1894 Regi : Belajar dari Uzia
Shalom Aleichem b’Shem Yeshua Ha Mashiach.
Tema renungan pagi hari ini adalah:
*Belajar dari Uzia*
Dasar firmanNya :
*2 Tawarikh 26: 1-21*
Nats pokok:
*2 Tawarikh 26: 5* Ia mencari Allah selama hidup Zakharia, yang mengajarnya supaya takut akan Allah. Dan *selama ia mencari TUHAN, Allah membuat segala usahanya berhasil.*
Uzia mulai memimpin bangsa Yehuda pada umur 16 tahun dan memerintah selama 52 tahun (ayat 3). Ia mencari Allah selama hidup Zakharia, yang mengajarnya supaya takut akan Allah. Selama ia mencari TUHAN, Allah membuat segala usahanya berhasil.
Pada masa pemerintahannya, Yehuda mengalami kemakmuran yang besar (ayat 6-11). Yehuda dapat menutup kerugian -kerugian yang dialami pada waktu pemerintahan raja -raja sebelumnya, terlebih dalam bidang militer; ia menyediakan persenjataan khusus untuk pertahanan, menyiagakan tentara yang besar lengkap dengan senjata paling canggih pada masa itu dan membangun benteng-benteng di tempat-tempat yang strategis (ayat 11-15).
Namun, pada akhir pemerintahannya, *Uzia melanggar perintah Tuhan*, yakni dengan mempersembahkan kurban ukupan. Sehingga Tuhan memberikan hukuman kepadanya dengan memberikan penyakit kusta. Raja Uzia sakit kusta sampai kepada hari matinya, dan sebagai orang yang sakit kusta ia tinggal dalam sebuah rumah pengasingan, karena ia dikucilkan dari rumah TUHAN (ayat 19-21).
Belajar dari Uzia terdapat beberapa hal:
1. Dia merupakan *raja yang tidak mandiri secara iman*, hanya mau taat dan setia mencari TUHAN selama ada orang yang mendampingi dan ketika yang membimbing meninggal dunia (Imam Zakharia), ia berubah. Karena ia hidup bergantung kepada manusia.
2. Uzia *belum dapat meninggalkan pola pikir lama dan mengganti dengan pola pikir yang baru.* Dia masih mengejar harta benda, memperkuat pasukan, membuat benteng-benteng, sehingga mengira bahwa sumber keselamatan, kesejahteraan dan kedamaian hati berasal dari situ bukan dari TUHAN.
Padahal kesehatan, kedamaian hati dan kesejahteraan tidak dapat dikejar dengan cara duniawi, melainkan mendekat kepada TUHAN. Dengan mendekat kepada TUHAN dan dengan menjaga kesucian serta kekudusan, maka kedamaian hati dan kesejahteraan akan diterimanya.
3. Dua faktor pendorong mengapa Uzia berubah: (1) secara jasmani dia *telah menjadi kuat dan namanya termasyur, sehingga berubah menjadi tinggi hati;*
(2) *ia berubah taat kepada TUHAN* dan berani melanggar aturan Allah, karena menganggap bahwa dengan membakar ukupan bagi Allah itu adalah mengerjakan sesuatu yang menurutnya baik, namun sesungguhnya mengabaikan peraturan TUHAN.
Belajar dari Uzia di atas, marilah kita terus berupaya untuk *senantiasa rendah hati di hadapan TUHAN,* janganlah pernah terlintas dalam benak kita bahwa segala prestasi berasal dari diri kita sendiri, serta marilah kita menyadari dan merenungkan pada setiap bangun pagi dan sebelum tidur malam, bahwa *setiap pencapaian dalam hidup kita ini semata-mata merupakan anugerah-Nya.*
Sehingga *penyertaan dan perlindungan serta berkat-berkat-Nya senantiasa dilimpahkan kepada kita.*
Immanuel, Tuhan Yesus beserta dan memberkati kita semua, amin.
