3157 Rema : Memandang Lebih dari Identitas Jasmani

 Shalom Aleichem b’shem Yeshua ha Mashiach. 

Renungan malam ini bertema:


*“Memandang Lebih dari Identitas Jasmani”*


Dasar firman renungan ini adalah:


*Mateus 13 : 54 – 58*

(54) Setibanya di tempat asal-Nya, Yesus mengajar orang-orang di situ di rumah ibadat mereka. Maka takjublah mereka dan berkata: "Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mujizat-mujizat itu?

(55) Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas?

(56) Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?"

(57) Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: "Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya."

(58) Dan karena ketidakpercayaan mereka, tidak banyak mujizat diadakan-Nya di situ.



Seorang rekan di tempat kerja saya telah bergelar profesor dan menjadi kepala departemen di institusi tingkat provinsi serta memberi seminar dan mengajar dimana-mana. Kemampuan beliau sangat diakui di luar institusi kami, namun ketika berbincang-bincang bersama kami, beliau menyampaikan bahwa beliau tidak merasa mendapatkan penghargaan yang sesuai di institusi dimana kami ada; tidak seperti di luar dimana beliau sangat dihormati dan dihargai. 

Rekan-rekan lain memang tidak begitu memandang tinggi beliau karena beliau seringkali memberikan lebih banyak kritikan ketimbang pujian, keluhan ketimbang syukur, dan celaan ketimbang masukan yang membangun.


Manusia dengan jabatan yang tinggi merasa sakit hati ketika tidak dihargai sesamanya, terlebih di daerah/komunitas asal dimana dia ada. Beda dengan TUHAN Yesus, yang meskipun memiliki identitas maha agung, mulia, dan maha segalanya, malah berkenan mengambil rupa seorang hamba. 


*Filipi 2: 6-7*

(6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.



TUHAN Yesus menjadi contoh kerendahan hati yang sempurna. Sebenarnya, dengan tidak menghargai atau menghormati TUHAN Yesus dalam persekutuan Roh Kudus, bukan TUHAN YESUS yang rugi, tetapi kita sendiri, Bahkan *karena ketidakpercayaan mereka, tidak banyak mujizat diadakan-Nya di situ*. 

Dengan demikian, kalau kita hanya terbatas melihat fisik, kita PASTI akan kecewa. Mari fokus kepada firman Allah yang membawa kehidupan serta keselamatan kita. Kemuliaan setinggi-tingginya hendaklah kita junjung hanya untuk Firman Allah Yang Hidup dalam TUHAN Yesus dan persekutuan Roh Kudus. 

TUHAN Yesus memberkati kita semua dengan kekayaan kemuliaan-Nya.

Amin


*PD Autopia Malang*

Andrias

Komentar

Postingan populer dari blog ini

775 Regi: Kemurahan Allah Lebih Dari Hidup

2083 Rema: Hanya Yesus Jawaban Hidupku

2334 Rema: PERBEDAAN ORANG FASIK DAN ORANG BENAR