558 Rensi: Rencana Tuhan
*Shalom Aleichem be Shem Yeshua ha Mashiach*
Saudara/i kekasih dalam TUHAN Yesus, renungan siang ini tentang:
*Rencana TUHAN*
Suatu siang, rekan kerja kami mendatangi kami dan berpendapat:
"Mengapa Allah lebih mendengarkan pemain bola yang berdoa meminta agar tendangannya bisa gol, ketimbang mendengarkan doa anak-anak korban bom di Syria?"
lanjutnya:
"Dua-duanya sama-sama berdoa, yang satu berhasil mencetak gol sedangkan yang lain pada akhirnya meninggal terkena bom. Apakah Allah lebih peduli dengan sepakbola ketimbang nyawa manusia?"
Ternyata kuliah dan hidup bertahun-tahun di Australia membuatnya merasa bahwa dia tahu apa yang TUHAN Allah rencanakan dan mencoba menyelami pikiran Allah, tapi keliru *malah menjadi penasehat Allah*.
*Yesaya 40*:
_ (13) Siapa yang dapat mengatur Roh TUHAN atau memberi petunjuk kepada-Nya sebagai penasihat? (14) Kepada siapa TUHAN meminta nasihat untuk mendapat pengertian, dan siapa yang mengajar TUHAN untuk menjalankan keadilan, atau siapa mengajar Dia pengetahuan dan memberi Dia petunjuk supaya Ia bertindak dengan pengertian?(15) Sesungguhnya, bangsa-bangsa adalah seperti setitik air dalam timba dan dianggap seperti sebutir debu pada neraca. Sesungguhnya, pulau-pulau tidak lebih dari abu halus beratnya. (16) Libanon tidak mencukupi bagi kayu api dan margasatwanya tidak mencukupi bagi korban bakaran. (17) Segala bangsa seperti tidak ada di hadapan-Nya mereka dianggap-Nya hampa dan sia-sia saja. (18) Jadi dengan siapa hendak kamu samakan Allah, dan apa yang dapat kamu anggap serupa dengan Dia?_
Lupakah kita bahwa kita hidup ini sudah sebuah anugerah. Kita yang sering berbuat dosa ini seharusnya beroleh upah maut!
Lha kok sudah untung boleh hidup baik, malah sombong berlagak menjadi penasihat Allah?
_Lha panjenengan niki senten?_
Apakah kita merasa kita sepantaran dengan Sang Maha Kuasa?
Allah di atas segala allah?
*Roma 11*:
_(33) O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya! (34) *Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya?* (35) Atau siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepada-Nya, sehingga Ia harus menggantikannya?_
Saya ingatkan bahwa siapalah kita ini pak. Kita ini debu, Kita ini seperti rumput kering yang sebentar saja mati, hilang, lenyap. Apa yang bapak sampaikan itu bukan perbandingan yang sebanding. Allah punya rencana masing-masing dalam kehidupan manusia. Ada yang hidup baik sebagai pemain sepakbola profesional. Ada yang lahir, masih bayi, mati terkena bom.
Semua terjadi untuk kemuliaan Nya. Bahwa kita ini sebenarnya tidak berharga. Beruntunglah kita yang boleh diakui sebagai anak-anak Allah, hidup kita boleh dikatakan baik itupun karena kasih karunia saja pak.
*Mazmur 103*:
_(14) Sebab Dia sendiri tahu apa kita,
Dia ingat, bahwa kita ini debu (15) Adapun manusia, hari-harinya seperti rumput,
seperti bunga di padang demikianlah ia berbunga; (16) apabila angin melintasinya, maka tidak ada lagi ia,
dan tempatnya tidak mengenalnya lagi._
Tetapi beliau masih bersikeras saja bahwa Allah _seharusnya_ menyelamatkan setiap orang dan baik kepada *semua orang*
Mungkin bapak ini lupa bahwa:
*Roma 9*:
_(21) Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat *dari gumpal yang sama* suatu benda untuk dipakai *guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa?* (22) Jadi, kalau untuk menunjukkan murka-Nya dan menyatakan kuasa-Nya, Allah menaruh kesabaran yang besar terhadap benda-benda kemurkaan-Nya, yang telah disiapkan untuk kebinasaan (23) justru untuk menyatakan kekayaan kemuliaan-Nya atas benda-benda belas kasihan-Nya yang telah dipersiapkan-Nya untuk kemuliaan, (24) yaitu kita, yang telah dipanggil-Nya bukan hanya dari antara orang Yahudi, tetapi juga dari antara bangsa-bangsa lain,_
TERSERAH Allah Bapa saja. Mau dijadikan lakon, mau dijadikan pemeran pendukung, mau dijadikan sehat, sakit, TUHAN punya rencana dalam hidup kita.
