476 Regi: Mengikut Aku
_Shalom aleichem b'Shem Yeshua ha Maschiach_
Tema renungan pagi ini adalah:
*Mengikut Aku*
*Lukas 9: 23* Kata-Nya kepada mereka semua: Setiap orang yang mau *mengikut Aku*, ia harus _menyangkal dirinya_, _memikul salibnya_ setiap hari dan mengikut Aku.
Arti kata: *mengikut* diterjemahkan sebagai: _meniru_, _turut berbuat sesuatu_, misal: murid selalu mengikut kelakuan gurunya (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Dengan demikian perkataan Tuhan Yesus bisa diartikan: setiap orang yang mau *menirukan* Aku atau setiap orang yang mau *turut berbuat sesuatu seperti* Aku, ia harus …
Kalau kita ditanya: “Apakah kamu mau mengikut Yesus? Jawaban kita (mungkin) cepat sekali: Iya! Saya mau mengikut Dia”.
Syaratnya ada 2 hal: 1) *menyangkal diri*; dan 2) *memikul salibnya* setiap hari.
Ketika Yesus Kristus mengutus kita *menyangkal diri*, Dia pun *sudah* melakukannya, baca: *Fil. 2: 5-8*. Ia _menyangkal diri-Nya_ dengan *tidak menganggap kesetaraan* dengan Allah, melainkan *mengosongkan diri-Nya* sendiri dan mengambil *rupa seorang hamba* dan menjadi sama dengan manusia, …. *merendahkan diri* dan* taat sampai mati*.
Ketika mengutus *memikul salib*, Tuhan Yesus *sudah* memikul salib-Nya terlebih dahulu pada seluruh kehidupan-Nya, yaitu: 1) sejak kelahiran: di kandang domba *(Luk.2: 7)*; 2) saat pelayanan: tidak punya tempat untuk meletakkan kepala-Nya *(Mat. 8: 20)*; dan 3) hingga kematian-Nya: disalibkan di bukit Golgota *(Luk.23: 46)*.
Yesus Kristus *tidak pernah tidak*, Ia *memikul salib* pada hari-hari kehidupan-Nya di dunia ini.
Setelah menyadari kedua hal di atas, bagaimana dengan kita sekarang? Apakah masih mau tetap mengikut Kristus dan melakukan kedua prasyarat-Nya tadi? Hal itu sangat tergantung dari *motivasi* kita dalam mengikut Kristus. Apakah mengikut Kristus itu motivasinya agar hidup sehat, hidup berkecukupan, tidak mengalami kesengsaraan, bebas dari pencobaan, pekerjaan serba lancar? Itukah ..?
Kenyataannya Tuhan Yesus mengalami hal-hal yang tidak bisa kita terima dengan akal budi manusiawi kita. Hidup-Nya kerap diwarnai dengan menyangkal diri dan memikul salib. Lalu bagaimana ini? Yesus yang penuh kuasa dan mujizat itu hidup di dunia dalam "kondisi" yang seperti itu. Barangkali kita tidak tertarik dengan kehidupan Tuhan Yesus yang seperti itu, sebaliknya tertarik pada kuasa dan mujizat-Nya. Sayangnya, Yesus *tidak menekankan pada mujizat*, karena mujizat itu bersifat ikutan dan *sementara* saja, sebaliknya *keselamatan-Nya* bernilai *kekal*.
Marilah kita memiliki *motivasi* yang benar dengan *terlebih dahulu* menerima *keselamatan* melalui *pengabaran Injil-Nya*, sementara mujizat itu sebagai dampak ikutannya *(Mat. 6: 33)*. Sebab oleh karena *kemampuan menyangkal diri* dan *memikul salib* itu, Allah *sangat meninggikan Yesus* dan *mengaruniakan nama di atas segala nama* (*Fil. 2: 9*). Demikian pula jika kita •meneladan Kristus* dan mau melakukan kedua hal itu dengan _kerelaan hati_ dan _rasa syukur_, Allah-pun akan *meninggikan* kita *pada waktu-Nya*.
Tetaplah mengikut dan melaksanakan prasyarat dalam mengikut Kristus, _bukan sekedar_ untuk _menerima mujizat-Nya_, namun untuk menerima *keselamatan kekal-Nya*.
Selamat mempraktekkan _menyangkal diri_ dan _memikul salib_ masing-masing setiap hari. Immanuel dan selamat beraktivitas.
