3084 Rema : Mantera dan Tenungan Tidak Mempan
Shalom Aleichem b'Shem Yeshua Ha Mashiach.
Saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus, renungan malam ini diambil dari :
*Bilangan 23 : 23a* sebab tidak ada mantera yang mempan terhadap Yakub, ataupun tenungan yang mempan terhadap Israel,
Tema
*Mantera dan Tenungan Tidak Mempan*
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata mantera adalah susunan kata yang dianggap mengandung kekuatan gaib, biasanya diucapkan oleh dukun atau pawang untuk menandingi kekuatan gaib yang lain. Sedangkan tenungan adalah ramalan (tentang nasib orang dan sebagainya); hasil menenung atau mencelakakan orang dengan ilmu hitam.
Baik mantera dan tenungan digunakan oleh dukun atau pawang untuk melaksanakan niat-niat jahat yang didalangi oleh kuasa jahat.
Lalu, kenapa ayat ini diletakkan di awal penyusunan Alkitab? Jauh sebelum Tuhan Yesus datang ke dunia?
Saudaraku, kegagalan manusia mengikuti perintah PenciptaNYA di taman Eden, menjadikan Allah perlu meneguhkan berulang kali kepada ciptaanNYA, tentang kemahakusaanNYA dan tentang tipu daya iblis. Karena itu firman ini kembali disampaikan oleh Allah, kepada umat Israel melalui utusanNYA Bileam, agar mereka yakin dan percaya bahwa Allah itu maha kuasa dan berkuasa atas segala roh-roh yang ada di bumi ini, yang pada akhirnya agar manusia tidak lagi jatuh ke dalam dosa.
Tapi bila dilihat pada kehidupan saat ini, bukankah mantera, tenungan dan perbuatan iblis lainnya masih ada dan melemahkan manusia?
Kembali lagi kita bertanya, kenapa? Bukankah Allah berulang kali menyatakan kebesaran dan kuasaNYA? Bukankah manusia ciptaanNYA bahkan pilihanNYA juga sudah tahu bahwa roh yang ada di dalam kita ini diinginiNYA dengan cemburu?
*Yakobus 4 : 5* Janganlah kamu menyangka, bahwa Kitab Suci tanpa alasan berkata: "Roh yang ditempatkan Allah di dalam diri kita, diingini-Nya dengan cemburu!
Roh Kudus sudah ditempatkan di dalam diri kita, masihkah kita mau lemah dan kalah kepada kuasa kegelapan?
Sekali lagi kenapa?
Saya mengcopy pengalaman hidup seorang novelis asal Inggris, Evelyn Waugh, yang mempunyai gaya bicara yang menampilkan kelemahan karakter dirinya. Meski akhirnya percaya kepada Kristus, Waugh masih terus bergumul dengan tutur katanya. Suatu hari seorang wanita bertanya kepadanya, “Tuan Waugh, bagaimana mungkin Anda bersikap seperti itu dan tetap menyebut diri Anda sebagai orang Kristen?”
Ia menjawab, “Nyonya, mungkin saya memang seburuk yang Anda katakan. Namun percayalah, jika bukan karena agama saya, disebut sebagai manusia saja saya tidak pantas.”
Waugh masih mengalami pergumulan rohani seperti yang digambarkan Rasul Paulus: “Sebab ada keinginan pada saya untuk berbuat baik, tetapi saya tidak sanggup menjalankannya” (Rm. 7:18 ). Ia juga berkata, “Kita tahu bahwa hukum agama Yahudi berasal dari Roh Allah; tetapi saya ini manusia lemah”. Ia lebih jauh menjelaskan, “Batin saya suka akan hukum Allah, tetapi saya sadar bahwa dalam diri saya ada pula hukum lain yang memegang peranan . . . Siapakah yang mau menyelamatkan saya dari badan ini yang membawa saya kepada kematian?” Lalu muncullah jawaban yang menggembirakan: “Syukur kepada Allah! Ia mau menyelamatkan saya melalui Yesus Kristus!”
Saudaraku, Evelyn Waugh adalah umat Allah masa kini sama seperti kita, dia menyadari kelemahannya tapi disisi lain dia mempercayakan kehidupannya kepada Tuhan Yesus Kristus yang memiliki otoritas tertinggi dalam kehidupan ini.
Lalu pertanyaannya “Masihkah kita tidak percaya kepada Tuhan Yesus?”
Apa yang akan kita lakukan bila kita percaya?
Mendekat dan melekatlah melalui ibadah-ibadah yang kita bangun setiap hari, karena dari situlah kita dilindungi dari segala produk kuasa kegelapan yang akan menyerang kita.
*Mazmur 91 : 1-6* Orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa akan berkata kepada TUHAN: "Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai." Sungguh, Dialah yang akan melepaskan engkau dari jerat penangkap burung, dari penyakit sampar yang busuk. Dengan kepak-Nya Ia akan menudungi engkau, di bawah sayap-Nya engkau akan berlindung, kesetiaan-Nya ialah perisai dan pagar tembok. Engkau tak usah takut terhadap kedahsyatan malam, terhadap panah yang terbang di waktu siang, terhadap penyakit sampar yang berjalan di dalam gelap, terhadap penyakit menular yang mengamuk di waktu petang.
Kita dilindungiNYA dari segala perbuatan jahat iblis meskipun kita masih terus berada di badai topan kehidupan kita. Yang diminta Tuhan Yesus, hanya percaya saja, maka Allah yang maha kuasa akan melingkupi dan menudungi kita, juga saat kita masih berada di masa pandemi seperti saat ini.
Yakinlah saudaraku, Allah itu maha Kuasa, bila Allah dipihak kita, mungkinkah tenung dan mantera mempan kepada kita?
*Roma 8 : 31* Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?
Salam kasih
*PD Imanuel Jakarta*
Lilies
Komentar
Posting Komentar