2843 Rema : MENCARI TEMPAT YANG TENANG BERSAMA TUHAN YESUS
Shalom Aleichem b'Shem Yeshua Ha Mashiach.
Tema renungan malam ini adalah:
*MENCARI TEMPAT YANG TENANG BERSAMA TUHAN YESUS*"
Dasar firmanNya dari
*Mazmur 55:7-8* (TB) "Sekiranya aku diberi sayap seperti merpati, aku akan terbang dan mencari tempat yang tenang, bahkan aku akan lari jauh-jauh dan bermalam di padang gurun.
Situasi dunia saat ini dengan aneka permasalahan seperti merebaknya virus Corona, banyaknya bencana alam, perekonomian yang semakin sulit, tingkat kejahatan yang semakin merajalela, pasti sedikit banyak membuat kita pun terimbas oleh rasa cemas dan khawatir. Cara ideal yang harus kita lakukan adalah semakin mendekat kepada-Nya.
Adakalanya ketika mengalami kecemasan dan melakukan _sharing_ kepada orang lain tentang pergumulan yang sedang kita hadapi, kita mendengar respon, “Sudah, jangan khawatir, berserah saja!”
“Tenang, bawa saja dalam doa!” atau kalimat-kalimat penenang lainnya. Kita pun sering membaca firman Tuhan Yesus atau khotbah tentang hal kekhawatiran tersebut.
Dalam hidup ini kekhawatiran bisa terjadi karena banyak hal. Kita khawatir akan hal-hal yang pokok dalam hidup kita, seperti makanan, minuman, atau pakaian ( *Matius 6:31* ). Kita khawatir tentang apa yang hendak kita katakan ( *Lukas 12:11* ), padahal pesan-Nya janganlah kita khawatir tentang apa pun juga ( *Filipi 4:6* ). Rasa khawatir itu pun tidak mengenal akan usia. Semua orang pasti pernah mengalami kekhawatiran. Lalu, ketika menghadapi kekhawatiran, sudahkah kita benar-benar menyerahkannya kepada Tuhan Yesus? ( *1 Petrus 5:7* )
Bulan lalu saat melihat STNK kendaraan bulan ini saatnya membayar pajak, hati saya pun dihinggapi kecemasan. Dalam hati saya berujar, “Dengan cara bagaimana saya harus membayarnya?” Namun, tetap saya katakan, “Tenang saja, Tuhan Yesus pasti menyediakannya!” Berulang-ulang saya mengatakan pada diri sendiri, “Ayo, jangan khawatir!” Saya berusaha menguatkan diri sendiri. Sampai tiba-tiba, muncul pertanyaan di hati saya, “Benarkah saya sungguh-sungguh tidak khawatir lagi? Atau, itu cuma sebatas cara saya untuk berusaha mengabaikan rasa khawatir yang sebenarnya masih ada dalam diri saya?” Saya menyadari terkadang respon yang saya berikan hanya bersifat verbal, hanya sebatas pada kata atau ucapan saja. Meski mulut berucap tidak khawatir, hati tidak dapat memungkirinya.
*Mazmur 62: 2-3, 6, 12, 13a* (TB) (2) Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku. (3) Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah. (6) Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku. (12) Satu kali Allah berfirman, dua hal yang aku dengar: bahwa kuasa dari Allah asalnya, (13a) dan dari pada-Mu juga kasih setia, ya Tuhan.
Ketika merenungkan ayat ini saya mencoba membayangkan bagaimana perasaan Daud saat itu. Pastilah dia merasa sangat takut dan khawatir. Namun, saya melihat suatu tindakan yang dilakukan Daud begitu luar biasa. Daud tidak berusaha menguatkan dan meyakinkan diri sendiri kalau dia mampu keluar dari kondisi terjepit itu, namun yang Daud lakukan adalah menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan disertai dengan tindakan bertanya kepada Tuhan mengenai apa yang harus dia lakukan. Respon yang diberikan Daud ketika dia merasa khawatir dan takut itu lebih dari respon secara verbal. Respon Daud datang dari sikap hati yang berusaha mencari kehendak Tuhan di tengah kekhawatirannya.
Saya teringat kutipan yang pernah saya baca, “Menjadi teladan bukan berarti hidup kita harus selalu _on the top_ dan penuh keberhasilan, melainkan justru ketika kita berani mengambil respon yang benar pada situasi yang tidak mudah dan bahkan _lowest moment_ dalam hidup kita. Itulah TELADAN.”
Apakah itu mudah? Saya pikir tidak. Duduk diam sejenak ketika menghadapi masalah yang harus diselesaikan memang bukanlah hal yang mudah. Tetapi, di saat itulah kita bisa mengakui ketidakmampuan kita dan bertanya kepada Tuhan, “Apa yang harus kulakukan?” Benar!
“Dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu” ( *Yesaya 30:15b* ) “Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa” ( *1 Petrus 4:7b* )
Ternyata tangan Tuhan Yesus tidak kurang panjang untuk menolong saya. Bulan ini saya mendapatkan anugerah jadwal yang padat sehingga memperoleh honor yang cukup untuk melunasi pajak kendaraan itu. Haleluya! “Kembalilah tenang, hai jiwaku, sebab TUHAN telah berbuat baik kepadamu” ( *Mazmur 116:7*)
Berdasarkan pengalaman ini, marilah kita menyerahkan kekhawatiran kita kepada-Nya, dan meyakini Tuhan Yesus pasti bertindak ( *Mazmur 37:5* ) Haleluya!