Mau dijadikan pelaku untuk dilahap dalam KEMURKAAN NYA atau alat KEMULIAAN NYA. Semua untuk menunjukkan betapa Allah Maha Besar.
Allahuakbar!
Lantas apa yang kita yakini kemudian?
*Pengkotbah 3*
_(11) Ia membuat *segala sesuatu* indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir. (12) Aku tahu bahwa untuk mereka tak ada yang lebih baik dari pada bersuka-suka dan menikmati kesenangan dalam hidup mereka.(13) Dan bahwa *setiap orang dapat makan, minum dan menikmati kesenangan dalam segala jerih payahnya, itu juga adalah pemberian Allah*. (14) Aku tahu bahwa segala sesuatu yang dilakukan Allah akan tetap ada untuk selamanya; *itu tak dapat ditambah dan tak dapat dikurangi; Allah berbuat demikian, supaya manusia takut akan Dia*._
*Segala sesuatu*!
akan indah pada waktunya dalam rancangan Nya.
Kita yang tidak bisa menyelami pikiran Allah hendaknya menyadari bahwa kita bisa makan, minum dan menikmati kesenangan itupun hanya PEMBERIAN ALLAH Bapa saja.
Selamat tahun baru 2017.
Yakin terus bhwa Allah sedang merenda hidup kita dalam rencana Nya. 😇
Amin.
*PD AUTOPIA MALANG*
02012017
Andrias Trisusanto
Saudara/i kekasih dalam TUHAN Yesus, renungan siang ini tentang:
*Rencana TUHAN*
Suatu siang, rekan kerja kami mendatangi kami dan berpendapat:
"Mengapa Allah lebih mendengarkan pemain bola yang berdoa meminta agar tendangannya bisa gol, ketimbang mendengarkan doa anak-anak korban bom di Syria?"
lanjutnya:
"Dua-duanya sama-sama berdoa, yang satu berhasil mencetak gol sedangkan yang lain pada akhirnya meninggal terkena bom. Apakah Allah lebih peduli dengan sepakbola ketimbang nyawa manusia?"
Ternyata kuliah dan hidup bertahun-tahun di Australia membuatnya merasa bahwa dia tahu apa yang TUHAN Allah rencanakan dan mencoba menyelami pikiran Allah, tapi keliru *malah menjadi penasehat Allah*.
*Yesaya 40*:
_ (13) Siapa yang dapat mengatur Roh TUHAN atau memberi petunjuk kepada-Nya sebagai penasihat? (14) Kepada siapa TUHAN meminta nasihat untuk mendapat pengertian, dan siapa yang mengajar TUHAN untuk menjalankan keadilan, atau siapa mengajar Dia pengetahuan dan memberi Dia petunjuk supaya Ia bertindak dengan pengertian?(15) Sesungguhnya, bangsa-bangsa adalah seperti setitik air dalam timba dan dianggap seperti sebutir debu pada neraca. Sesungguhnya, pulau-pulau tidak lebih dari abu halus beratnya. (16) Libanon tidak mencukupi bagi kayu api dan margasatwanya tidak mencukupi bagi korban bakaran. (17) Segala bangsa seperti tidak ada di hadapan-Nya mereka dianggap-Nya hampa dan sia-sia saja. (18) Jadi dengan siapa hendak kamu samakan Allah, dan apa yang dapat kamu anggap serupa dengan Dia?_
Lupakah kita bahwa kita hidup ini sudah sebuah anugerah. Kita yang sering berbuat dosa ini seharusnya beroleh upah maut!
