1907 Regi: PRODUK IBLIS BERUPA AKAL BUDI MANUSIAWI
Shalom Aleichem b’Dhem Yeshua Ha Mashiach.
Tema renungan pagi ini adalah:
*PRODUK IBLIS BERUPA AKAL BUDI MANUSIAWI*
Para saudara kekasih Kristus, pernahkah di dalam hati kita bertanya: “Sebagai ciptaan, mengapa Adam dan Hawa tidak diperkenankan makan buah dari pohon pengetahuan baik dan buruk?”
Bukankah memiliki pengetahuan akan hal yang baik dan buruk itu diperlukan dalam kehidupan manusia?
Untuk itu marilah kita simak perintah Allah dan pendapat Iblis bagi manusia mula-mula, Adam dan Hawa.
Allah berfirman:
“... pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab *pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."*
*Kejadian 2: 17*
Sebaliknya, Si Iblis mengatakan bahwa:
*"Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah*, tahu tentang yang baik dan yang jahat."
*Kejadian 3: 4-5*
Artinya, Iblis memberitahukan bahwa:
1. Manusia tidak akan mati setelah memakan buah tsb;
2. Mata manusia itu akan terbuka dan akan menjadi seperti Allah: mengetahui tentang yang baik dan yang jahat.
Perkataan Si Iblis ini sebagian benar namun sebagian lagi salah besar dan berakibat pada kejatuhan Adam dan Hawa berikut para keturunan mereka.
Betul bahwa Adam dan Hawa tidak mati secara fisik, bahkan Adam hidup hingga usia sangat lanjut: “Jadi Adam mencapai umur sembilan ratus tiga puluh tahun, lalu ia mati.”
*Kejadian 5: 5*
Namun yang mati adalah hubungan baik mereka dengan Allah.
Mata mereka memang terbuka dan mereka mengetahui tentang yang baik dan yang jahat, sehingga mereka kemudian menutup aurat mereka.
Akibat mereka sudah mengetahui yang baik dan yang jahat (secara akal budi manusiawi), ditambah hubungan baik dengan Allah terputus karena tercederai oleh mereka sendiri, sehingga mereka tidak bisa lagi mengandalkan Allah, mulai lah mereka mengandalkan akal budi manusiawi.
Lelaki harus bekerja keras untuk mendapatkan nafkah hidupnya, perempuan harus mengerang menahan sakit ketika bersalin dan sepanjang hidup mereka merupakan hukuman dari Allah. Sungguh malang nasib mereka beserta keturunannya.
Sejalan dengan hal itu, Allah berinisiatif untuk membenahi cara hidup mereka dengan memberikan aturan-aturan yang harus mereka penuhi (Perjanjian Lama). Namun hasilnya tidak memuaskan, karena hampir tidak ada manusia yang mampu melaksanakannya. Bahkan para pilihan Allah sendiri:
Nuh pernah mabuk hingga kelihatan aurat nya;
Musa juga pernah sangat marah secara tidak terkendali hingga dia pun tidak diperkenan masuk ke tanah perjanjian;
Salomo bahkan mengikuti para istri mudanya masuk dan menyembah allah lain;
Yunus berbelok arah ke Tarsis bukan Niniwe;
Simson membocorkan rahasia Allah ke perempuan yang diambilnya sebagai istri; dan masih banyak lagi.
Pada zaman Perjanjian Baru, para rasul tidak luput dari perbuatan salah dan dosa: mereka berani mengatai Tuhan Yesus, IA menegakan mereka dan akan dibiarkan mati oleh angin sakal;
mereka mengusir perempuan Kanaan yang anaknya sangat menderita karena kerasukan setan ketika meminta pertolongan kepada Tuhan Yesus; bahkan diantara mereka ada yang menghianati dan menyerahkan Yesus kepada tentara Romawi;
dan ada pula yang pada dini hari sudah menyangkali Tuhan Yesus sampai tiga kali.
Oleh karenanya , Rasul Paulus menyesali perbuatannya ketika dia masih bertumpu pada akal budi manusiawinya:
“Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat.”
