41967 Regi : Perenungan dalam masa pra paskah

 Shalom Aleichem b'Shem Yeshua Ha Maschiach.


Renungan pagi berjudul:


*Perenungan dalam masa pra paskah*.


Bacaan firman:


*Markus 15:30-32*


Kekasih Kristus yang di betkati Tuhan,

Saat ini kita telah berada dalam masa pra paskah masuk minggu ke lima. Marilah kita bersama merenungkan dan menghayati karya Allah yang sungguh luar biasa, agar semua itu tidak berlalu begitu saja. Karena peristiwa penyaliban Yesus di kayu salib tidak bisa di pisahkan dengan kehidupan iman Kristen dan pengikutNya.

Penyaliban merupakan hukuman yang paling keji pada masa Yesus.

Tidak heran, ketika hukuman ini dijatuhkan kepada Yesus, rangkaian penghinaan kejampun di kerjakan secara rapi dan tertata.

Pukulan dan ludah hujatan bercampur kata kata penghinaan dipersembahkan kepadaNya.


Banyak orang yang melihat filmnya Yesus saat di salib dan di siksa, menangis hanya merasa iba dan kasihan.

Mengapa menangisi Yesus??.

Seharusnya kita menangisi diri kita sendiri dengan introspeksi diri, sebab Yesus mengalami penderitaan yang begitu hebat hanya untuk kita manusia yang berdosa ini.

Dalam cerita selanjutnya, orang orang yang baru datang untuk melihatnya dan tidak mengerti apa apa seperti Simon dari Kirene, dipaksa untuk memikul salib Yesus.

Penghinaan berlanjut ketika anggur bercampur mur yang pahit di hidangkan untuk Yesus. Itupun belum cukup, mahkota duri yang di kenakan di atas kepalaNya, salam penuh sindiran yang diserukan untuk melecehkan Dia *Raja orang Yahudi* juga di pasang di atas kayu salib.:


*Markus 15:18 (TB)* 

Kemudian mereka mulai memberi hormat kepada-Nya, katanya: "Salam, hai raja orang Yahudi!"


Jadilah bukit yang memiliki nama mengerikan yaitu *Tempat tengkorak* menjadi penghinaan paling keji. Sang Putra Allah yang tersalib kelihatan tidak berdaya, Yesus dibiarkan dalam kesendirian dan kesunyian. Semua menjauh tidak ada yang mendekat dan memberikan kata kata penguatan maupun penghiburan, mereka tidak peduli.

Kegelapan benar benar menguasai jagat raya, bukan hanya kegelapan secara kasat matata, melainkan kegelapan yang sudah menguasai hati manusia yang hatinya jahat.

*Gelapnya hati memadamkan rasa welas asih*

Apakah yang bisa kita petik dan kita rasakan akan peristiwa  ini?apakah ini dianggap lumrah dan biasa?


Saudaraku, bagaimana seandainya tidak ada peristiwa Golgota?

Hidup kita akan sia sia bahkan tidak berarti dan akan mengalami binasa dalam kematian kekal.

Marilah kita bersyukur atas hidup ini kepada Allah kita, yang menang dan mengalahkan maut.

Bangkit dari kubur dan kuasa maut telah di kalahkan.


Selamat menikmati berkat karya penyelamatan Yesus di kayu salib.

Tuhan Yesus memberkati, Amin.


*PD. Autopia Malang*

  ernawati eliyus.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

2272 Rema: TUHAN MEMBERIKAN YANG KITA BUTUHKAN BUKAN YANG KITA INGINKAN

2334 Rema: PERBEDAAN ORANG FASIK DAN ORANG BENAR

520 Rensi: Hukuman Menambah dan Mengurangi Firman