Lha kok sudah untung boleh hidup baik, malah sombong berlagak menjadi penasihat Allah?
_Lha panjenengan niki senten?_
Apakah kita merasa kita sepantaran dengan Sang Maha Kuasa?
Allah di atas segala allah?
*Roma 11*:
_(33) O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya! (34) *Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya?* (35) Atau siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepada-Nya, sehingga Ia harus menggantikannya?_
Saya ingatkan bahwa siapalah kita ini pak. Kita ini debu, Kita ini seperti rumput kering yang sebentar saja mati, hilang, lenyap. Apa yang bapak sampaikan itu bukan perbandingan yang sebanding. Allah punya rencana masing-masing dalam kehidupan manusia. Ada yang hidup baik sebagai pemain sepakbola profesional. Ada yang lahir, masih bayi, mati terkena bom.
Semua terjadi untuk kemuliaan Nya. Bahwa kita ini sebenarnya tidak berharga. Beruntunglah kita yang boleh diakui sebagai anak-anak Allah, hidup kita boleh dikatakan baik itupun karena kasih karunia saja pak.
*Mazmur 103*:
_(14) Sebab Dia sendiri tahu apa kita,
Dia ingat, bahwa kita ini debu (15) Adapun manusia, hari-harinya seperti rumput,
seperti bunga di padang demikianlah ia berbunga; (16) apabila angin melintasinya, maka tidak ada lagi ia,
dan tempatnya tidak mengenalnya lagi._
Tetapi beliau masih bersikeras saja bahwa Allah _seharusnya_ menyelamatkan setiap orang dan baik kepada *semua orang*
Mungkin bapak ini lupa bahwa:
*Roma 9*:
_(21) Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat *dari gumpal yang sama* suatu benda untuk dipakai *guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa?* (22) Jadi, kalau untuk menunjukkan murka-Nya dan menyatakan kuasa-Nya, Allah menaruh kesabaran yang besar terhadap benda-benda kemurkaan-Nya, yang telah disiapkan untuk kebinasaan (23) justru untuk menyatakan kekayaan kemuliaan-Nya atas benda-benda belas kasihan-Nya yang telah dipersiapkan-Nya untuk kemuliaan, (24) yaitu kita, yang telah dipanggil-Nya bukan hanya dari antara orang Yahudi, tetapi juga dari antara bangsa-bangsa lain,_
TERSERAH Allah Bapa saja. Mau dijadikan lakon, mau dijadikan pemeran pendukung, mau dijadikan sehat, sakit, TUHAN punya rencana dalam hidup kita.
Mau dijadikan pelaku untuk dilahap dalam KEMURKAAN NYA atau alat KEMULIAAN NYA. Semua untuk menunjukkan betapa Allah Maha Besar.
Allahuakbar!
Lantas apa yang kita yakini kemudian?
*Pengkotbah 3*
_(11) Ia membuat *segala sesuatu* indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir. (12) Aku tahu bahwa untuk mereka tak ada yang lebih baik dari pada bersuka-suka dan menikmati kesenangan dalam hidup mereka.(13) Dan bahwa *setiap orang dapat makan, minum dan menikmati kesenangan dalam segala jerih payahnya, itu juga adalah pemberian Allah*. (14) Aku tahu bahwa segala sesuatu yang dilakukan Allah akan tetap ada untuk selamanya; *itu tak dapat ditambah dan tak dapat dikurangi; Allah berbuat demikian, supaya manusia takut akan Dia*._
*Segala sesuatu*!
akan indah pada waktunya dalam rancangan Nya.
Kita yang tidak bisa menyelami pikiran Allah hendaknya menyadari bahwa kita bisa makan, minum dan menikmati kesenangan itupun hanya PEMBERIAN ALLAH Bapa saja.
Selamat tahun baru 2017.
Yakin terus bhwa Allah sedang merenda hidup kita dalam rencana Nya. 😇
Amin.
*PD AUTOPIA MALANG*
02012017
Andrias Trisusanto
Komentar
Posting Komentar