*Roma 7: 15b*
Mengapa bisa terjadi seperti itu?
Semuanya adalah akibat buah penipuan Si Iblis yang berhasil membuka mata manusiawi kita terhadap yang baik dan yang jahat. Akibat manusia menggunakan akal budi ini, maka mereka salah langkah.
Lalu, bagaimana seharusnya kita hidup? Terkait dengan mematikan akal budi duniawi ini, Tuhan Yesus menasihatkan kepada para rasul untuk berbuat yang demikian:
“Sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.”
*Matius 18:3*
Awalnya adalah pertobatan, tetapi mengapa banyak orang mengatakan bertobat, namun kemudian kembali melakukan dosa lagi. Hal itu dikarenakan yang bersangkutan tidak menindaklanjuti pertobatannya dengan bersikap menjadi seperti anak kecil yang mengelilingi Yesus itu.
Yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus anak kecil itu adalah anak-anak yang berusia kurang dari lima tahun. Anak-anak seusia itu patuh sepenuhnya kepada orangtuanya dan sama sekali tidak memiliki pikiran lain kecuali menaati perintah orangtuanya.
Apapun perintah orangtua tidak diolah, diotak-atik lagi oleh akal budi mereka, melainkan dilaksanakan sesuai perintah tersebut.
Itulah yang dikehendaki Tuhan Yesus bagi kita semua, setelah kita menyatakan pertobatan kita. Ditegaskan oleh Tuhan Yesus bahwa apabila hidup keimanan kita patuh akan perintah-perintah-Nya, seperti halnya anak-anak kecil itu mematuhi perintah orangtuanya tanpa syarat, maka jaminannya adalah masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
Sudah siapkah kita melakukannya?
Ataukah kita masih mengandalkan akal budi manusiawi kita, hasil produk tipu daya Si Iblis? Yang mengetahui jawabannya adalah diri kita masing-masing.
Selamat berintrospeksi dan kiranya Roh Kudus berkenan menerangi hati kita, pribadi lepas pribadi. Immanuel! Amin
*PD Autopia - Malang*
gunawanwibisono
Tema renungan pagi ini adalah:
*PRODUK IBLIS BERUPA AKAL BUDI MANUSIAWI*
Para saudara kekasih Kristus, pernahkah di dalam hati kita bertanya: “Sebagai ciptaan, mengapa Adam dan Hawa tidak diperkenankan makan buah dari pohon pengetahuan baik dan buruk?”
Bukankah memiliki pengetahuan akan hal yang baik dan buruk itu diperlukan dalam kehidupan manusia?
Untuk itu marilah kita simak perintah Allah dan pendapat Iblis bagi manusia mula-mula, Adam dan Hawa.
Allah berfirman:
“... pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab *pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."*
*Kejadian 2: 17*
Sebaliknya, Si Iblis mengatakan bahwa:
*"Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah*, tahu tentang yang baik dan yang jahat."
*Kejadian 3: 4-5*
Artinya, Iblis memberitahukan bahwa:
1. Manusia tidak akan mati setelah memakan buah tsb;
2. Mata manusia itu akan terbuka dan akan menjadi seperti Allah: mengetahui tentang yang baik dan yang jahat.
Perkataan Si Iblis ini sebagian benar namun sebagian lagi salah besar dan berakibat pada kejatuhan Adam dan Hawa berikut para keturunan mereka.
Betul bahwa Adam dan Hawa tidak mati secara fisik, bahkan Adam hidup hingga usia sangat lanjut: “Jadi Adam mencapai umur sembilan ratus tiga puluh tahun, lalu ia mati.”
*Kejadian 5: 5*
Namun yang mati adalah hubungan baik mereka dengan Allah.
Mata mereka memang terbuka dan mereka mengetahui tentang yang baik dan yang jahat, sehingga mereka kemudian menutup aurat mereka.
Akibat mereka sudah mengetahui yang baik dan yang jahat (secara akal budi manusiawi), ditambah hubungan baik dengan Allah terputus karena tercederai oleh mereka sendiri, sehingga mereka tidak bisa lagi mengandalkan Allah, mulai lah mereka mengandalkan akal budi manusiawi.
