875 Rensi : Saling Menolong sebagai Keseimbangan
Syalom Aleichem b'Shem Yeshua Ha Mashiach.
Renungan siang ini diambil dari:
*Roma 15: 1*
*Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri.*
Dengan tema:
*SALING MENOLONG SEBAGAI KESEIMBANGAN*
Firman diawali dengan frasa *kita yang kuat*. Berarti, kita ini dianggap lebih kuat. Haleluya! Kuat di sini dapat diartikan sebagai kuat jasmani, kuat ekonomi, dan juga kuat secara rohani atau keimanan kita. Kuat secara jasmani, yakni manakala kita masih muda, atau setidaknya fisik mendukung, kesehatan pun mendukung. Ternyata, Tuhan menginginkan kita peduli dan menolong yang lemah, seperti orang yang sakit, orang yang sudah tua, atau kelemahan fisik orang lain. Kita bisa membantu mereka dengan kemampuan kita. Mungkin menolong sekadar menyeberangi jalan raya, mendorong kursi roda, mengantar ke puskesmas, atau yang lainnya.
Kuat secara ekonomi, karena kita diberkati-Nya secara istimewa. Berkat-Nya selalu mengalir sebagaimana batang air yang takpernah kering. Amin. Jika melihat kondisi ekonomi saudara yang berkekurangan, kita wajib menyisihkan persembahan, santunan, atau natura semampu kita untuk mereka. Dalam persekutuan doa, kita diajarkan agar tidak menjadi petinju artinya orang yang pelit dan tidak peduli sesamanya,tetapi kita dituntut untuk berbagi kasih pada proyek diakonia. Kita wajib membantu mereka dengan pengumpulan dana atau natura yang siap dibagikan kepada beberapa keluarga yang dirasa perlu dibantu.
Sementara secara rohani, kita bisa ikut ambil bagian pada kunjungan proyek kasih, menghibur, menguatkan saudara yang sedang dalam pergumulan, sakit-penyakit, kesesakan, dan sebagainya di berbagai bidang sesuai talenta kita masing-masing. Mungkin di bidang musik, di bidang pemberitaan firman, atau kesaksian. Bahkan di bidang kesehatan, pendidikan, penyediaan konsumsi, atau yang lain. Beruntung sekali, Tuhan Yesus mendorong, menguatkan, dan meminta kita melakukan semua itu dengan tulus ikhlas, sebagai wujud kasih sesama yang sesungguhnya, kasih yang nyata, dan kasih dalam tindakan melalui proyek kasih-Nya.
Sebagai makhluk sosial, kita memang wajib saling menolong. Kita tidak bisa hidup sendiri, dan kita memerlukan kehadiran orang lain. Karena itu, Tuhan Yesus menghendaki kita peduli kepada sesama kita dan tidak egois, tetapi saling bertolong-tolongan sebagaimana sabda pada:
*Galatia 6:2*
*Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.*
Bahkan, Tuhan Yesus menghendaki adanya suatu harmonisasi antarmanusia sehingga tercipta keseimbangan. Hal ini disampaikan pada:
*2 Korintus 8: 12-15*
*Sebab jika kamu rela untuk memberi, maka pemberianmu akan diterima, kalau pemberianmu itu berdasarkan apa yang ada padamu, bukan berdasarkan apa yang tidak ada padamu. Sebab kamu dibebani bukanlah supaya orang-orang lain mendapat keringanan, tetapi supaya ada keseimbangan. Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan. Seperti ada tertulis: “Orang yang mengumpulkan banyak tidak kelebihan, dan orang yang mengumpulkan sedikit tidak kekurangan.”*
Sebenarnya, apa yang kita berikan dan lakukan kepada sesama itu adalah perlakuan kita kepada Tuhan sendiri, sebagaimana firman pada:
*Matius 25: 40*
*Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.*
Memperlakuan sesama terutama yang lemah itu sebenarnya adalah memiutangi Tuhan sendiri. Tuhan pasti mencatat, mengingat, dan membalas kebaikan dan kebajikan kita berlipat-lipat. Ingatlah firman pada:
*Amsal 19: 17*
*Siapa menaruh belas kasihan kepada yang lemah, memiutangi TUHAN, yang akan membalas perbuatannya itu.*
Jika di India kita kenal perbuatan kasih Suster Theresa yang demikian spektakuler, kita tidak perlu muluk-muluk. Seperti yang selalu diingatkan Tuhan Yesus, meski sedikit jika kita menurut akan tidak pernah berkekurangan. Sebagaimana janda di Sarfat dan janda yang menyerahkan persembahannya dengan tulus, itulah yang dipesankan Tuhan Yesus untuk kita. Roh Kudus membersamai dan memampukan kita menjadi pelaku firman-Nya. Haleluya.
