayaan Raja Daud disebutkan pula bahwa: Tetapi dia bersukacita dengan hukum TUHAN, dan merenung hukum-Nya siang dan malam.”
(AVB, 2015).
2. Apabila kita mengandalkan Penolong dari Bapa yang menyertai kita selama-lamanya:
*Yohanes 14: 16.* “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya” (TB).
Jika Sang Penolong itu berasal dari Bapa, pastilah *Ia mampu untuk memampukan kita menjalani perintah-perintah Bapa.*
Marilah kita terus berjuang untuk berproses menjadi ciptaan baru dengan *bergaul erat siang dan malam dengan firman-firman-Nya* serta *mengandalkan Sang Penolong (Roh Kudus)* yang berasal dari Bapa dan yang berkenan menyertai kita selamanya hingga hari pemanggilan kita pulang ke sorga.
Selamat berproses menuju manusia baru, selamat beraktifitas, Tuhan Yesus memberkati kita, haleluyah amin.
*PD Autopia – Malang*
_gunawanwibisono_
Komentar
Posting Komentar