Lelaki harus bekerja keras untuk mendapatkan nafkah hidupnya, perempuan harus mengerang menahan sakit ketika bersalin dan sepanjang hidup mereka merupakan hukuman dari Allah. Sungguh malang nasib mereka beserta keturunannya.
Sejalan dengan hal itu, Allah berinisiatif untuk membenahi cara hidup mereka dengan memberikan aturan-aturan yang harus mereka penuhi (Perjanjian Lama). Namun hasilnya tidak memuaskan, karena hampir tidak ada manusia yang mampu melaksanakannya. Bahkan para pilihan Allah sendiri:
Nuh pernah mabuk hingga kelihatan aurat nya;
Musa juga pernah sangat marah secara tidak terkendali hingga dia pun tidak diperkenan masuk ke tanah perjanjian;
Salomo bahkan mengikuti para istri mudanya masuk dan menyembah allah lain;
Yunus berbelok arah ke Tarsis bukan Niniwe;
Simson membocorkan rahasia Allah ke perempuan yang diambilnya sebagai istri; dan masih banyak lagi.
Pada zaman Perjanjian Baru, para rasul tidak luput dari perbuatan salah dan dosa: mereka berani mengatai Tuhan Yesus, IA menegakan mereka dan akan dibiarkan mati oleh angin sakal;
mereka mengusir perempuan Kanaan yang anaknya sangat menderita karena kerasukan setan ketika meminta pertolongan kepada Tuhan Yesus; bahkan diantara mereka ada yang menghianati dan menyerahkan Yesus kepada tentara Romawi;
dan ada pula yang pada dini hari sudah menyangkali Tuhan Yesus sampai tiga kali.
Oleh karenanya , Rasul Paulus menyesali perbuatannya ketika dia masih bertumpu pada akal budi manusiawinya:
“Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat.”
*Roma 7: 15b*
Mengapa bisa terjadi seperti itu?
Semuanya adalah akibat buah penipuan Si Iblis yang berhasil membuka mata manusiawi kita terhadap yang baik dan yang jahat. Akibat manusia menggunakan akal budi ini, maka mereka salah langkah.
Lalu, bagaimana seharusnya kita hidup? Terkait dengan mematikan akal budi duniawi ini, Tuhan Yesus menasihatkan kepada para rasul untuk berbuat yang demikian:
“Sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.”
*Matius 18:3*
Awalnya adalah pertobatan, tetapi mengapa banyak orang mengatakan bertobat, namun kemudian kembali melakukan dosa lagi. Hal itu dikarenakan yang bersangkutan tidak menindaklanjuti pertobatannya dengan bersikap menjadi seperti anak kecil yang mengelilingi Yesus itu.
Yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus anak kecil itu adalah anak-anak yang berusia kurang dari lima tahun. Anak-anak seusia itu patuh sepenuhnya kepada orangtuanya dan sama sekali tidak memiliki pikiran lain kecuali menaati perintah orangtuanya.
Apapun perintah orangtua tidak diolah, diotak-atik lagi oleh akal budi mereka, melainkan dilaksanakan sesuai perintah tersebut.
Itulah yang dikehendaki Tuhan Yesus bagi kita semua, setelah kita menyatakan pertobatan kita. Ditegaskan oleh Tuhan Yesus bahwa apabila hidup keimanan kita patuh akan perintah-perintah-Nya, seperti halnya anak-anak kecil itu mematuhi perintah orangtuanya tanpa syarat, maka jaminannya adalah masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
Sudah siapkah kita melakukannya?
Ataukah kita masih mengandalkan akal budi manusiawi kita, hasil produk tipu daya Si Iblis? Yang mengetahui jawabannya adalah diri kita masing-masing.
Selamat berintrospeksi dan kiranya Roh Kudus berkenan menerangi hati kita, pribadi lepas pribadi. Immanuel! Amin
*PD Autopia - Malang*
gunawanwibisono
Komentar
Posting Komentar