903 Rensi: Tidak Bersungut-sungut, tapi Berseru dan Bersorak

Shalom Aleichem b'Shem Yeshua Ha Mashiach.
Renungan kali ini diambil dari:

Keluaran 15:22-25 (TB)
Musa menyuruh orang Israel berangkat dari Laut Teberau, lalu mereka pergi ke padang gurun Syur; tiga hari lamanya mereka berjalan di padang gurun itu dengan tidak mendapat air. Sampailah mereka ke Mara, tetapi mereka tidak dapat meminum air yang di Mara itu, karena pahit rasanya. Itulah sebabnya dinamai orang tempat itu Mara. *Lalu bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa, kata mereka: "Apakah yang akan kami minum?"*
*Musa berseru-seru kepada TUHAN, dan TUHAN menunjukkan kepadanya sepotong kayu; Musa melemparkan kayu itu ke dalam air; lalu air itu menjadi manis.* Di sanalah diberikan TUHAN ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan kepada mereka dan di sanalah TUHAN mencoba mereka

Dengan tema: *TIDAK BERSUNGUT, TETAPI BERSERU DAN BERSORAK*

Seperti halnya umat Israel zaman Musa, kita pun demikian. Jika permohonan kita belum dijawab oleh Tuhan, seringkali kita bersungut-sungut. Bahkan saat mengikuti kebaktian di Suwaru kemarin, karena terjebak kemacetan dan harus memutar arah sehingga jarak lebih jauh dan waktu lebih pannjang, Tuhan Yesus bersabda di antara kami di mobil ada pikiran _nggrundel_. Ini  gara-gara pasar takjil dadakan, gara-gara pabrik giling, dan sebagainya. Padahal, jika ingat zaman Tuhan Yesus, beliau ke mana-mana berjalan kaki. Sementara kita sudah menggunakan mobil bagus, ber-AC, tinggal memuji-muji Tuhan Yesus saja di jalan.

Yang namanya iblis itu begitu lihainya. Kita sering terpeleset oleh hal-hal duniawi seperti itu. Ketidaknyamanan dan ketidaksesuaian keadaan dengan kehendak kita, sering membuat kita berkeluh kesah. Sedikit keluar dari zona nyaman, sungguh jiwa memberontak itu segera hadir bersamaan dengan iblis yang mengacaukan pikiran kita. Terucap atau tidak terucap, itu merupakan kesalahan dan layak untuk segera memohon ampunan. Mari kita tengok peringatan dalam sabda-Nya berikut:

Yakobus 5:9 (TB) *Saudara-saudara, janganlah kamu bersungut-sungut dan saling mempersalahkan, supaya kamu jangan dihukum. Sesungguhnya Hakim telah berdiri di ambang pintu.*

Janganlah bersungu-sungut. Berulang-ulang Tuhan Yesus pesankan. Demikian juga keluh kesah yang lain. Merasa Tuhan Yesus jauh meninggalkan kita merasa tidak diperhatikan baik oleh sesama maupun oleh Tuhan. Dalam kondisi lemah, sakit, tak berdaya, sering pula perasaan _ngresulo_ hadir. Menyalahkan keadaan, menyalahkan orang lain, dan lupa untuk menyalahkan diri sendiri. Lupa untuk berintrospeksi. Yang sebenarnya menjauh itu siapa, kita menjauhi Tuhan atau Tuhan menjauhi kita? Keluh kesah berkepanjangan itu justru yang mengusir suka cita, memerosotkan kekuatan, dan melemahkan tulang-tulang. Tuhan sebagai pelarian dianggap telah hilang, demikian pula sahabat sesama telah meninggalkannya,  sebagaimana firman berikut:

Mazmur 31:10 (TB) (31-11) *Sebab hidupku habis dalam duka dan tahun-tahun umurku dalam keluh kesah; kekuatanku merosot karena sengsaraku, dan tulang-tulangku menjadi lemah.*

Mazmur 142:3-4 (TB) *Ketika semangatku lemah lesu di dalam diriku, Engkaulah yang mengetahui jalanku. Di jalan yang harus kutempuh, dengan sembunyi mereka memasang jerat terhadap aku. Pandanglah ke kanan dan lihatlah, tidak ada seorang pun yang menghiraukan aku; tempat pelarian bagiku telah hilang, tidak ada seorang pun yang mencari aku.*

*Tidak ada seorang pun menghiraukan aku; tempat pelarian bagiku telah hilang*

Apakah karena hal itu lalu berpaling dari pertolongan Tuhan? Jika sudah demikian, jangan sampai kita meminta pertolongan orang pintar. Jangan sampai kita tersesat dengan pergi ke tempat-tempat yang justru berberhala. Bukan orang lain, bibi dan sepupu saya sendiri, jauh-jauh datang dari Denpasar ke Malang, ternyata hanya meminta antar ke suatu tempat yang semula dirahasiakannya. Ternyata ke tempat orang pintar. Memang bibi saya tidak seiman. Sepulang dari tempat itu sepupu saya diberi telur untuk digosok-gosokkan ke lehernya yang membengkak karena kelenjar getah beningnya bermasalah.
Saya sudah menceritakan kuasa Tuhan Yesus, namun mereka tetap bersikukuh mempercayai kuasa mbah dukun. Ya, sudah, saya angkat tangan dan sebatas mempermudah transportasi mereka saja.
Padahal, di Autopia, jika Tuhan yesus berkenan, tidak ada yang mustahil. Kesaksian Ibu Endang Sony yang disembuhkan dan tetap berpegang pada firman-Nya bisa kita jadikan contoh konkret.

Yesaya 31:1 (TB) *Celakalah orang-orang yang pergi ke Mesir minta pertolongan, yang mengandalkan kuda-kuda, yang percaya kepada keretanya yang begitu banyak, dan kepada pasukan berkuda yang begitu besar jumlahnya, tetapi tidak memandang kepada Yang Mahakudus, Allah Israel, dan tidak mencari TUHAN.*

Tuhan Yesus sudah membuka tangan untuk menolong kita agar kita berseru dan datang kepada-Nya di saat kesesakan. Tuhan Yesus berjanji akan meluputkan kita dari segala mara bahaya termasuk sakit-penyakit. Mari kita simak sabda berikut:

Mazmur 50:15 (TB) *Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku."*

Habakuk 3:17-19 (TB) Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, *namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku.*

Mari kita pertebal iman kita dengan senantiasa mengikuti petunjuk-Nya, merenungkan firman-Nya, melakukan kehendak-Nya. Tidak bersungut-sungut dan tidak berkeluh kesah karena Tuhan Yesus bersama kita senantiasa. Amin

*PD AUTOPIA MALANG*
22062017
Ninik S Rahayu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

775 Regi: Kemurahan Allah Lebih Dari Hidup

2083 Rema: Hanya Yesus Jawaban Hidupku

2334 Rema: PERBEDAAN ORANG FASIK DAN ORANG BENAR