3184 Rema : BIARLAH ROH KUDUS BERKARYA MEMBUANGNYA
Shalom Aleichem b'Shem Yeshua Ha Mashiach.
Renungan malam ini bertema:
*BIARLAH ROH KUDUS BERKARYA MEMBUANGNYA*
diambil dari
*Kolose 3:7-8* (TB) (7) Dahulu kamu juga melakukan hal-hal itu ketika kamu hidup di dalamnya.
(8) Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu.
Saudaraku kekasih Kristus,
Malam ini Tuhan Yesus berpesan agar kita membuang manusia lama kita untuk menuju manusia baru yang diperbaharui setiap hari.
Pada ayat (8) dikatakan bahwa manusia lama itu antara lain, marah, geram, kejahatan, fitnah, kata kotor, dan dusta.
“Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu,
penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya”
*Galatia 5:19-21a*
Perbuatan daging sebagai kebiasaan manusia lama kita itu membuat kita tidak berkenan kepada Allah. Padahal, betapa inginnya kita hidup berkenan. Kita harus siap dan merelakan diri kita untuk meminta Tuhan Yesus membantu membuangnya karena kita sendiri tidak akan mampu melakukannya.
Sama halnya dengan tradisi Jawa kuno yang disebut _petan_. Minimal dua orang duduk berderetan muka belakang. Yang di muka mengunjukkan, menyerahkan, dan merelakan kepalanya diacak-acak untuk _dipetani_, dicari kutunya oleh yang duduk di belakangnya. Dia tidak marah justru bersukacita karena ingin terbebas dari penderitaan gatal dan panas oleh kutu yang mengganggu kehidupannya.
Filosofi _petan_ ini dapat kita terapkan dalam hidup kita. Kita toh tidak mampu mengenyahkan kejahatan yang bercokol di dalam hati kita. Kejahatan bersumber dari dalam hati itu bisa mengakibatkan perbuatan kita pun menjadi jahat. Jika demikian, tentu saja Tuhan Yesus tidak berkenan, bukan? Maka, seyogjanya, kita memohon dengan rendah hati dan mempersilakan Tuhan Yesus untuk metani, mencari, dan sekaligus membuang segala yang jahat dari hati dan kehidupan kita.
Tuhan Yesus mengenal kita sebagaimana adanya kita. Karena itu Tuhan Yesus juga mengetahui kelemahan kekurangan kita.
"Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau
*Yeremia 1:5*
Jika kita mempersilakan-Nya untuk _metani_, memohon dengan sungguh-sungguh agar Roh Kudus berkenan mengenyahkan kejahatan yang ada di dalam hati dan hidup kita, tentu dengan senang hati Tuhan Yesus akan melakukannya.
Bukankah janji-Nya: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu
*Matius 11:28*
dan “untuk memberikan kelegaan kepada kamu yang ditindas..”
*2 Tesalonika 1:7a*
Mari kita datang kepada-Nya manakala sedang ditindas oleh kuasa jahat agar menerima kelegaan dari-Nya.
Dahulu saya sering geram, marah, dan berkata kotor terutama di perjalanan. Jika kendaraan yang saya kemudikan didahului kendaraan lain, spontan saya ingin membalas mendahului. Kata kotor pun begitu saja meluncur dari mulut! Maka, dengan memohon belas kasih Rohul Kudus, perlahan tapi pasti kebiasaan tersebut terkikis dari hidup saya. Kini, jika ada kendaraan lain mendahului, saya justru dimampukan-Nya mendoakan keselamatannya. Siapa tahu kendaraan tersebut memuat pasien gawat darurat yang perlu ditolong sesegera mungkin. Nah, kita mampu meredam kemarahan karena kuasa Roh Kudus yang bekerja di dalam hati kita sehingga perbuatan jahat pun tidak kita lakukan.
Sebagaimana Daud kita harus berani mengemukakan, “Tuhan, Engkau menyelidiki dan mengenal aku. Selidikilah aku, ya Allah dan kenallah hatiku; ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku.”
*Mazmur 139:1, 23*
. “Awasilah mulutku, ya Tuhan, berjagalah pada pintu bibirku.”
*Mazmur 141: 3*
Inilah yang selalu saya mohon agar mulut ini tidak terlanjur mengeluarkan kata-kata yang tidak diperkenan oleh-Nya.
Kiranya Roh Kudus berkenan mencari dan membuang segala kejahatan, dosa, dan kekurangan kita sehingga dilayakkan-Nya kita masuk ke kerajaan mulia. Amin
Selamat malam, selamat beristirahat, Tuhan Yesus memberkati, haleluya!
*PD Autopia Malang*
Ninik SR
Komentar
Posting Komentar