1151 Regi: Enyahlah Iblis dari Diriku
Shalom Aleichem b’Shem Yeshua Ha Mashiach.
Topik renungan pagi ini adalah:
*“Enyahlah Iblis dari Diriku”*
Dasar firmannya dari:
*Matius16:23 (TB)*
Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: *“Enyahlah Iblis.* Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”
Kalimat yang diucapkan Tuhan Yesus di atas merupakan klimaks dari suatu percakapan, namun kita perlu memahami konteks komunikasi ini sehingga muncul kata-kata yang sangat keras itu. Awalnya, Tuhan Yesus menyampaikan bahwa diri-Nya akan menanggung penderitaan dari tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat bahkan dibunuh (ayat 21). Lalu, dengan gaya heroik Petrus menarik Yesus ke samping dan bahkan menegor Dia (ayat 22). Dalam hal ini Petrus menolak “kabar buruk” yang dinubuatkan oleh Yesus dan dia “lupa diri” hendak menggagalkan nubuatan ini.
Lebih jauh Petrus tidak teliti bahwa dalam nubuatan tersebut terdapat rencana besar Bapa: _“…. dibangkitkan pada hari ketiga.”_ (ayat 21c). Petrus tidak mendengar dengan seksama, tidak memahami akan rancangan Allah bagi dunia, namun sudah bereaksi didorong akal budi duniawinya, sehingga sikap dan tindakan Petrus sepenuhnya berlawanan dengan kehendak Allah. Kemudian Tuhan Yesus mengusir Petrus dengan menyebutnya sebagai Iblis!
Seringkali pikiran kita juga berlawanan dengan pikiran TUHAN, yaitu ketika kita berada dalam kondisi yang tidak menguntungkan meskipun kondisi itu dalam rencana TUHAN. Kemudian, kita pun bisa dalam posisi seperti Petrus yang menjadi batu sandungan Allah.
Seyogyanya, kita ingat bahwa kuk yang dipasang Tuhan Yesus itu enak dan beban yang diberikan-Nya pun ringan (Matius11: 30). Sehingga pada saat mengalami kondisi terburuk sekalipun hendaknya kita tetap berharap kepada Allah, karena:
Amsal1:33 (TB) *“…. siapa mendengarkan Aku, ia akan tinggal dengan aman, terlindung dari pada kedahsyatan malapetaka.”*
dan lebih jauh lagi:
Filipi 4:19 (TB)
*“Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus.”*
Karenanya, marilah kita dengarkan dan laksanakan perintah Allah, agar kita akan aman daripada kedahsyatan malapetaka serta segala keperluan kita akan dipenuhi. Selanjutnya: tetap tinggallah di dalam Kristus dan Kristus di dalam kita, agar kita berbuah banyak (Yohanes 15:4-5). Mengingat, buah yang kita hasilkan, merupakan wujud rasa syukur dan kemuliaan bagi nama Bapa.
*Janganlah menjadi batu sandungan Allah, janganlah menentang rencana-Nya, agar Iblis enyah dari diri kita!*
Selamat beraktifitas Tuhan Yesus memberkati, amin.
*PD AUTOPIA MALANG*
25102017
*GunawanWibisono*
Topik renungan pagi ini adalah:
*“Enyahlah Iblis dari Diriku”*
Dasar firmannya dari:
*Matius16:23 (TB)*
Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: *“Enyahlah Iblis.* Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”
Kalimat yang diucapkan Tuhan Yesus di atas merupakan klimaks dari suatu percakapan, namun kita perlu memahami konteks komunikasi ini sehingga muncul kata-kata yang sangat keras itu. Awalnya, Tuhan Yesus menyampaikan bahwa diri-Nya akan menanggung penderitaan dari tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat bahkan dibunuh (ayat 21). Lalu, dengan gaya heroik Petrus menarik Yesus ke samping dan bahkan menegor Dia (ayat 22). Dalam hal ini Petrus menolak “kabar buruk” yang dinubuatkan oleh Yesus dan dia “lupa diri” hendak menggagalkan nubuatan ini.
Lebih jauh Petrus tidak teliti bahwa dalam nubuatan tersebut terdapat rencana besar Bapa: _“…. dibangkitkan pada hari ketiga.”_ (ayat 21c). Petrus tidak mendengar dengan seksama, tidak memahami akan rancangan Allah bagi dunia, namun sudah bereaksi didorong akal budi duniawinya, sehingga sikap dan tindakan Petrus sepenuhnya berlawanan dengan kehendak Allah. Kemudian Tuhan Yesus mengusir Petrus dengan menyebutnya sebagai Iblis!
Seringkali pikiran kita juga berlawanan dengan pikiran TUHAN, yaitu ketika kita berada dalam kondisi yang tidak menguntungkan meskipun kondisi itu dalam rencana TUHAN. Kemudian, kita pun bisa dalam posisi seperti Petrus yang menjadi batu sandungan Allah.
Seyogyanya, kita ingat bahwa kuk yang dipasang Tuhan Yesus itu enak dan beban yang diberikan-Nya pun ringan (Matius11: 30). Sehingga pada saat mengalami kondisi terburuk sekalipun hendaknya kita tetap berharap kepada Allah, karena:
Amsal1:33 (TB) *“…. siapa mendengarkan Aku, ia akan tinggal dengan aman, terlindung dari pada kedahsyatan malapetaka.”*
dan lebih jauh lagi:
Filipi 4:19 (TB)
*“Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus.”*
Karenanya, marilah kita dengarkan dan laksanakan perintah Allah, agar kita akan aman daripada kedahsyatan malapetaka serta segala keperluan kita akan dipenuhi. Selanjutnya: tetap tinggallah di dalam Kristus dan Kristus di dalam kita, agar kita berbuah banyak (Yohanes 15:4-5). Mengingat, buah yang kita hasilkan, merupakan wujud rasa syukur dan kemuliaan bagi nama Bapa.
*Janganlah menjadi batu sandungan Allah, janganlah menentang rencana-Nya, agar Iblis enyah dari diri kita!*
Selamat beraktifitas Tuhan Yesus memberkati, amin.
*PD AUTOPIA MALANG*
25102017
*GunawanWibisono*
Komentar
Posting Komentar