3203 Regi : Kasih harus diwujudkan dalam tingkah laku
Shalom Aleichem b'Shem Yeshua Ha Mashiach.
Kekasih Kristus.
Renungan firman pagi ini diambil dari
*Efesus 5:22-33*
Nats
*Filipi 2:3 (TB)* dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya *hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri*
Tema
*Kasih harus diwujudkan dalam tingkah laku*
Mari berdoa
*Tiada yang mustahil bagiHU ya Allah ku dalam Tuhan Yesus, untuk memberikan pengertian dan pemahaman juga kemampuan padaku dalam melakukan kehendakHU, amin*
Firman Tuhan di atas mengajarkan kepada kita bagaimana hidup yang benar dalam hubungan keluarga di hadapan Tuhan Yesus.
Inti ajaran dalam surat *Efesus 5:22-33* , adalah bagaimana kita harus mewujudkan cinta kasih kita ,baik suamiterhadap istri ataupun istri terhadap suami,sudah Tuhan Yesus tunjukkan dan ajarkan pada kita.
Mari kita ingat kembali bagaimana janji kita di hadapan Tuhan Yesus juga di hadapan jemaat, ketika kita mengikat janji bersumpah dalam ikatan pernikahan Kudus yang kita lakukan saat itu.
Dari mulut kita terucap kata apakah kita mau mengasih menyayangi ,pasangan kita baik dalam suka ataupun duka, susah ataupun senang, sehat ataupun sakit ,sampai maut memisahkan kita.
Namun apa yang terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari, setelah kita dipersatukan dalam pernikahan Kudus itu, sudahkah kita mewujudkan janji kita yang kita ucapkan untuk pasangan kita di hadapan Allah dan jemaat?
Ataukah sebaliknya kita memperlakukan pasangan kita suami-istri ini dengan sewenang-wenang, menganggap baik suami istri adalah pembantu kita, atau mungkin kita anggap dia orang yang bisa kita perlakukan seenak kita sendiri?
Jika ini yang kita lakukan berarti kita adalah seorang pembohong dan seorang pendusta terhadap janji kita di hadapan Allah dan jemaat, yang berjanji akan tetap setia untuk mengasih untuk menyayangi, seperti menyayangi diri kita sendiri.
Ingatlah Tuhan Yesus menjadikan kita berpasang-pasangan dan memberikan kepada kita *pasangan yang sepadan* dengan kita
*Kejadian 2:18 (TB)* TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia."
Arti dari *penolong yang sepadan* adalah bahwa istri sejajar dengan suami sebagai pendamping atau mitra dalam membangun rumah tangga dan harus dipahami istri sebagai penolong itu bukan kita perlukan sebagai pembantu.
Arti penolong di sini adalah menunjukkan bahwa suami membutuhkan ,bahkan “bergantung” pada dukungan dan pertolongan istri dalam membangun dan mewujudkan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warahmah, yaitu gambaran tentang relasi atau hubungan antara suami dan istri yang dilandasi dengan rasa cinta serta dipenuhi kasih sayang demi tercapainya rumah tangga yang memberikan ketenangan dan ketentraman hidup.
Pertanyaannya, apakah dalam mewujudkan rumah tangga yang kita idam-idamkan, saat kita memilih pasangan kita dan memutuskan dalam ikatan pernikahan Kudus itu, sudah kita wujudkan dalam perbuatan kasih yang sungguh-sungguh terhadap pasangan kita, atau justru sebaliknya kita memperlakukan dan menganggap pasangan kita sebagai pembantu yang kita lakukan dengan semua kita sendiri?
Karena itu pada ayat nats di atas dalam *Filipi 2:3* , Tuhan Yesus menghendaki agar kita menganggap yang lain yaitu khususnya dalam renungan ini adalah pasangan kita lebih utama dari diri kita sendiri, kita lebih menghargai, mengasihi dan menyayangi pasangan kita seperti kita menyayangi dan mengasihi diri kita sendiri.
Untuk dapat mewujudkan semuanya itu, maka harus kita bangun komunikasi yang baik, agar kita dapat mengerti apa yang menjadi kehendak masing-masing diantara kita, sehingga kita akan memahami apa yang menjadi keinginan masing-masing pasangan kita.
Dan jika ada perbedaan dalam pandangan ,maka kita akan mudah menyelesaikan untuk mencari jalan keluarnya, karena kita dapat memahami maksud pasangan satu dengan yang lainnya, yang nantinya kita dapat mewujudkan keluarga yang sakinah, mawadah dan warohmah yaitu keluarga yang damai sejahtera, tenang, hidup penuh cinta dan kasih sayang dengan sejuta harapan yang indah.
Karena itu marilah kita lakukan firman Tuhan dalam
*Filipi 4:8 (TB)* Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.
Inilah yang seharusnya menguasai dan memenuhi hati dan pikiran kita di dalam membangun rumah tangga, baik antara suami dan istri harus terus memperjuangkan apa yang tertulis dalam *Filipi 4: 8* ini , untuk mencapai dan mewujudkan rumah tangga yang kita idam-idamkan, yang kita harapkan, saat kita mengucapkan janji setia kita dalam ikatan pernikahan Kudus.
Ingat janji yang kita ucapkan bukan hanya sekedar janji dan itu akan kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah, pada saat kita menghadap pengadilan Kristus, sebab janji itu kita ucapkan di hadapan Allah, suami istri dan jemaat sebagai saksi yang menguatkan dan meneguhkan pernikahan Kudus itu.
Kiranya Roh Kudus menyadarkan dan membuka hati kita, agar kita dimampukan memperlakukan pasangan hidup kita *bukan sebagai pembantu*, melainkan *kita perlakukan sejajar dengan diri kita*, bahwa *kita butuh seorang penolong*, dalam membangun dan mewujudkan rumah tangga seturut dengan kehendak Kristus.
Selamat pagi ,selamat beraktifitas, selamat berjuang membangun rumah tangga yang penuh damai sejahtera.
Tuhan Yesus memberkati kita semuanya, haleluyah, amin.
*PD Autopia Malang*
Wibisono
Komentar
Posting Komentar