328 Regi: Resep Agar Tidak Pernah Sandung
Shalom Alaichem b'Shem Yeshua Ha Masiach saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus firman hari ini dengan tema:
*Resep Agar Tidak Pernah Tersandung*
Rasanya kita semua tidak asing dengan peribahasa: _“Seekor *keledai* tidak mau tersandung pada sebuah batu *dua kali*”._ Maksud peribahasa ini menggambarkan bahwa hanya *orang bodoh* saja yang melakukan *kesalahan* yang *sama* _berulang-ulang_.
Barangkali, tanpa sadar kita juga merupakan orang yang “bodoh” itu, karena sulit untuk menghilangkan kebiasaan kurang baik yang sudah *ter*-biasa kita lakukan. Bahkan dalam bahasa Jawa ada istilah yang popular untuk menggambarkan kebiasaan seseorang yang tidak dapat dirubah hingga ajal menjemputnya, yaitu “_ri-ti_” (mari-mari nèk mati). Kata *ter*sandung dan *ter*biasa; berawalan *ter* berarti _ketidaksengajaan_. Orang yang tidak sengaja bisa melakukannya berulang-ulang dan tanpa _ter_asa. Lalu, bagaimana cara agar tidak berulangkali _ter_sandung itu?
Rasul Petrus memberikan 6 (enam) resep tahapan untuk bisa menghindari kebiasaan buruk yang membuat kita _ter_sandung, yaitu:
2Pet.1: 5 – 7; 10 dan 11.
_5 Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, 6 dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, 7 dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang._
_10 Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh . Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung. 11 Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan _Juruselamat kita, Yesus Kristus._
Kita harus dengan sungguh-sungguh menambahkan pada iman kita:
1. *Kebajikan*, artinya pikiran kita harus dipenuhi hal-hal yang baik saja;
2. *Pengetahuan*, menambahkan pengetahuan terhadap pengenalan akan Kristus, karena akan membawa pada pertumbuhan rohani, seperti halnya Rasul Paulus yang tadinya mengandalkan keduniawian, pada gilirannya menganggap semuanya itu sampah dan beralih kepada yang rohani (bersifat kekal).
3. *Pengendalian diri*, artinya kita harus bisa menahan diri untuk tidak melakukan suatu keinginan duniawi yang akan membawa pada kesesatan, bisa berupa: keinginan mata, keinginan daging dan keangkuhan hidup. Kita mengarahkan perbuatan kita untuk mewujudkan Gal. 5: 22.
4. *Ketekunan*, artinya apabila kita bisa tetap bertekun pada ketiga hal di atas, maka kita bisa menjadi orang yang saleh.
5. *Kesalehan*, orang tidak dilahirkan saleh, karenanya kesalehan itu harus diusahakan seumur hidup. Seseorang yang berupaya untuk hidup saleh diberkati Tuhan, karena ia akan tekun dan setia, selalu memberikan ruang dalam hatinya serta menyerahkan setiap pengambilan keputusan dalam hidupnya kepada Tuhan.
Akhirnya:
6. *Kasih*, setelah kelima hal di atas, maka hidup akan diwarnai oleh kasih. Kasih kepada saudara dan kasih kepada semua orang.
Marilah kita menjauhi “kebodohan” itu dengan mengikuti resep Rasul Petrus ini, agar hidup kita tidak pernah tersandung. Marilah bersama berjuang keras untuk mengupayakannya, agar janji-Nya: “Dengan demikian kamu akan _dikaruniakan hak penuh_ untuk _memasuki Kerajaan kekal_ …” (ayat 11) akan digenapi dalam kehidupan kita masing-masing. Immanuel: Tuhan Yesus beserta kita dan membisakan kita melakukan perintah-perintah-Nya.
PD Autopia Malang
07092016
*Gunawan Wibisono*
*Resep Agar Tidak Pernah Tersandung*
Rasanya kita semua tidak asing dengan peribahasa: _“Seekor *keledai* tidak mau tersandung pada sebuah batu *dua kali*”._ Maksud peribahasa ini menggambarkan bahwa hanya *orang bodoh* saja yang melakukan *kesalahan* yang *sama* _berulang-ulang_.
Barangkali, tanpa sadar kita juga merupakan orang yang “bodoh” itu, karena sulit untuk menghilangkan kebiasaan kurang baik yang sudah *ter*-biasa kita lakukan. Bahkan dalam bahasa Jawa ada istilah yang popular untuk menggambarkan kebiasaan seseorang yang tidak dapat dirubah hingga ajal menjemputnya, yaitu “_ri-ti_” (mari-mari nèk mati). Kata *ter*sandung dan *ter*biasa; berawalan *ter* berarti _ketidaksengajaan_. Orang yang tidak sengaja bisa melakukannya berulang-ulang dan tanpa _ter_asa. Lalu, bagaimana cara agar tidak berulangkali _ter_sandung itu?
Rasul Petrus memberikan 6 (enam) resep tahapan untuk bisa menghindari kebiasaan buruk yang membuat kita _ter_sandung, yaitu:
2Pet.1: 5 – 7; 10 dan 11.
_5 Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, 6 dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, 7 dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang._
_10 Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh . Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung. 11 Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan _Juruselamat kita, Yesus Kristus._
Kita harus dengan sungguh-sungguh menambahkan pada iman kita:
1. *Kebajikan*, artinya pikiran kita harus dipenuhi hal-hal yang baik saja;
2. *Pengetahuan*, menambahkan pengetahuan terhadap pengenalan akan Kristus, karena akan membawa pada pertumbuhan rohani, seperti halnya Rasul Paulus yang tadinya mengandalkan keduniawian, pada gilirannya menganggap semuanya itu sampah dan beralih kepada yang rohani (bersifat kekal).
3. *Pengendalian diri*, artinya kita harus bisa menahan diri untuk tidak melakukan suatu keinginan duniawi yang akan membawa pada kesesatan, bisa berupa: keinginan mata, keinginan daging dan keangkuhan hidup. Kita mengarahkan perbuatan kita untuk mewujudkan Gal. 5: 22.
4. *Ketekunan*, artinya apabila kita bisa tetap bertekun pada ketiga hal di atas, maka kita bisa menjadi orang yang saleh.
5. *Kesalehan*, orang tidak dilahirkan saleh, karenanya kesalehan itu harus diusahakan seumur hidup. Seseorang yang berupaya untuk hidup saleh diberkati Tuhan, karena ia akan tekun dan setia, selalu memberikan ruang dalam hatinya serta menyerahkan setiap pengambilan keputusan dalam hidupnya kepada Tuhan.
Akhirnya:
6. *Kasih*, setelah kelima hal di atas, maka hidup akan diwarnai oleh kasih. Kasih kepada saudara dan kasih kepada semua orang.
Marilah kita menjauhi “kebodohan” itu dengan mengikuti resep Rasul Petrus ini, agar hidup kita tidak pernah tersandung. Marilah bersama berjuang keras untuk mengupayakannya, agar janji-Nya: “Dengan demikian kamu akan _dikaruniakan hak penuh_ untuk _memasuki Kerajaan kekal_ …” (ayat 11) akan digenapi dalam kehidupan kita masing-masing. Immanuel: Tuhan Yesus beserta kita dan membisakan kita melakukan perintah-perintah-Nya.
PD Autopia Malang
07092016
*Gunawan Wibisono*
Komentar
Posting Komentar