*PD AUTOPIA MALANG*
09062017
Ninik S Rahayu
Renungan siang ini diambil dari:
*Roma 15: 1*
*Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri.*
Dengan tema:
*SALING MENOLONG SEBAGAI KESEIMBANGAN*
Firman diawali dengan frasa *kita yang kuat*. Berarti, kita ini dianggap lebih kuat. Haleluya! Kuat di sini dapat diartikan sebagai kuat jasmani, kuat ekonomi, dan juga kuat secara rohani atau keimanan kita. Kuat secara jasmani, yakni manakala kita masih muda, atau setidaknya fisik mendukung, kesehatan pun mendukung. Ternyata, Tuhan menginginkan kita peduli dan menolong yang lemah, seperti orang yang sakit, orang yang sudah tua, atau kelemahan fisik orang lain. Kita bisa membantu mereka dengan kemampuan kita. Mungkin menolong sekadar menyeberangi jalan raya, mendorong kursi roda, mengantar ke puskesmas, atau yang lainnya.
Kuat secara ekonomi, karena kita diberkati-Nya secara istimewa. Berkat-Nya selalu mengalir sebagaimana batang air yang takpernah kering. Amin. Jika melihat kondisi ekonomi saudara yang berkekurangan, kita wajib menyisihkan persembahan, santunan, atau natura semampu kita untuk mereka. Dalam persekutuan doa, kita diajarkan agar tidak menjadi petinju artinya orang yang pelit dan tidak peduli sesamanya,tetapi kita dituntut untuk berbagi kasih pada proyek diakonia. Kita wajib membantu mereka dengan pengumpulan dana atau natura yang siap dibagikan kepada beberapa keluarga yang dirasa perlu dibantu.
Sementara secara rohani, kita bisa ikut ambil bagian pada kunjungan proyek kasih, menghibur, menguatkan saudara yang sedang dalam pergumulan, sakit-penyakit, kesesakan, dan sebagainya di berbagai bidang sesuai talenta kita masing-masing. Mungkin di bidang musik, di bidang pemberitaan firman, atau kesaksian. Bahkan di bidang kesehatan, pendidikan, penyediaan konsumsi, atau yang lain. Beruntung sekali, Tuhan Yesus mendorong, menguatkan, dan meminta kita melakukan semua itu dengan tulus ikhlas, sebagai wujud kasih sesama yang sesungguhnya, kasih yang nyata, dan kasih dalam tindakan melalui proyek kasih-Nya.
Sebagai makhluk sosial, kita memang wajib saling menolong. Kita tidak bisa hidup sendiri, dan kita memerlukan kehadiran orang lain. Karena itu, Tuhan Yesus menghendaki kita peduli kepada sesama kita dan tidak egois, tetapi saling bertolong-tolongan sebagaimana sabda pada:
*Galatia 6:2*
*Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.*
Bahkan, Tuhan Yesus menghendaki adanya suatu harmonisasi antarmanusia sehingga tercipta keseimbangan. Hal ini disampaikan pada:
*2 Korintus 8: 12-15*
*Sebab jika kamu rela untuk memberi, maka pemberianmu akan diterima, kalau pemberianmu itu berdasarkan apa yang ada padamu, bukan berdasarkan apa yang tidak ada padamu. Sebab kamu dibebani bukanlah supaya orang-orang lain mendapat keringanan, tetapi supaya ada keseimbangan. Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan. Seperti ada tertulis: “Orang yang mengumpulkan banyak tidak kelebihan, dan orang yang mengumpulkan sedikit tidak kekurangan.”*
Sebenarnya, apa yang kita berikan dan lakukan kepada sesama itu adalah perlakuan kita kepada Tuhan sendiri, sebagaimana firman pada:
*Matius 25: 40*
*Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.*
Memperlakuan sesama terutama yang lemah itu sebenarnya adalah memiutangi Tuhan sendiri. Tuhan pasti mencatat, mengingat, dan membalas kebaikan dan kebajikan kita berlipat-lipat. Ingatlah firman pada:
*Amsal 19: 17*
*Siapa menaruh belas kasihan kepada yang lemah, memiutangi TUHAN, yang akan membalas perbuatannya itu.*
Jika di India kita kenal perbuatan kasih Suster Theresa yang demikian spektakuler, kita tidak perlu muluk-muluk. Seperti yang selalu diingatkan Tuhan Yesus, meski sedikit jika kita menurut akan tidak pernah berkekurangan. Sebagaimana janda di Sarfat dan janda yang menyerahkan persembahannya dengan tulus, itulah yang dipesankan Tuhan Yesus untuk kita. Roh Kudus membersamai dan memampukan kita menjadi pelaku firman-Nya. Haleluya.
*PD AUTOPIA MALANG*
09062017
Ninik S Rahayu
Komentar
Posting Komentar