*PD Autopia Malang*
Ninik SR
Tema renungan malam ini adalah:
*MENCARI TEMPAT YANG TENANG BERSAMA TUHAN YESUS*"
Dasar firmanNya dari
*Mazmur 55:7-8* (TB) "Sekiranya aku diberi sayap seperti merpati, aku akan terbang dan mencari tempat yang tenang, bahkan aku akan lari jauh-jauh dan bermalam di padang gurun.
Situasi dunia saat ini dengan aneka permasalahan seperti merebaknya virus Corona, banyaknya bencana alam, perekonomian yang semakin sulit, tingkat kejahatan yang semakin merajalela, pasti sedikit banyak membuat kita pun terimbas oleh rasa cemas dan khawatir. Cara ideal yang harus kita lakukan adalah semakin mendekat kepada-Nya.
Adakalanya ketika mengalami kecemasan dan melakukan _sharing_ kepada orang lain tentang pergumulan yang sedang kita hadapi, kita mendengar respon, “Sudah, jangan khawatir, berserah saja!”
“Tenang, bawa saja dalam doa!” atau kalimat-kalimat penenang lainnya. Kita pun sering membaca firman Tuhan Yesus atau khotbah tentang hal kekhawatiran tersebut.
Dalam hidup ini kekhawatiran bisa terjadi karena banyak hal. Kita khawatir akan hal-hal yang pokok dalam hidup kita, seperti makanan, minuman, atau pakaian ( *Matius 6:31* ). Kita khawatir tentang apa yang hendak kita katakan ( *Lukas 12:11* ), padahal pesan-Nya janganlah kita khawatir tentang apa pun juga ( *Filipi 4:6* ). Rasa khawatir itu pun tidak mengenal akan usia. Semua orang pasti pernah mengalami kekhawatiran. Lalu, ketika menghadapi kekhawatiran, sudahkah kita benar-benar menyerahkannya kepada Tuhan Yesus? ( *1 Petrus 5:7* )
Bulan lalu saat melihat STNK kendaraan bulan ini saatnya membayar pajak, hati saya pun dihinggapi kecemasan. Dalam hati saya berujar, “Dengan cara bagaimana saya harus membayarnya?” Namun, tetap saya katakan, “Tenang saja, Tuhan Yesus pasti menyediakannya!” Berulang-ulang saya mengatakan pada diri sendiri, “Ayo, jangan khawatir!” Saya berusaha menguatkan diri sendiri. Sampai tiba-tiba, muncul pertanyaan di hati saya, “Benarkah saya sungguh-sungguh tidak khawatir lagi? Atau, itu cuma sebatas cara saya untuk berusaha mengabaikan rasa khawatir yang sebenarnya masih ada dalam diri saya?” Saya menyadari terkadang respon yang saya berikan hanya bersifat verbal, hanya sebatas pada kata atau ucapan saja. Meski mulut berucap tidak khawatir, hati tidak dapat memungkirinya.
*Mazmur 62: 2-3, 6, 12, 13a* (TB) (2) Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku. (3) Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah. (6) Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku. (12) Satu kali Allah berfirman, dua hal yang aku dengar: bahwa kuasa dari Allah asalnya, (13a) dan dari pada-Mu juga kasih setia, ya Tuhan.
Ketika merenungkan ayat ini saya mencoba membayangkan bagaimana perasaan Daud saat itu. Pastilah dia merasa sangat takut dan khawatir. Namun, saya melihat suatu tindakan yang dilakukan Daud begitu luar biasa. Daud tidak berusaha menguatkan dan meyakinkan diri sendiri kalau dia mampu keluar dari kondisi terjepit itu, namun yang Daud lakukan adalah menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan disertai dengan tindakan bertanya kepada Tuhan mengenai apa yang harus dia lakukan. Respon yang diberikan Daud ketika dia merasa khawatir dan takut itu lebih dari respon secara verbal. Respon Daud datang dari sikap hati yang berusaha mencari kehendak Tuhan di tengah kekhawatirannya.
Saya teringat kutipan yang pernah saya baca, “Menjadi teladan bukan berarti hidup kita harus selalu _on the top_ dan penuh keberhasilan, melainkan justru ketika kita berani mengambil respon yang benar pada situasi yang tidak mudah dan bahkan _lowest moment_ dalam hidup kita. Itulah TELADAN.”
Apakah itu mudah? Saya pikir tidak. Duduk diam sejenak ketika menghadapi masalah yang harus diselesaikan memang bukanlah hal yang mudah. Tetapi, di saat itulah kita bisa mengakui ketidakmampuan kita dan bertanya kepada Tuhan, “Apa yang harus kulakukan?” Benar!
“Dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu” ( *Yesaya 30:15b* ) “Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa” ( *1 Petrus 4:7b* )
Ternyata tangan Tuhan Yesus tidak kurang panjang untuk menolong saya. Bulan ini saya mendapatkan anugerah jadwal yang padat sehingga memperoleh honor yang cukup untuk melunasi pajak kendaraan itu. Haleluya! “Kembalilah tenang, hai jiwaku, sebab TUHAN telah berbuat baik kepadamu” ( *Mazmur 116:7*)
Berdasarkan pengalaman ini, marilah kita menyerahkan kekhawatiran kita kepada-Nya, dan meyakini Tuhan Yesus pasti bertindak ( *Mazmur 37:5* ) Haleluya!
*PD Autopia Malang*
Ninik SR
Komentar
Posting Komentar