2944 Regi : TIDAK ADA GADING YANG TAK RETAK
Shalom Aleichem b’shem Yeshua Ha Maschiach.
Selamat pagi dan salam sejahtera di dalam nama Tuhan Yesus Kristus.
Renungan pagi ini berjudul:
*TIDAK ADA GADING YANG TAK RETAK*
Bacaan Alkitab
*Matius 6: 9-13*
Para kekasih Kristus, kata pepatah menyebutkan: “Tiada gading yang tak retak.” Artinya, tidak ada sesuatu yang tanpa cacat atau jika diterapkan terhadap pribadi seseorang, tidak ada seorang pun tanpa salah. Dan pepatah tersebut rasanya tepat jika diterapkan pada kehidupan Eli dan Daud yang dicatat oleh Samuel. Meskipun dalam merespon karya TUHAN mereka mengatakan hal yang serupa:
*1 Samuel 3: 18* (TB)
Kemudian Eli berkata: “Dia TUHAN, biarlah diperbuat-Nya apa yang dipandang-Nya baik.”
Perkataan Eli di atas merupakan respon dari penglihatan dan pendengaran Samuel yang menyatakan bahwa TUHAN akan menghukum keluarga Eli akibat dosa yang dilakukan anak-anaknya yang telah menghujat Allah, sedangkan Eli tidak memarahi mereka. Dengan demikian Allah bersumpah kepada keluarga Eli bahwa dosa mereka takkan dihapuskan dengan korban sembelihan atau korban sajian untuk selamanya
*1 Samuel 3: 13-14*.
Demikian pula Daud menyampaikan hal serupa:
*2 Samuel 15: 26* (TB)
Tetapi jika Ia berfirman, begini: Aku tidak berkenan kepadamu, maka aku bersedia, biarlah dilakukan-Nya kepadaku apa yang baik di mata-Nya.”
Perkataan Daud di atas merupakan ungkapan hatinya ketika Daud melarikan diri, ke luar dari Yerusalem dari ancaman Absalom, anaknya, yang merebut takhta raja setelah mengadakan persepakatan gelap banyak rakyat Israel. Di tengah pelariannya, dia tidak menggerutu maupun bersungut-sungut akibat TUHAN memperkenankan keadaan itu terjadi, namun sebaliknya ia menyerahkan kepada kehendak TUHAN.
Kesamaan dari kedua tokoh besar Alkitab ini mereka sama-sama mengucapkan pernyataan penyerahan diri: TERJADILAH KEHENDAK-MU, namun kejadian yang dialami berikutnya oleh keduanya adalah berbeda!
Eli mati dengan leher patah setelah mendengar kedua anaknya tewas dan tabut Allah dirampas oleh orang Filistin *(1 Samuel 4: 18)*; sedangkan Daud dikembalikan ke atas takhtanya setelah Absalom mati dibunuh Yoab, panglimanya *(2 Samuel 18: 15).*
Meskipun kedua tokoh ini sama-sama menyerahkan diri mereka seutuhnya terhadap keputusan Allah, namun sikap Allah atas kejadian yang menimpa Eli dan dialami Daud terletak pada hubungan pribadi keduanya terhadap Allah.
Eli bersikap acuh tak acuh menanggapi teguran Allah terhadap kedua anaknya, dimana kehidupan mereka melecehkan kewibawaan TUHAN *(1 Samuel 2: 12-17)*, sebaliknya Daud bergaul karib dengan Allah. Dia selalu menanti-nantikan Allah dalam setiap langkah kehidupannya.
*Mazmur 25: 16* (TB)
Berpalinglah kepadaku dan kasihanilah aku …
hubungan baik inilah yang menolong dan menyelamatkannya dari kematian, bahkan kematian kekal.
Demikian hidup Daud senantiasa berharap dan mendekat kepada TUHAN, sehingga hubungan baik inilah yang menolong dan menyelamatkannya dari kematian, bahkan kematian kekal.
Marilah para kekasih Kristus kita berjuang agar terus memiliki hubungan yang dekat kepada Tuhan Yesus, meskipun kita semua menyadari bahwa kita pun merupakan gading-gading yang retak.
Kiranya Roh Kudus menyertai kita sehingga kita dimampukan merespon teguran Allah dengan benar.
Tuhan Yesus memberkati kita semua, amin.