*PD Autopia*
*GW*
Tema renungan pagi ini adalah:
*Mengikut Aku*
*Lukas 9: 23* Kata-Nya kepada mereka semua: Setiap orang yang mau *mengikut Aku*, ia harus _menyangkal dirinya_, _memikul salibnya_ setiap hari dan mengikut Aku.
Arti kata: *mengikut* diterjemahkan sebagai: _meniru_, _turut berbuat sesuatu_, misal: murid selalu mengikut kelakuan gurunya (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Dengan demikian perkataan Tuhan Yesus bisa diartikan: setiap orang yang mau *menirukan* Aku atau setiap orang yang mau *turut berbuat sesuatu seperti* Aku, ia harus …
Kalau kita ditanya: “Apakah kamu mau mengikut Yesus? Jawaban kita (mungkin) cepat sekali: Iya! Saya mau mengikut Dia”.
Syaratnya ada 2 hal: 1) *menyangkal diri*; dan 2) *memikul salibnya* setiap hari.
Ketika Yesus Kristus mengutus kita *menyangkal diri*, Dia pun *sudah* melakukannya, baca: *Fil. 2: 5-8*. Ia _menyangkal diri-Nya_ dengan *tidak menganggap kesetaraan* dengan Allah, melainkan *mengosongkan diri-Nya* sendiri dan mengambil *rupa seorang hamba* dan menjadi sama dengan manusia, …. *merendahkan diri* dan* taat sampai mati*.
Ketika mengutus *memikul salib*, Tuhan Yesus *sudah* memikul salib-Nya terlebih dahulu pada seluruh kehidupan-Nya, yaitu: 1) sejak kelahiran: di kandang domba *(Luk.2: 7)*; 2) saat pelayanan: tidak punya tempat untuk meletakkan kepala-Nya *(Mat. 8: 20)*; dan 3) hingga kematian-Nya: disalibkan di bukit Golgota *(Luk.23: 46)*.
Yesus Kristus *tidak pernah tidak*, Ia *memikul salib* pada hari-hari kehidupan-Nya di dunia ini.
Setelah menyadari kedua hal di atas, bagaimana dengan kita sekarang? Apakah masih mau tetap mengikut Kristus dan melakukan kedua prasyarat-Nya tadi? Hal itu sangat tergantung dari *motivasi* kita dalam mengikut Kristus. Apakah mengikut Kristus itu motivasinya agar hidup sehat, hidup berkecukupan, tidak mengalami kesengsaraan, bebas dari pencobaan, pekerjaan serba lancar? Itukah ..?
Kenyataannya Tuhan Yesus mengalami hal-hal yang tidak bisa kita terima dengan akal budi manusiawi kita. Hidup-Nya kerap diwarnai dengan menyangkal diri dan memikul salib. Lalu bagaimana ini? Yesus yang penuh kuasa dan mujizat itu hidup di dunia dalam "kondisi" yang seperti itu. Barangkali kita tidak tertarik dengan kehidupan Tuhan Yesus yang seperti itu, sebaliknya tertarik pada kuasa dan mujizat-Nya. Sayangnya, Yesus *tidak menekankan pada mujizat*, karena mujizat itu bersifat ikutan dan *sementara* saja, sebaliknya *keselamatan-Nya* bernilai *kekal*.
Marilah kita memiliki *motivasi* yang benar dengan *terlebih dahulu* menerima *keselamatan* melalui *pengabaran Injil-Nya*, sementara mujizat itu sebagai dampak ikutannya *(Mat. 6: 33)*. Sebab oleh karena *kemampuan menyangkal diri* dan *memikul salib* itu, Allah *sangat meninggikan Yesus* dan *mengaruniakan nama di atas segala nama* (*Fil. 2: 9*). Demikian pula jika kita •meneladan Kristus* dan mau melakukan kedua hal itu dengan _kerelaan hati_ dan _rasa syukur_, Allah-pun akan *meninggikan* kita *pada waktu-Nya*.
Tetaplah mengikut dan melaksanakan prasyarat dalam mengikut Kristus, _bukan sekedar_ untuk _menerima mujizat-Nya_, namun untuk menerima *keselamatan kekal-Nya*.
Selamat mempraktekkan _menyangkal diri_ dan _memikul salib_ masing-masing setiap hari. Immanuel dan selamat beraktivitas.
*PD Autopia*
*GW*
Komentar
Posting Komentar