*PD Autopia – Malang*
_gunawanwibisono_
Tema renungan pagi hari ini adalah:
*Belajar dari Uzia*
Dasar firmanNya :
*2 Tawarikh 26: 1-21*
Nats pokok:
*2 Tawarikh 26: 5* Ia mencari Allah selama hidup Zakharia, yang mengajarnya supaya takut akan Allah. Dan *selama ia mencari TUHAN, Allah membuat segala usahanya berhasil.*
Uzia mulai memimpin bangsa Yehuda pada umur 16 tahun dan memerintah selama 52 tahun (ayat 3). Ia mencari Allah selama hidup Zakharia, yang mengajarnya supaya takut akan Allah. Selama ia mencari TUHAN, Allah membuat segala usahanya berhasil.
Pada masa pemerintahannya, Yehuda mengalami kemakmuran yang besar (ayat 6-11). Yehuda dapat menutup kerugian -kerugian yang dialami pada waktu pemerintahan raja -raja sebelumnya, terlebih dalam bidang militer; ia menyediakan persenjataan khusus untuk pertahanan, menyiagakan tentara yang besar lengkap dengan senjata paling canggih pada masa itu dan membangun benteng-benteng di tempat-tempat yang strategis (ayat 11-15).
Namun, pada akhir pemerintahannya, *Uzia melanggar perintah Tuhan*, yakni dengan mempersembahkan kurban ukupan. Sehingga Tuhan memberikan hukuman kepadanya dengan memberikan penyakit kusta. Raja Uzia sakit kusta sampai kepada hari matinya, dan sebagai orang yang sakit kusta ia tinggal dalam sebuah rumah pengasingan, karena ia dikucilkan dari rumah TUHAN (ayat 19-21).
Belajar dari Uzia terdapat beberapa hal:
1. Dia merupakan *raja yang tidak mandiri secara iman*, hanya mau taat dan setia mencari TUHAN selama ada orang yang mendampingi dan ketika yang membimbing meninggal dunia (Imam Zakharia), ia berubah. Karena ia hidup bergantung kepada manusia.
2. Uzia *belum dapat meninggalkan pola pikir lama dan mengganti dengan pola pikir yang baru.* Dia masih mengejar harta benda, memperkuat pasukan, membuat benteng-benteng, sehingga mengira bahwa sumber keselamatan, kesejahteraan dan kedamaian hati berasal dari situ bukan dari TUHAN.
Padahal kesehatan, kedamaian hati dan kesejahteraan tidak dapat dikejar dengan cara duniawi, melainkan mendekat kepada TUHAN. Dengan mendekat kepada TUHAN dan dengan menjaga kesucian serta kekudusan, maka kedamaian hati dan kesejahteraan akan diterimanya.
3. Dua faktor pendorong mengapa Uzia berubah: (1) secara jasmani dia *telah menjadi kuat dan namanya termasyur, sehingga berubah menjadi tinggi hati;*
(2) *ia berubah taat kepada TUHAN* dan berani melanggar aturan Allah, karena menganggap bahwa dengan membakar ukupan bagi Allah itu adalah mengerjakan sesuatu yang menurutnya baik, namun sesungguhnya mengabaikan peraturan TUHAN.
Belajar dari Uzia di atas, marilah kita terus berupaya untuk *senantiasa rendah hati di hadapan TUHAN,* janganlah pernah terlintas dalam benak kita bahwa segala prestasi berasal dari diri kita sendiri, serta marilah kita menyadari dan merenungkan pada setiap bangun pagi dan sebelum tidur malam, bahwa *setiap pencapaian dalam hidup kita ini semata-mata merupakan anugerah-Nya.*
Sehingga *penyertaan dan perlindungan serta berkat-berkat-Nya senantiasa dilimpahkan kepada kita.*
Immanuel, Tuhan Yesus beserta dan memberkati kita semua, amin.
*PD Autopia – Malang*
_gunawanwibisono_
Komentar
Posting Komentar