3194 Rema : Kepekaan Janda Sarfat
Shalom Aleichem b'Shem Yeshua Ha Mashiach.
Saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus, renungan malam ini diambil dari :
*1 Raja-Raja 17 : 14* Sebab beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itupun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi.
Tema
*Kepekaan Janda Sarfat*
Cuplikan ayat di atas dari kisah yang tidak asing buat kita, yaitu antara Elia dan janda di Sarfat, dimana mujizat tidak hanya tentang makanan tetapi juga tentang kembalinya nyawa sang anak yang sudah mati.
Keliatannya kisah ini bagi kita adalah kisah yang biasa, namun mari kita mencoba untuk menguraikan kisah ini lebih dalam lagi.
Kisah ini dimulai dengan perintah Allah kepada Elia untuk pergi menemui seorang janda di Sarfat, dalam kondisi kekeringan karena tidak ada hujan yang turun yang ditandai dengan mengerinya sungai Kerit.
Dalam kondisi kekeringan tentulah tidak banyak yang bisa diharapkan dari alam di sekitarnya, dan hampir dipastikan banyak yang membutuhkan berkat Tuhan agar tetap dapat melangsungkan kehidupannya.
Alkisah seorang janda di Sarfat ini akhirnya bertemu dengan Elia dan Elia meminta hal-hal penting yang sangat berharga di musim kekeringan itu yaitu air dan roti. Sangat sulit bila kita dapat memahami kondisi janda yang miskin ini, apalagi seseorang yang tidak dikenalnya meminta yang paling dibutuhkan itu.
Lalu apa yang menggerakkan hatinya sehingga janda ini memberi?
Di ayat 24 dikatakan “Kemudian kata perempuan itu kepada Elia: "Sekarang aku tahu, bahwa engkau abdi Allah dan firman TUHAN yang kauucapkan itu adalah benar”.
Meskipun penyataan dari janda tersebut baru disebutkan di akhir dari perikop ini, tapi ini adalah proses perjalanan iman, dari mulai memberikan minum dari kendi (wadah air yang tidak besar), mujizat tepung dan minyak yang tidak habis-habis sampai mujizat anak janda yang hidup kembali.
Penyataan janda ini adalah hasil dari keyakinannya kepada Elia sebagai abdi Allah, yang mungkin diawal masih ragu-ragu, namun secara bertahap Allah melalui Elia semakin meneguhkan iman percayanya.
Bagaimana dengan kita saat ini? Mampukah kita seperti janda itu? Padahal sudah begitu banyak mujizat yang kita alami dan kita terima, masihkah ketika kita menanti dalam pergumulan masing-masing baik pergumulan hidup maupun sakit penyakit, kita berani mengatakan kepada hambaNYA “firman TUHAN yang kau ucapkan itu adalah benar”.
Keteguhan iman ini tentunya juga tidak dihasilkan dari proses instan tetapi melalui proses panjang dan bila Allah telah memilih janda itu maka Allah lebih tahu bagaimana kehidupan keimanannya,
*1 Raja-Raja 17 : 9* Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. *Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan*.
Bila Allah telah memerintahkan janda itu untuk memberi makan, pasti Allah tahu bahwa janda ini penuh belas kasihan meskipun hidup dalam keterbatasan bahkan miskin.
Dan inilah bukti bahwa Allah telah memerintahkan janda itu yaitu dari jawaban janda itu kepada Elia, dia telah mengakui bahwa Elia diutus oleh Allah,
*1 Raja-Raja 17 : 12a* *Perempuan itu menjawab: "Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup,*
Kepekaan ini tidak mungkin bisa diungkapkan bila kita tidak memiliki kedekatan dengan Tuhan secara terus menerus.
Bila janda ini tidak peka maka tidak mungkin mujizat demi mujizat terjadi, tidak mungkin juga memberikan yang paling berharga kepada orang asing.
Mari saudaraku kita bangun dan bina kepekaan kita akan kehendak Tuhan Yesus dengan lebih bersungguh-sungguh melakukan ibadah pribadi dengan maksud membina kekariban dengan Tuhan Yesus. Dan manfaat kekariban ini akan dirasakan bila :
1. Mau bertobat, mengakui keberdosaan kita
2. Lalu merendahkan hati meminta Tuhan Yesus melalui Roh KudusNYA menguasai kita
3. Setelah itu mendengar suara Tuhan melalui firmanNYA dengan sungguh-sungguh tanpa pembenaran diri
4. Mengalami kepulihan dengan mengenakan manusia baru
5. Memelihara kekariban dengan Tuhan Yesus terus menerus.
Memang tidak mudah saudaraku, tapi janda di Sarfat ini telah membuktikannya.
Mari dengan semangat yang menyala-nyala dalam kondisi mirip dengan kekeringan di Sarfat ini, kita membina kekariban dengan Tuhan Yesus dan membuktikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Tuhan Yesus memberkati, Amin
Salam kasih
*PD Imanuel Jakarta*
Lilies
Komentar
Posting Komentar