1899 Rema : Mengejar Eksistensi Diri

Shalom Aleichem bShem Yeshua Ha Mashiach.

Renungan malam ini diambil dari firman Allah :

*1 Korintus 3: 1-9*

Nats:

3:4 Karena jika yang seorang berkata: "Aku dari golongan Paulus," dan yang lain berkata: "Aku dari golongan Apolos," bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi yang bukan rohani?

Judul :

*Mengejar Eksistensi Diri*


Saudara-Saudari judul perikop ini adalah Perselisihan.

Membaca dan mencermati Firman Allah sesungguhnya merupakan potret sosial manusia.

Pertama, *ada perpedaan dalam diri manusia*.

Kedua, *tiap individu memiliki fungsi, peran atau pun kontribusi.*

Ketiga, *mengejar eksistensi diri.*

Pertama, manusia pada dasarnya memiliki ciri khas. Ciri khas inilah menjadikan diri manusia, unik, otentik, tidak ada duanya.

Kedua, tiap diri manusia diciptakan, dilahirkan memiliki peran, fungsi tertentu.

Peran dan fungsi tertentu inilah bertujuan saling melengkapi, menyempurnakan.

Hakekat manusia, tidak dapat hidup seorang diri-manusia butuh orang lain.

Ketiga, manusia butuh eksistesi, manusia butuh keberadaannya diakui. Manusia berjuang mengejar dan mewujudkan eksistensi.

Dari ketiga hal diatas, mendalami hubungan manusia mengejar eksistensi dan perselisihan makin menarik.

Secara manusiawi bahwa manusia siang malam sesungguhnya mengejar eksistensi, memperjuangkan eksisten dan mewujudkan eksistensi.

Berbagai aktivitas dilakukan, sesungguhnya mewujudkan eksistensi.

Berbagai asesoris dikenakan sejatinya menunjukkan eksistensi diri.

Berbagai label sosial disematkan, ialah butuh pengakuan sosial.

Karena factor eksistensi diri inilah manusia saling mengklaim, saling mengaku-aku, saling berebut pengakuan.

Ini karena aku, kalau bukan aku tidak bisa.
Kontribusi terbesar adalah aku lho.

Dia jadi seperti ini, karena aku yang ngajak.

Sesungguhnya persoalan perselisihan karena saling memperjuangkan, agar eksistensi diri diakui oleh orang lain.

Firman malam ini menyajikan, berbagai hal tentang aspek sosial dalam firman sungguh nyata adanya, riil dan sungguh terjadi. 

Manusia (kita) sering kali lupa bahwa sekuat apa pun diri kita tidak mampu mewujudkan eksietensi diri.

Perselisihan terjadi karena ingin menunjukkan eksistensi diri dihadapan orang lain.

Berbagai perspektif disajikan sesungguhnya hanya demi kalimat ... ini lhoo aku.

Manusia memang diberi ruang untuk mewujudkan eksistensi diri, tetapi fiman Allah mengingatkan bahwa sungguhnya Sang Eksistensi adalah Allah.

Manusia sering kali berlebihan, atau bahasa jaman now,  over, hiperbol.

*Marilah kita saling membantu mewujudkan eksistensi diri masing-masing tanpa perlu menjatuhkan orang lain demi eksistendiri maupun kelompok.*

Allah tidak butuh eksistensi manusia jika antar-manusia sampai saling menjatuhkan martabat manusia.

Ingatlah bahwa akar perselisihan adalah memperjuangkan  eksistensi diri namun mengabaikan eksistensi orang lain, hal ini,  Allah tidak berkenan.

Saat ini kita masing-masing meng-Amini dan meng-Imani bahwa menghormati eksistensi orang lain berarti menghargai Allah.

Agar Allah berkenan menunjukkan strategi mewujudkan eksistensi diri berkenan dan sesuai kehendak Allah, mohonlah pengampunan segala dosa cela kepada Allah .

*PD Authopia Malang*
Kukuh Widijatmoko

Komentar

Postingan populer dari blog ini

775 Regi: Kemurahan Allah Lebih Dari Hidup

2083 Rema: Hanya Yesus Jawaban Hidupku

2334 Rema: PERBEDAAN ORANG FASIK DAN ORANG BENAR