*PD Autopia Malang*
_gunawanwibisono_
Selamat pagi dan salam sejahtera di dalam nama Tuhan Yesus Kristus.
Renungan pagi ini berjudul:
*TIDAK ADA GADING YANG TAK RETAK*
Bacaan Alkitab
*Matius 6: 9-13*
Para kekasih Kristus, kata pepatah menyebutkan: “Tiada gading yang tak retak.” Artinya, tidak ada sesuatu yang tanpa cacat atau jika diterapkan terhadap pribadi seseorang, tidak ada seorang pun tanpa salah. Dan pepatah tersebut rasanya tepat jika diterapkan pada kehidupan Eli dan Daud yang dicatat oleh Samuel. Meskipun dalam merespon karya TUHAN mereka mengatakan hal yang serupa:
*1 Samuel 3: 18* (TB)
Kemudian Eli berkata: “Dia TUHAN, biarlah diperbuat-Nya apa yang dipandang-Nya baik.”
Perkataan Eli di atas merupakan respon dari penglihatan dan pendengaran Samuel yang menyatakan bahwa TUHAN akan menghukum keluarga Eli akibat dosa yang dilakukan anak-anaknya yang telah menghujat Allah, sedangkan Eli tidak memarahi mereka. Dengan demikian Allah bersumpah kepada keluarga Eli bahwa dosa mereka takkan dihapuskan dengan korban sembelihan atau korban sajian untuk selamanya
*1 Samuel 3: 13-14*.
Demikian pula Daud menyampaikan hal serupa:
*2 Samuel 15: 26* (TB)
Tetapi jika Ia berfirman, begini: Aku tidak berkenan kepadamu, maka aku bersedia, biarlah dilakukan-Nya kepadaku apa yang baik di mata-Nya.”
Perkataan Daud di atas merupakan ungkapan hatinya ketika Daud melarikan diri, ke luar dari Yerusalem dari ancaman Absalom, anaknya, yang merebut takhta raja setelah mengadakan persepakatan gelap banyak rakyat Israel. Di tengah pelariannya, dia tidak menggerutu maupun bersungut-sungut akibat TUHAN memperkenankan keadaan itu terjadi, namun sebaliknya ia menyerahkan kepada kehendak TUHAN.
Kesamaan dari kedua tokoh besar Alkitab ini mereka sama-sama mengucapkan pernyataan penyerahan diri: TERJADILAH KEHENDAK-MU, namun kejadian yang dialami berikutnya oleh keduanya adalah berbeda!
Eli mati dengan leher patah setelah mendengar kedua anaknya tewas dan tabut Allah dirampas oleh orang Filistin *(1 Samuel 4: 18)*; sedangkan Daud dikembalikan ke atas takhtanya setelah Absalom mati dibunuh Yoab, panglimanya *(2 Samuel 18: 15).*
Meskipun kedua tokoh ini sama-sama menyerahkan diri mereka seutuhnya terhadap keputusan Allah, namun sikap Allah atas kejadian yang menimpa Eli dan dialami Daud terletak pada hubungan pribadi keduanya terhadap Allah.
Eli bersikap acuh tak acuh menanggapi teguran Allah terhadap kedua anaknya, dimana kehidupan mereka melecehkan kewibawaan TUHAN *(1 Samuel 2: 12-17)*, sebaliknya Daud bergaul karib dengan Allah. Dia selalu menanti-nantikan Allah dalam setiap langkah kehidupannya.
*Mazmur 25: 16* (TB)
Berpalinglah kepadaku dan kasihanilah aku …
hubungan baik inilah yang menolong dan menyelamatkannya dari kematian, bahkan kematian kekal.
Demikian hidup Daud senantiasa berharap dan mendekat kepada TUHAN, sehingga hubungan baik inilah yang menolong dan menyelamatkannya dari kematian, bahkan kematian kekal.
Marilah para kekasih Kristus kita berjuang agar terus memiliki hubungan yang dekat kepada Tuhan Yesus, meskipun kita semua menyadari bahwa kita pun merupakan gading-gading yang retak.
Kiranya Roh Kudus menyertai kita sehingga kita dimampukan merespon teguran Allah dengan benar.
Tuhan Yesus memberkati kita semua, amin.
*PD Autopia Malang*
_gunawanwibisono_
Komentar
Posting Komentar